Kabar pernikahan Hamish dengan Clara terdengar santer hingga ke Medan dan seluruh karyawan, penyiar LOVE FM. Tidak terkecuali Hisyam. Beberapa teman sesama penyiar di LOVE FM memberikan ucapan kepadaku, salah satunya kak Amel. Meski ia sudah tidak lagi bekerja di LOVE FM. Banyak teman-teman yang tetap saling bertukar kabar guna tetap terjalin silaturahim. "Selamat ya Clara. Akhirnya cinta kalian bersatu. Aku senang sekali mendengarnya. Semoga apa yang kalian citakan dapat terwujud." Pesan singkat itu mendarat ke ponselku pagi ini juga ucapan selamat dari teman-teman lainnya, memenuhi aplikasi berlogo hijau besutan Kanada ini. Diantara semua pesan yang masuk, ada sebuah pesan yang mengusik pikiranku. "Clara. Aku tahu keputusan kamu atas permintaan Papa dan Mama. Bagaimanapun juga, aku akan tetap menunggumu. Mengharapkanmu." Pesan dari nomor Hisyam tertera jelas. Apa yang sebenarnya ingin dia dapatkan? bukankah lebih penting kesehatan adiknya sendiri? ***"Clara, Mama senang sekal
POV : Hisyam dan Amel"Aku enggak akan ngebiarin Clara dan Hamish bersatu," seru Hisyam dengan tangannya yang mengepal, memandang ke arah luar dari balik jendela kaca."Kamu gila ya, Syam?" tanya Amel yang siang ini datang ke ruangan Hisyam atas permintaan Hisyam. "Aku serius, Mel. Kalau dulu rencana kita sempat gagal menjauhkan Clara dan Hamish, kali ini aku gak mau gagal lagi. Segala cara harus kita coba!" "Aku enggak ikut-ikutan ya, Syam. Kamu enggak mikir gimana keadaan Hamish? Keadaan Hamish lah yang terpenting.""Aku enggak peduli, sejak Ibuku meninggal, Mama dan Ayah tidak pernah menuruti apa yang Aku mau, tapi kalau Hamish? ha! semua yang diinginkan anak itu langsung dikabulkan. Ini enggak adil, Mel. Enggak adil!" bentaknya."Ini artinya kamu enggak benar-benar mencintai Clara, Syam. Kamu hanya dendam pada Hamish. Lagi pula bukan salah Hamish kalau Mama dan Ayah kamu menuruti semua maunya, kamu ada di posisi enak seperti sekarang juga pasti setelah melewati banyak pertimbang
"Kamu mikirin apa, Clara?" Suara Mama terdengar mendekat ke arahku. Kini, wanita paling kucinta itu telah duduk di sampingku. "Enggak ada kok, Ma," jawabku memelas. Mana mungkin aku bisa berbohong dari Mama. Mataku kosong menatap lurus. Aku masih bertanya-tanya perihal ketidaktahuan Hisyam akan rencana pernikahanku dan Hamish, terlebih dengan rencana kepulangan orangtuanya hari ini. "Ma, apakah tidak aneh jika salah seorang anggota keluarga tidak mengetahui ada agenda besar yang akan dilakukan oleh keluarganya sendiri?" tanyaku memulai pembicaraan. "Sudah Mama duga, kamu pasti memikirkan hal itu. Mama paham kenapa kamu kepikiran, apalagi melihat kedekatan Hisyam ke kamu beberapa bulan lalu." Aku mengangguk setuju. Mama paling paham apa yang aku rasakan. Dengan lembut Mama membelai kepala dan rambutku, "Jodoh, maut dan rejeki sudah Allah atur sedemikian rupa, Clara. Keluarga Yudha juga tahu kok kalau Hisyam memiliki rasa padamu. Namun, yang terpenting saat ini adalah kesembuhan H
Dengan langkah tergesa, Hamish melesat maju menuju area parkir rumah mereka. Bisa gila Hamish jika kesalahpahaman ini membuat rencana pernikahan mereka batal begitu saja. "Mau kemana Hamish?" tanya Melati pada anak kesayangannya yang terlihat tergesa. "Ada urusan sebentar, Ma." balas Danish dengan lambaian tangan tanda pamit dari Hamish yang Melati lihat dari kejauhan. tidak biasanya Hamish berlaku seperti ini. Apa ada sesuatu yang terjadi pada anak bungsunya itu? Dalam diam Melati melantunkan doa-doa kebaikan untuk sang putra. Semoga Tuhan senantiasa menjaganya. *** Hamish kini sudah berada di depan rumah Clara dan orang tuanya. Terlihat dengan jelas segala persiapan jelang pernikahan mereka telah banyak terjadi di rumah sang mempelai wanita. Hati Hamish teriris, ia meremas ponsel miliknya dalam genggaman. Bagaimana mungkin sudah sejauh ini persiapan pernikahannya dengan Calara harus kandas karena beberapa orang yang sengaja ingin menggagalkan. Hamish berjalan tergesa memasu
Dengan langkah gontai, aku keluar menemui Mama, Papa dan juga Hamish. Jantungku berdegup kencang, tapak kakiku seperti tidak menyentuh tanah. Sejauh ini Mama dan Papa sepertinya belum melihat foto itu, tapi ah ... bisa saja mereka sudah melihatnya karena Hamish yang memberitahu. Apapun itu, hatiku remuk, foto mesra Hamish dengan wanita lain melintas kembali dalam ingatanku. "Clara, selesaikan masalah kalian berdua, ya. Mama dan Papa keluar sebentar. Ini lah ujian pertama kalian, kalian harus ingat, yang namanya membina rumah tangga itu tidak segampang dan semanis yang kamu tonton di drakor-drakor kamu. Dua kepala, dua kebiasaan juga masa lalu kalian harus dapat diatasi bersama, bukan malah kabur-kaburan begini. Tidak akan selesai masalah jika kamu kabur." Nasehat Papa yang kali ini terasa menusuk hatiku, menyadarkan aku bahwa aku dan Hamish bukan lagi sedang pacaran, tetapi menikah. Pernikahan tidak bisa dibuat main-main. Pernikahan itu sakral! Hanya anggukan yang aku berikan dengan
"Jika hidupmu tidak semulus yang kamu inginkan, mungkin Tuhan ingin kamu berjuang lebih dari ini."***"Apa? Tidak mungkin ini bisa terjadi, coba cek kembali semua berkas yang ada!" titah Aditya Kesuma Agung, ayah Clara.Kebangkrutan yang terjadi di perusahaan membuat hidup seolah berbalik 360 derajat. Bagaimana bisa perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2000an itu harus kandas dalam waktu singkat. Papa tertipu oleh salah seorang investor asing, tergiur dengan nominal keuntungan, papa tidak berfikir panjang untuk mengambil tawaran kerjasama. Alhasil, untung tak dapat diraih, buntung tak dapat ditolak. Investor asing telah bekerjasama dengan aparat dalam negeri setempat, dan ini bukanlah aksinya yang pertama, pantas papa mudah terperangkap jeratan muslihatnya."Clara, terpaksa Mama dan Papa tidak bisa melanjutkan studimu, bahkan rumah ini juga akan tergadai, Nak. Kita harus pindah dari sini." Ucapan Mama kali ini berhasil membuatku terperangah. Bagaimana bisa semua aset hingga tabu
Kejadian tadi siang masih menyisakan rasa penasaran di dalam hatiku. Kenapa dia seolah sengaja melakukan itu? Apa ada yang salah denganku? Lagi, hatiku bertanya, pasalnya wajahnya seperti pernah kutemui, namun entah dimana. Apa aku dejavu? ***"Selamat sore mbak Clara, saya Agnes bagian personalia Love FM. Besok mbak ada waktu untuk interview?""Selamat sore, mbak. Ada mbak, kira-kira jam berapa ya mbak?" Tanyaku"Jam 9 pagi mbak, langsung bertemu dengan pak Hisyam Prayuda selaku HRD ya, mbak." imbuhnya"Baik, terima kasih." perbincangan pun berakhir dengan sebuah informasi bahwa besok aku akan langsung di interview dengan seorang HRD, itu artinya ini selangkah lebih maju. Tak kusangka, secepat ini progres map cokelat yang baru tadi siang kuberikan***Berbekal sedikit informasi dari internet seputar apa saja pertanyaan yang biasanya ditanyakan saat interview. Aku siap untuk menjawab semua pertanyaan dari mereka. Ini adalah kali pertama aku di interview sebuah perusahaan, karena jang
Pagi ini tepat satu bulan masa training ku di perusahaan yang setiap harinya memberi hiburan untuk banyak orang, Ya, Love FM memiliki jangkauan siar cukup jauh bahkan bisa dinikmati secara streaming atau online lewat link website yang selalu disampaikan. Dan aku mulai merasa betah bekerja di sini, banyak ilmu komunikasi yang tentu idak kudapatkan dibangku kuliah.Tidak ada hal yang menggangguku, semua terlihat aman terkendali, keuangan keluarga perlahan membaik seiring dengan melebarnya toko kedai depan rumah."Sudah makan siang?" suara berat nan dalam membuyarkan lamunanku."Belum, pak Hisyam.""Kalau begitu, ayok makan siang bareng! saya traktir kamu kali ini.""Tidak perlu, Pak. Makasih. Saya bawa bekal.""Yasudah, temani saya makan siang, kamu tetap makan bekal kamu."Perintah macam apa ini? huh!Bukan maksud ingin menjadi pembangkang, kesannya tetap enggak pas untuk seorang karyawan baru, baru aja selesai training satu bulan, sudah diajak makan siang bareng bos."Lain kali saja