Share

BAB 3

Author: najmulathif
last update Huling Na-update: 2021-09-12 21:20:01

Semakin hari, Andre semakin gencar mendekati Fara. Ada saja alasan yang membuatnya bisa berdekatan dengan sang pujaan hati. "Kak, Reza udah ngerjain tugas dari sekolah?" tanya Andre sambil menggandeng Nuri.

"Udah," jawab Fara yang sedang melipat pakaian.

"Nuri ngambek, nih, Kak, katanya gak mau ngerjain tugasnya sama aku, maunya sama Kak Fara," ujar Andre.

Fara menghentikan aktivitasnya dan menatap Nuri yang baru saja selesai menangis. Matanya yang sembab dan hidungnya yang memerah, membuat Fara merasa iba. "Ya udah, sini sama tante ngerjain tugasnya," ajak Fara, yang kemudian berdiri dan menggandeng tangan Nuri menuju teras depan, dan duduk lesehan. 

"Reza ke mana, Kak?" tanya Andre yang mengekor dari belakang.

"Lagi tidur di kamar," kata Fara mulai mengajari Nuri.

Andre sengaja duduk tak terlalu jauh dari Fara dan Nuri, agar ia bisa leluasa memandangi wajah Fara yang cantik. Fara yang sedikit membungkuk saat mengajari Nuri menulis, membuat belahan dadanya tak sengaja tertangkap oleh penglihatan Andre.

Fara yang mengenakan kaos V-neck tidak sadar, jika dirinya sedang diperhatikan. Ekor mata Andre tak berhenti menatap pemandangan yang begitu menggairahkan, terlihat dari jakunnya yang naik turun menelan saliva.

Merasa diperhatikan, Fara menoleh pada Andre yang tertangkap basah sedang memandanginya. Fara segera tersadar, apa yang membuat Andre begitu intense melihatnya. Segera ia menaikkan kaosnya, dan seketika itu juga Andre tersadar.

"Aku masuk dulu, Kak," ujar Andre terburu-buru melangkah.

Malam hari, saat Dika sudah pulang bekerja, Fara mengungkapkan jika ia ingin mengontrak rumah.

"Kita ngontrak aja, yuk, Yah?" ajak Fara melihat suaminya sedang bersantai di kasur.

"Tiba-tiba gitu sih, Bu?" Dika yang sedang memainkan gawainya menoleh pada Fara dengan tatapan menyelidik.

"Gak enak, Yah, numpang terus. Nanti kita gak punya apa-apa karena di sini udah difasilitasi," kilah Fara mencari alasan.

Dika berfikir sejenak. "Hmm ... Bener juga, sih, Bu. Ya udah, Minggu besok Ayah cari yang deket-deket sini," sahut Dika setuju.

"Makasih, Yah," ucap Fara tersenyum. Dika kembali memainkan gawainya, sedangkan Fara berniat ke kamar mandi.

Saat melintasi dapur, Fara berpapasan dengan Andre yang sedang membuat kopi. "Ngopi, Kak," tawar Andre sambil mengaduk kopi hitamnya.

"Nggak, makasih!" ketus Fara teringat kejadian tadi sore.

***

Hari Minggu yang dijanjikan Dika tiba, ia mengajak Fara dan Reza untuk mencari kontrakan. Lelah seharian berkeliling menggunakan motor, Dika, Fara, dan Reza pulang dengan tangan hampa, karena tidak berhasil mendapatkan kontrakan yang cocok.

"Besok-besok kita cari lagi, ya?" bujuk Dika melihat Fara murung, sedangkan sang istri hanya mengangguk, kemudian masuk ke rumah menggandeng Reza, karena matahari sudah sampai ke peraduannya.

Sudah pukul delapan malam, tetapi Dika belum juga masuk ke rumah. Fara yang khawatir, berinisiatif menelepon Dika. Sambungan telepon terhubung, bertepatan dengan pintu kamar yang terbuka. "Ayah udah nemu kontrakannya, Bu!" seru Dika antusias.

Mata Fara pun tampak berbinar. "Di mana, Yah, kontrakannya?" tanya Fara tak sabar.

"Besok juga kamu tahu," sahut Dika penuh teka-teki.

Hari ini, Dika izin tak masuk kerja, karena akan pindah ke kontrakan yang baru. Senyuman tak pernah lepas dari bibir Fara sejak semalam. Ia bahagia karena bisa terlepas dari adik ipar yang tak sopan seperti Andre. 

Namun, senyuman Fara seketika pudar kala mengetahui mereka hanya pindah ke sebelah rumah Rita, yang kebetulan dikontrakkan. "Ibu seneng kan, kita pindah ke sini? Jadi, kan, gak jauh-jauh dari Rita. Kasian juga Reza kalau kita pindahnya jauh, harus pindah sekolah," tutur Dika yang tak menyadari perubahan air muka Fara.

Ketika Dika menoleh, barulah Fara berpura-pura tersenyum. "Iya, Yah, kasian Reza," sahut Fara.

Rita yang hari ini harus bekerja, tidak bisa membantu kakaknya pindahan. "Nanti Papa bantuin Bang Dika pindahan, ya!" pesan Rita sebelum pergi bekerja.

Andre yang masih setengah sadar itu langsung terlonjak, mendengar kabar Fara akan pindah.

"Pindah ke mana, Ma?" tanya Andre gusar.

"Gak jauh, kok, Pa, ke rumah sebelah." sahut Rita seraya menenteng tas kerjanya dan berlalu pergi. Ucapan Rita bagaikan angin sejuk yang menerpa wajahnya. Ia bahagia karena tak akan kehilangan jejak Fara.

Andre segera bangkit dari tempat tidur, lalu menuju meja makan untuk mengisi perutnya sebelum membantu sang ipar pindahan. Setelah perutnya terisi, ia kemudian menghampiri iparnya.

"Butuh bantuan gak, Bang?" seloroh Andre yang muncul dari balik pintu kamar. 

"Yaelah, Bro, jam segini baru bangun? Rejeki dipatok ayam, entar!" timpal Dika. "Dah, buruan bantuin!" sambungnya.

Peluh sudah membasahi wajah kedua pria yang terpaut usia hanya lima tahun itu. "Bu, aku mau bantuin Ayah, boleh?" tanya Reza melihat ayahnya sedang beres-beres. "Nuri juga, Tante!" seru Nuri pada Fara.

"Boleh, tapi ganti baju dulu, ya?" sahut Fara lembut.

Andre yang mendengar percakapan mereka, berhenti membereskan barang dan melihat ke sumber suara. Andre terpukau melihat kecantikan Fara, apalagi hari ini ia mengenakan blouse pendek. Tak ketinggalan celana jeans yang selalu ia pakai, ditambah dengan flat shoes. 

Bibir mungilnya yang selalu disapu lipstik berwarna nude, dan rambut yang digerai, menambah aura kecantikan yang terpancar dari dirinya.

"Bro! Malah bengong!" seru Dika melihat adik iparnya melamun.

"Eh, iya … apa, Bang?" tanya Andre gelagapan.

"Ayo bantuin, bukannya malah bengong! Tuh lihat, masih banyak yang belum dipindahin," seru Dika berdecak sebal.

"Hehe … iya, Bang, maaf!" ujar Andre menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Andre merutuki dirinya yang kepergok oleh Dika sedang memperhatikan Fara. Sedangkan Fara merasa jengkel saat sadar bahwa ia tengah diperhatikan. Ia segera masuk ke dalam, karena tak ingin bersitatap lagi dengan Andre.

Melihat Andre dan juga Dika tengah sibuk memindahkan barang, beberapa warga sekitar terlihat berdatangan untuk membantu Dika pindahan. Apalagi setelah Fara datang, seolah menjadi magnet yang menarik warga untuk ikut membantu. 

Sikap Fara yang ramah membuat warga senang bertetangga dengannya. Berbeda dengan Rita yang memang jarang bersosialisasi karena kesibukannya. 

"Neng Fara, kok, pindah, sih? Bukannya udah enak di rumah Neng Rita?" tanya Mang Udin, penjual bubur yang biasa mangkal tak jauh dari rumah Rita, yang kelihatannya baru sampai.

"Biar bisa mikir, Mang," sahut Fara menggantung kalimatnya.

"Mikir? Mikir apaan atuh neng Fara?" tanya Mang Udin lagi, bingung.

"Mikir barang-barang atuh, Mang. Kalo ngontrak rumah kan nanti ada aja barang yang dibeli, jadi punya barang, kan?" papar Fara kemudian.

Mang Udin manggut-manggut, lalu pamit masuk ke kontrakan baru untuk membantu. Dika menghampiri Fara yang sama sekali belum menginjakkan kaki di kontrakan baru mereka. "Bu, ayo masuk," ajak Dika.

Fara pun terpaksa masuk, karena tangannya digandeng Dika. Ketika melintasi Andre, Fara melihat lelaki itu mengedipkan sebelah mata padanya. Fara terkejut mendapati kelakuan adik iparnya yang tak biasa itu. Fara berfikir, "Apa jangan-jangan dia ...."

Selesai beres-beres, Fara dan Dika meregangkan otot mereka, kemudian merebahkan tubuh di kasur lantai. Sedangkan Reza, anak itu sudah terlelap dari tadi. Rumah kontrakan yang sekarang memang tidak terlalu besar, tetapi Fara merasa nyaman dan senang. Terutama karena ia tidak akan sering berinteraksi dengan Andre lagi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 22

    "Ibu udah pikirin mateng-mateng, Yah. Ibu juga udah telepon orang rumah, 'kan ada Raisa yang bisa bantuin jaga Arif," tutur Fara meyakinkan suaminya. "Jadi gimana, Yah, boleh engga?" tanya Fara meminta kepastian."Kapan interview-nya? Kalo jadi 'kan kita harus pulang kampung dulu buat anterin Arif, Bu," ujar Dika akhirnya setelah cukup lama terdiam.Fara menatap Arif yang sedang tidur pulas, dielusnya pucuk kepala sang anak, kemudian dicium pipinya yang sudah tak chuby lagi. Ada rasa kasihan yang menghinggapi hatinya. Tapi jika ia tak 'tega', maka kehidupan mereka tidak akan berkembang, begitu menurut Fara. Ia membuang nafas kasar, mencoba melepaskan sesuatu yang menghimpit dadanya."Kapan Ayah bisa anter? Kalo bisa sih, secepatnya," ujar Fara berfikir lagi. "Rita cuma bilang, sesiapnya aku aja, baru ke kantor, gitu," imbuhnya.Dika mengerutkan kening tanda sedang berfikir. "Lusa, bisa kayaknya, Bu." Lalu meminum kopi yang sudah disediakan oleh Fara sejak

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 21

    Mata Fara mengisyaratkan supaya Raisa membuka pintu. Dengan malas, Raisa beranjak, dan membuka pintu."Kak Dika?" ucap Raisa.Dika yang datang dengan pakaian casual-nya terlihat menenteng sebuah kantong plastik bertuliskan nama salah satu gerai ayam goreng terkemuka yang berlogo orang tua memakai kaca mata dan berdasi pita.Raisa kaget karena yang mengetuk pintu kontrakan adalah Dika. Untungnya Raisa bisa dengan cepat mengendalikan dirinya. "Eh, Kak Dika. Masuk, Kak," ujar Risa mempersilakan kakak iparnya masuk.Setelah masuk, Dika langsung disambut oleh Reza. Apalagi setelah ia melihat ayahnya membawa ayam yang ingin ia makan."Horeee, Ayah bawain ayam. Tante gak usah minta!" ketus Reza sambil menatap Raisa. Ia terkekeh melihat tingkah laku keponakannya.Sebetulnya, Raisa sudah tahu jika Dika akan datang, tapi ia tak menyangka Dika akan datang secepat ini. Itulah sebabnya ia menolak saat Reza mengajaknya pergi keluar. Raisa melirik Fa

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 20

    "Asiik, beneran ya, Yah?" sahut Reza kegirangan, yang sukses membuat Fara dan Raisa berpandangan, tak percaya atas apa yang mereka dengar.Ketika sambungan telepon terputus, Raisa langsung menoleh kearah Fara. "Beneran, Kak, Kak Dika bakal kesini?" tanya Raisa.Fara mengangkat bahu tanda tak tahu. "Liat aja nanti," celetuknya.Menjelang malam, hawa panas yang sedari siang setia menemani, masih saja terasa. Meskipun baling-baling kipas sudah berputar kencang, tetap saja tak bisa mengusir rasa panas yang menyerang tubuh."Tiap hari panas kayak gini, ya, Sa?" tanya Fara sambil mencepol rambutnya kemudian meraih kipas tangan yang tergeletak di dekat TV."Ya ... gitu deh, Kak!" sahut Raisa menyuapkan cemilan ke mulutnya.Fara terus saja mengibaskan kipas ke wajahnya. "Masih mending di Jakarta ya, berarti," ungkap Fara."Wajarlah, Kak, disini 'kan daerah industri, banyak pabrik, jadi suhunya ya diatas rata-rata," jelas Raisa dengan mulut ya

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 19

    Sampai suatu hari, Fara diminta datang ke Jakarta, untuk dikenalkan pada keluarga Dika. Fara pun mengutarakan permintaan Dika kepada orang tuanya. Namun Bu Anis, ibu Fara, terlihat keberatan jika Fara pergi ke ibukota."Tenang, Bu, Fara gak bakal Bapak izinin pergi sendiri, apa kata orang nanti? Bapak ikut ke sana buat nemenin Fara, sebagai perwakilan keluarga. Lagian Fara juga belum tahu di mana alamat pastinya," ujar Pak Adi mencoba meyakinkan istrinya.Bu Anis tampak menimbang-nimbang ucapan suaminya. "Kapan rencana kalian berangkat? Nanti Ibu cariin oleh-oleh buat calon besan," wajah Bu Anis berangsur seperti semula."Kata Bang Dika, sih, kalo bisa minggu ini, Bu," ujar Fara."Ya udah kalo gitu, besok Ibu cari oleh-olehnya," sahut Bu Anis sambil berlalu ke dapur.***Hari yang ditunggu-tunggu oleh Fara pun tiba, sedari tadi pagi, Fara dan Pak Adi bersiap ke Jakarta dibantu Bu Anis."Kami berangkat, Bu," pamit Pak Adi pada istrinya

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 18

    "Kakak diem aja? Gak ngelawan?" cecar Raisa tak habis fikir. "Kasih tahu Bapak aja, ya?" usul Raisa. "Jangan!" sanggah Fara cepat sambil menggeleng. Risa menatap wajah cantik kakaknya yang tak terkikis oleh usia. Sosok yang selalu menolongnya saat ia sedang kesusahan, yang tak pernah marah padanya meskipun Raisa melakukan kesalahan. Raisa tak rela jika kakaknya diperlakukan seperti itu. "Tapi ini udh termasuk KDRT, Kak!" paksa Raisa. "Kakak tahu, tapi ini gak semudah yang kamu bayangin, Sa," ucap Fara. Lalu pikirannya menerawang ke masa enam belas tahun yang lalu, saat mereka masih melakukan Long Distance Relationship. Raisa yang mendesak Fara supaya ia bercerita tentang masa lalunya, diangguki oleh Fara. *** Saat itu, hari sedang hujan lebat, Fara sedang berada di kamar menemani Raisa kecil belajar. Tiba-tiba saja pintu depan diketuk, dan tak lama terdengar suara pintu terbuka. Samar-samar terdengar Pak Adi, Bapak Fara sedang berbincang-binca

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 17

    "Selagi kamu belum mengakuinya, jangan harap aku bakal lepasin!" bisik Dika yang membuat bulu kuduk Fara berdiri.Fara berfikir sejenak sambil sesekali meringis, karena rupanya Dika tak main-main dengan ucapannya. Akhirnya dengan penuh perhitungan, Fara pun mengangguk.Melihat Fara mengangguk, justru malah membuat Dika murka. Dihempaskannya Fara ke atas kasur dengan kasar, kemudian ia mengacak rambutnya frustasi. Sebenarnya Dika sudah berjaga-jaga jika jawaban Fara menyakiti hatinya. Namun, melihat langsung kenyataan yang ada di depan mata ternyata lebih menyakitkan. "Kenapa, sih, sekarang kamu jadi pembangkang gini?" tanya Dika kesal.Fara yang dihempaskan oleh Dika secara spontan itu memantul dan hampir mengenai Reza. Segera ia duduk lalu mengelus lengannya, yang tentu saja masih menyisakan lukisan tangan Dika yang berwarna merah karena cekalan yang cukup lama lagi kuat.Air mata pun masih saja saling berlomba turun ke pipi Fara yang mulus meskipun usia

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status