Share

Profesional

"Meeting jam berapa?" Tyo mengawali pagi ini dengan pertanyaan penuh tantangan untuk asistennya. "Saya maunya kamu atur sesuai jadwal tanpa ada perubahan."

"Hari ini jam sepuluh di ruangan biasa, pak."

"Siapkan ruangan."

"Baik, pak."

Tyo memejamkan matanya sejenak. Pagi hari yang seharusnya ia lewati dengan suasana yang nyaman nyatanya banyak sekali masalah. Sudah dua hari dirinya dihantui mimpi buruk yang sama. Ia terbangun hampir setiap malam menjelang pagi. Tak heran wajahnya terlihat kusam dan rapuh saat ini. 

Suara deritan pintu membuat mata Tyo perlahan terbuka dan mengintip dari balik tangan yang menutup sebagian wajahnya. Diana datang di pagi hari mengunjunginya sebelum memulai pekerjaannya. 

"Hai, selamat pagi sayang. Sudah siap untuk meeting?" sapa Diana. Tyo hanya mengangguk ringan sambil bergumam. 

"Hmm..."

"Kamu kenapa?" Diana berdiri di dekat Tyo dengan tangan melingkar di lehernya. Tyo tak menolak, responnya hanya diam saja dengan mata tertuju pada laptopnya. 

"Sibuk."

"Nanti aku ikut meeting, aku mau kita profesional." 

Tyo menaikkan wajahnya menatap Diana yang masih berdiri di sampingnya. Diana dengan berani mengambil tumpukan buah potong yang ditata rapi di dalam piring dengan siraman saus khusus. 

"Buahnya enak?" Diana mengangguk. Tangan Tyo pun mengambil buah yang sama, lalu mengapitnya diantara gigi depannya. Matanya memberi kode pada Diana yang paham dengan maksud Tyo. 

"Aku suka itu."

Diana tak melewatkan kesempatan itu. Tyo yang mulai paham dengan sifat Diana setiap kali mereka berdua dalam satu ruangan, kini mulai terus menggodanya. 

"Kamu selalu paham." 

"Itulah mengapa aku jatuh hati padamu. Karena aku selalu paham apa yang kamu inginkan," rayu Diana. Ia tak ingin kalah dalam hal merayu kekasihnya. 

"Kita akan lanjutkan setelah meeting."

Sikap profesional ditunjukkan Tyo selama meeting berlangsung. Tyo sama sekali tak melirik Diana. Begitu pula dengan Diana yang tak ingin dicap tidak tahu tempat karena hubungan mereka. 

Begitu langkah mereka masuk ke dalam ruangan, hubungan mereka pun berubah menjadi partner bisnis. 

"Semuanya kita ubah jadwal dan promosinya. Saya tidak mau dengan proporsi acara yang diajukan tim bulan lalu. Semuanya kuno dan tidak menguntungkan," ujar Tyo di tengah-tengah meeting. 

Peserta rapat terdiam. Wajah mereka terlihat kebingungan lalu terdengarlah suara bisik-bisik yang membicarakan Tyo di belakang. Diana termasuk yang berbisik itu. 

Diana mengangkat tangannya lalu bertanya dengan suara lantang. "Bagaimana dengan nasib event organizer yang sudah bekerjasama dengan pihak hotel? Kita punya kesepakatan yang tidak mungkin diubah."

"Buat MOU baru."

"Tidak semudah itu. Anda kan manajer baru disini, pertimbangkan kembali peraturan lama." 

Suasana menegang. Diana dan Tyo terlibat adu mulut yang membuat dua kubu saling serang. Diana yang tak mau kehilangan eksistensinya menekan Tyo dengan berbagai argumen untuk menyudutkannya. 

"Silakan mengajukan keberatan. Saya disini juga harus bisa melihat di dua sisi yang berbeda," tegas Tyo. 

Meeting diakhiri dengan sikap keduanya yang dingin di tengah situasi yang memanas. Tyo bahkan tak mengindahkan Diana yang terus menerus memanggilnya. Hingga akhirnya kedua insan itu terjebak di kamar pribadi Tyo.

"Kamu cukup profesional, Tyo. Tapi ingat, kita punya kesepakatan yang tidak bisa diubah. Jadi, kamu—"

"Sebaiknya kamu dan anak buahmu cari cara agar semuanya mudah."

Diana mendorong tubuh Tyo hingga jatuh di atas ranjang mewah hotel. Tak membutuhkan waktu lama tiba-tiba saja Diana mendekati wajah Tyo dan kini keduanya bahkan tak berjarak sedikit pun. Kedua mata mereka saling memandang dengan hidung yang saling bersentuhan. 

Tyo menatap Diana terutama belahan bibir yang terlihat menggodanya. 

"Kamu terlihat cantik jika sedang menggoda seperti ini," rayu Tyo. Jarinya mengusap lembut permukaan bibir Diana. 

"Benarkah?"

Tanpa diduga Diana lebih dulu menyambar bibir Tyo. Keduanya saling berpagut mesra, perlahan keduanya menikmati aktivitas permainan panas sesaat sebelum akhirnya Tyo menyudahinya. 

"Sepertinya aku melupakan sesuatu."

"Sesuatu?"

"Aku—"

"Katakan, ada apa?" Diana mengerutkan dahinya. Tyo menggelengkan kepalanya. 

"Apa kamu pernah bertemu denganku di masa lalu?" Diana mengerutkan dahinya. "Aku, aku rasa pernah bertemu denganmu tapi aku lupa."

"Tyo, kamu—"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status