Share

POV : Hamish Angga Prayuda

Sejak pertama aku berjumpa dengannya, wajahnya yang seperti pernah kutemui entah dimana, aku merasa ada sesuatu antara aku dan dia meski kami belum pernah bertemu. Apa aku dejavu?

Saat matamu kini tajam menatapku, tubuhku serasa disengat listrik berkekuatan tinggi, ada desir yang tak dapat dihentikan. Kamu Cantik!

Entah doa atau kebaikan apa yang aku berikan dan lantunkan, hingga Tuhan turunkan bidadari di depan mataku. Ya, aku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Ratusan gejolak bergelora di dada, seribu cara kucoba agar aku selalu bisa bersamamu, menutupi rasa gugupku, bahagiaku dengan segala tingkah konyolku, belum pernah aku merasa jatuh seperti ini, jatuh yang ingin berkali kali aku rasakan, Jatuh cinta padamu.

Sebulan mengenalmu lewat masa training membuat hatiku makin tak karuan, aku dimabuk asmara. Kecantikanmu ternyata bukan sekedar polesan namun terpatri dari hatimu. Kamu begitu cantik luar dan dalam.

Namun, kali ini aku tertampar, pemandangan siang ini bagai petir yang menyambar hatiku, tak berhenti sampai disitu, hatiku remuk seketika saat melihat sorot matanya yang tertuju padamu. Dia kakakku -Hisyam Prayuda- kami sedarah beda ibu!

Sejak kecil, aku diwajibkan selalu mengalah padanya, dia kakakku tetapi mengapa harus aku yang mengalah untuknya? Meski di matanya, aku lah si anak emas kesayangan Ayah Bunda. Ucapan itu pernah ia lontarkan padaku. Bahkan kini, di perusahaan aku lebih memilih menjadi karyawan -penyiar- biasa daripada harus berebut posisi dengannya.

Bunga yang kian hari kian mekar bersemi dan siap untuk kusemai harus kandas, kering. Aku harus mengalah! Cintaku harus kalah, sama seperti Selvy-mantan kekasih Hisyam- wanita yang ia miliki namun akhirnya pergi meninggalkannya dengan pria lain. Lalu mengapa ia juga mencintai wanita yang aku cintai? Cinta tak bisa dipaksa, isi hati siapa yang tahu

Di usianya yang menginjak hampir kepala tiga, Hisyam diminta untuk segera membina rumah tangga, itu yang kudengar dari Mama. Orangtua mana yang tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya melihat anak-anaknya bahagia dam memiliki keluarga sempurna..

Aku menyayangi dua orang sekaligus dengan porsi yang berbeda, aku menyayangi Hisyam, Kakakku, juga Clara, wanita yang tiap malam kusebut namanya dalam doa.

Terpaksa, kuputuskan untuk menjauh meski sakit bagai disayat sembilu, hatiku keluh, bahkan kini tak berbentuk. Aku harus memilih, menyayangi dan memilikimu atau menyayangimu dari jauh untuk kujaga sebagai pendamping saudara kandungku satu-satunya.

Aku benar-benar tak berdaya, sorot matamu terlihat kecewa tiap kali kau tak aku anggap ada. Ku yakin beribu tanya menghinggap di kepala. Aku bisa apa Clara? Bahkan untuk menatap wajahmu, menikmati manik matamu aku tak mampu.

Sore kemarin, aku memandangimu dari jauh, melihatmu menunggu tapi tak bisa kurengkuh. Aku memilih menjadi batu daripada terus menikam relung hatiku. Hisyam datang menjemputmu, Ya. Aku tau! aku melihatnya, Clara. Cinta akan datang karena terbiasa, bukan?

Mulai detik ini, aku harus melupakanmu. Mencintaimu dalam diam, mengubur pelan-pelan rasa cinta ini meski aku sadar, semakin aku paksa maka semakin sakit yang kurasa.

Maafkan aku, Clara! Aku hanya bisa menjagamu dari jauh, bukan memilikimu tuk jadi milikku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status