Share

Kebiasaan aneh

Tyo mengernyit jijik melihat pemandangan tak menyenangkan di depan matanya. Dinding putih kotor dapur hotel sangat merusak moodnya pagi ini. Asistennya yang sedari tadi berdiri di sebelahnya tak mampu berbuat banyak saat dengan mudahnya Tyo mengatakan dapur harus direnovasi ulang. 

"Ini apa?" 

"Wok, untuk masak pak." 

"Bersihkan. Saya tidak mau lihat barang di dapur berantakan dan terlihat tidak higienis," ujar Tyo yang diangguki oleh salah satu chef. 

Tyo tidak suka dengan barang-barang kotor dan berantakan. Untuk itu, semua barang yang ada di dalam ruangannya ia ganti. Apalagi yang tidak ditata rapi sesuai dengan urutannya. Tak pelak lagi akan jadi sasaran empuk berikutnya. 

"Itu kenapa botol minuman ditata seperti itu?" tunjuk Tyo pada setumpuk botol minuman yang terpajang rapi di rak penyimpanan di dekat gudang. 

Salah satu karyawan yang kebetulan sedang berada di sana ikut kebingungan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Tyo. Ia takut jika salah menjawab bisa saja ia berakhir dipecat olehnya. 

"Ini ditata sesuai urutan tanggalnya, pak." 

"Pindahkan. Tata ulang sesuai warna, botol dan juga tanggalnya. Jangan lupa, jumlahnya jangan ganjil," jelas Tyo yang diangguki oleh karyawan tadi. 

"Baik, pak."

Setelah acara inspeksi mendadak selesai, Tyo kembali lagi ke ruangannya. Duduk sambil memejamkan matanya yang terasa berat. Pekerjaan hari ini sangatlah membebaninya. Semua yang ada di hotel harus ia benahi sebelum rencana bos besar pemilik hotel itu datang dan memeriksa semuanya. 

Dua cangkir teh herbal miliknya baru saja datang. Dua cangkir sudah cukup membuat isi kepalanya rileks sejenak. Ditambah dengan makanan ringan yang kesukaannya, moodnya yang berantakan berhasil ia redam. 

"Lagi pusing?" 

Suara Diana terdengar jelas di telinga Tyo. Tanpa segan ia duduk di pangkuan kekasihnya dan wajah mereka saling bertatapan. 

"Iya. Kepalaku pening." Tyo memijit pelipisnya. Butiran peluh turun membasahi keningnya. Tyo seperti menahan sesuatu yang tak bisa ia hempaskan. 

"Mau aku ambilkan obat?" Tyo menggelengkan kepalanya. "Atau aku—"

"Kiss me, please." 

Diana tanpa ragu memajukan bibirnya. Keduanya hanyut dalam kenikmatan. Perlahan Tyo membuka matanya dan mengusap bibir merah Diana yang merekah, membuat pikirannya kembali untuk menikmatinya. 

"Kepalamu yang pening, mengapa bibirmu yang menginginkannya? Ehm?" Diana mengusap bibir penuh Tyo. Tatapannya menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar berciuman. 

"Diana. Aku merasa asing dengan diriku sekarang. Apa yang harus aku lakukan?" 

"Asing?"

Diana beringsut dari pangkuan Tyo. Pria itu berdiri dan berjalan hingga ke sudut jendela ruangan kerjanya. Matanya menatap kosong ke arah jalan besar 

"Boleh aku bercerita? Sedikit saja." Diana mengangguk. 

Tyo menunduk sejenak lalu mendongakkan lagi wajahnya membayangkan masa lalu yang sangat membekas di ingatannya. Masa lalunya tak terlalu buruk, hanya saja itu tak layak untuk diingat. 

"Aku, aku merasa bersalah atas kepergian kedua orangtuaku." dada Tyo merasa sesak mengawali cerita. "Aku merasa bersalah tapi bukan aku yang membuat mereka pergi."

"Mengapa bisa seperti itu?" tanya Diana. 

"Entahlah. Aku lupa."

Tyo berjalan lurus ke depan dan berhenti di dekat lemari kaca. Ditatapnya sejenak lemari tersebut lalu dengan cepat ia merapikan isinya. Ada dua patung kecil yang disejajarkan di pinggir, berikutnya ada plakat dan trophy penghargaan. 

"Menyebalkan," gumamnya. Tyo segera memanggil asistennya masuk ke dalam ruangan lalu menunjukkan lemari kaca tadi. "Kamu tolong singkirkan semua pajangan yang bentuknya tidak simetris. Terserah mau taruh mana saja. Saya tidak mau melihat pajangan itu ada di dalam ruangan ini."

"T-tapi pak."

"Kenapa?"

"T-tidak. Saya akan ambil semua yang tidak sesuai dengan keinginan bapak."

Tak sampai setengah jam, lemari kaca tadi sudah berubah menjadi rapi dan bersih. Semua benda yang ada di dalamnya tertata sesuai urutannya. Tyo tampak tersenyum puas melihat lemari kaca yang setiap harinya ia lihat menjadi sempurna sesuai keinginannya. 

"Kamu sering seperti ini?" Tyo menoleh memasang wajah bingung dengan pertanyaan Diana. "Kamu sering menyusun benda yang—"

"Aku kurang suka dengan benda yang tak sesuai dengan tempatnya."

"Sejak kapan?" tanya Diana penasaran. 

"Sejak beberapa tahun lalu, lupa kapan tepatnya."

Diana menggumam dalam hati, "Kebiasaan baru yang aneh."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status