Share

Kamulah Jodohku, Alyana!
Kamulah Jodohku, Alyana!
Penulis: Sahira

Bab 1

Penulis: Sahira
"Tumor otakmu berkembang dengan sangat cepat, lokasinya juga cukup sulit. Tingkat keberhasilan operasinya sangat rendah ...."

"Kalau kamu nggak mau dioperasi, kemungkinan besar umurmu nggak sampai setahun."

Ucapan si dokter terngiang lama di telinga Alyana Imano.

Dia pun berjalan keluar rumah sakit dengan linglung. Saat masuk ke dalam taksi, hasil pemeriksaan yang dia bawa sudah lecek.

Alyana akhirnya tersadar dari lamunannya, dia harus memberitahukan kabar ini kepada tunangannya, Harison Gandhi.

Alyana mengeluarkan ponselnya, jemarinya menyentuh layar dengan gemetar. Dia akhirnya memutuskan untuk mengirimkan pesan.

"Harison, hari ini pulanglah lebih cepat. Ada yang ingin kubicarakan."

Tiba-tiba, terdengarlah bunyi tabrakan yang kencang dan mobil pun berguncang.

Tubuh Alyana sontak terdorong ke depan dengan kuat, kepalanya membentur kursi dan pandangannya menggelap di tengah rasa sakit yang menghujamnya.

Tidak lama kemudian, terdengarlah suara bising dari segala arah.

Belum sempat Alyana bereaksi, tiba-tiba pintu mobil terbuka dan sesosok pemuda bergerak mendekat. "Nona, kamu ...."

"Aku nggak apa-apa ...."

Alyana refleks mengibaskan tangannya. Dia hanya ingin secepat mungkin pulang, dia sama sekali tidak menyadari perubahan ekspresi si pemuda.

Akan tetapi, pemuda itu langsung mencengkeram pergelangan tangan Alyana sambil berkata, "Biar kuantar ke rumah sakit sekarang!"

"Nggak usah ...."

Pemuda itu tidak mengacuhkan penolakan Alyana. Dia langsung menggendong Alyana dan berjalan ke pintu belakang sebuah mobil Rolls-Royce Cullinan. "Paman, aku mau bawa dia ke rumah sakit!"

Dari balik kaca jendela mobil yang setengah diturunkan, terlihatlah sesosok wajah pria yang tampak begitu dingin. Pria itu mengenakan kacamata berbingkai emas yang bertengger di pangkal hidungnya yang tinggi, sepasang matanya yang berbentuk sipit dan terkesan acuh tak acuh itu sedang sibuk membaca pekerjaannya di layar sebuah tablet.

Pria itu bahkan tetap bersikap dengan tenang di tengah kondisi yang begitu kacau seperti ini.

"Pergilah."

Pemuda itu baru melangkah maju setelah mendapatkan izin.

Kepala Alyana terasa makin pusing, kepalanya akhirnya refleks bersandar pada dada pemuda itu.

...

Saat sadar kembali, Alyana sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit. Kepalanya terasa sakit berdenyut-denyut.

Tidak ada siapa pun di sekitarnya.

Alyana akhirnya duduk di atas ranjang dengan susah payah. Setelah menenangkan diri sejenak, dia baru ingat ada janji bertemu Harison.

Pria itu paling benci orang yang terlambat.

Jantung Alyana sontak terasa seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. Dia langsung turun dari ranjang dan keluar dari kamar rawat tanpa mengindahkan rasa sakit di kepalanya.

UGD rumah sakit itu dipadati orang. Alyana melangkah maju sambil berpegangan pada dinding. Secara kebetulan, ekor matanya melihat sosok seseorang di tengah kerumunan.

Orang itu adalah Harison!

Pria itu sedang menggendong Alina Imano sambil berjalan dengan tergesa-gesa, lalu langsung menghilang di antara kerumunan orang!

Entah berapa lama Alyana hanya bisa berdiri termangu di sana, sebelum akhirnya tersadar karena ponsel di sakunya bergetar.

Dia mengeluarkan ponselnya, lalu membaca pesan balasan dari Harison, "Besok saja kita bicara, hari ini aku nggak pulang."

Kejadian yang begitu menyedihkan sekaligus familier.

Karena ini bukan pertama kalinya Harison melupakannya gara-gara orang lain.

Bagi Harison, tidak ada apa pun atau siapa pun yang lebih penting daripada tunangannya.

Masalahnya, Alyana tidak menyangka bahwa adiknya, Alina, ternyata akan mendahuluinya.

Kenapa?

Rasanya hati Alyana begitu hancur. Kenapa harus Alina?

Alyana pun menelepon Harison seolah-olah ada suatu kekuatan misterius yang merasukinya. Lama sekali hanya dering nada sambung yang terdengar sebelum akhirnya panggilan itu diangkat.

Suara Harison dari ujung telepon sana terdengar jelas sangat tidak sabar. "Sudah kubilang aku nggak pulang ...."

"Sekarang kamu lagi di mana?"

Alyana bertanya dengan suara yang serak sambil mati-matian berusaha agar jangan sampai menangis.

"Memangnya aku bisa di mana lagi?"

Harison balik bertanya, tetapi lalu menambahkan karena merasa bersalah, "Aku lagi di kantor, sibuk banget."

Alyana menggenggam ponselnya dengan erat, sebersit senyuman getir berkilat dalam tatapannya. Bagus sekali, ternyata Harison tetap membohonginya.

Sepertinya Harison menyadari ada yang salah dengan Alyana, dia berujar lagi dengan suara yang sangat lembut, "Kamu tunggu saja aku di rumah, Alya, nanti aku akan langsung pulang menemuimu setelah pekerjaanku selesai."

"Aduh ...."

Tiba-tiba, terdengar keluhan kesakitan pelan dari ujung telepon sana.

Tentu saja Alyana bisa mendengarnya, tetapi dia berpura-pura tidak mendengar. Dia hanya menjawab dengan suara pelan, "Oke, kutunggu, ya."

Setelah itu, panggilan itu langsung diputus.

Harison bahkan tidak sempat berpamitan dengan Alyana karena sudah sibuk mengasihani Alina.

Alyana menurunkan ponselnya. Jantungnya yang semula terasa begitu nyeri sekarang seolah berhenti berdetak. Rasanya hampa dan sunyi.

Ternyata Harison benar-benar lupa.

Padahal, sore ini mereka seharusnya pergi bersama untuk mengambil gaun pengantin.

...

Sekembalinya ke vila, Alyana langsung mengunci diri di dalam kamar pengantinnya dan jatuh tertidur.

Dia memimpikan semua ingatannya selama 26 tahun ini yang berlalu begitu cepat seperti pertunjukan sekilas.

Alyana tertukar saat baru lahir.

Waktu Alyana berusia 12 tahun, ayah angkatnya terlilit banyak utang karena suka berjudi. Ibu angkatnya juga menggunakan Alyana sebagai alat untuk mencoba memeras uang.

Pada akhirnya, mereka dipenjara.

Alyana pun kembali ke Keluarga Imano, tetapi Alina, si putri palsu yang selama ini Keluarga Imano besarkan tidak kembali ke keluarga aslinya.

Awalnya, Keluarga Imano berusaha sebisa mungkin untuk menebus kesalahan mereka kepada Alyana. Itulah masa-masa yang paling membahagiakan bagi Alyana.

Namun, entah sejak kapan, semua itu perlahan berubah.

Walaupun Alyana adalah anak kandung mereka, tetap saja rasa kekeluargaan yang orangtuanya jalin dengan Alina melalui interaksi sehari-hari lebih kuat.

Pada akhirnya, Alyana justru menjadi orang yang paling salah tempat di Keluarga Imano. Alina juga selalu pamer di depan Alyana dengan mengandalkan kasih sayang keluarga yang tidak Alyana dapatkan.

Kemunculan Harison ibarat secercah sinar mentari yang menerangi kehidupan gelap Alyana.

Orang-orang di luar sana menertawakan dan mengejek Alyana sebagai seorang penjilat, tetapi mereka tidak tahu bahwa dia justru menggunakan Harison sebagai penyelamatnya.

Selama ini, Alyana pikir Harison menyukainya. Jika tidak, kenapa juga Harison begitu memperjuangkannya hingga mereka akhirnya bertunangan?

Satu minggu lagi adalah pesta pertunangan mereka.

"Menikahlah denganku. Aku janji akan memperlakukanmu dengan baik selamanya."

"Ya, aku mau."

Di tengah terang cahaya dan gelap bayangan, Alyana sontak terkejut saat melihat bahwa sosok tokoh utama wanita di atas panggung sana sudah berubah menjadi Alina.

Sementara dia sendiri hanya bisa berdiri diam di tempat sambil menyaksikan Alina mengenakan cincin nikahnya ....

Alyana sontak terbangun dengan kondisi berkeringat dingin.

Langit di luar jendela sana tampak terang.

Kamar itu kosong, hanya ada dirinya di dalam sana.

Ternyata Harison sama sekali tidak pulang semalam.

Alyana juga tidak ingin mencari tahu apakah tunangannya itu bersama Alina atau tidak.

Kepalanya terasa begitu sakit setelah memimpikan semua itu. Rasanya dia seperti diingatkan bahwa waktunya hampir habis dan dia tidak boleh menyia-nyiakannya demi orang lain.

Alyana pun bangun dari tempat tidur untuk mandi. Pada saat itulah dia menyadari bahwa ada sepotong perban besar di dahinya yang berlumuran darah.

Ternyata luka yang dia alami akibat tabrakan dari belakang kemarin cukup serius.

Alyana mengambil kotak obat, lalu mengganti perbannya. Dia refleks meringis kesakitan dan menggertakkan giginya. Sebentar lagi 'kan dia akan mati, jadi mana mungkin dia tidak bisa menahan sedikit rasa sakit seperti ini?

Setelah mengobati lukanya kembali, Alyana pun menatap pantulan dirinya di cermin.

Wajahnya tampak pucat dengan sorot tatapan seperti orang yang tidak bernyawa. Setelah satu malam berlalu, dia juga tampak jauh lebih kuyu.

Pada akhirnya, kehidupannya bukanlah sesuatu yang layak.

Alyana merasa sangat konyol. Padahal hidupnya begitu singkat, tetapi malah dia habiskan demi orang lain.

Pikiran Alyana yang semula begitu jenuh mendadak menjadi jernih.

Dia pun mandi, lalu berjalan turun. Di lantai bawah sana, pelayannya, Dena, sedang sibuk di dapur.

"Nona, tunggu sebentar lagi, saya hampir selesai. Nanti Nona pikir saja masih perlu beli apa lagi yang lain atau nggak, biar saya ...."

"Nggak usah, buatkan saja aku mi."

Dena sontak terkejut, lalu menjulurkan kepalanya keluar dapur dan bertanya sambil menatap Alyana, "Bukannya Tuan Harison bakal pulang untuk makan?"

"Entahlah."

Alyana duduk di meja makan sambil mengetik pesan di ponselnya. Ujung jarinya berhenti sejenak, "Harusnya dia akan pulang."

Namun, sepertinya tidak perlu juga menyiapkan apa pun untuk Harison. Kemungkinan besar pria itu bahkan tidak akan memakan sesuap pun.

Setelah itu, Alyana mengirim pesan ke grup keluarga. [Harison dan aku sudah membatalkan pertunangan kami.]

Dena tidak tahu apa yang sedang Alyana lakukan, tetapi dia merasa ada yang aneh.

Selama sekian tahun ini, Alyana selalu memasak untuk Harison. Pria itu sangat pilih-pilih soal makanan dan hanya memakan apa yang Alyana masak. Bahkan terkadang apabila Alyana sedang sakit, dia tetap memasak karena takut Harison akan kelaparan.

Kenapa hari ini Alyana justru terkesan seperti orang yang berbeda?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 355

    'Mengantar sesuatu?'Alyana terkejut, lalu menoleh menatap punggung Deo. 'Jangan-jangan dia itu senior yang dimaksud Bu Vita?'Namun, kenapa dia belum pernah mendengar kalau Deo itu muridnya Vita?Dengan penuh rasa ingin tahu, Alyana mengikuti Deo masuk ke ruang tamu. Begitu melihat tak ada orang lain di sekitar, barulah dia berani bertanya, "Kamu senior itu?""Ya."Deo menyerahkan sebuah gulungan lukisan padanya, ekspresinya tetap datar. "Ini titipan dari Bu Vita. Aku disuruh kasih ke kamu dulu."Beberapa hari lalu, Deo sempat menolak tugas ini."Bu Vita, kamu sendiri juga akan ke sana. Kenapa harus aku yang duluan ke tempatnya?"Dari seberang telepon, Vita hanya tertawa pelan. "Deo, dia baru tiga tahun ikut denganku. Sekarang dia pulang ke tanah air dan mulai dari nol. Dia pasti butuh banyak bantuan.""Sebagai gurunya, aku sudah nggak bisa memberinya banyak. Yang bisa kulakukan cuma membantu mencarikan seseorang di dalam negeri yang bisa bantu dia.""Aku tahu kamu sudah terbiasa send

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 354

    Pada hari peresmian studio, para wartawan dari berbagai media datang lebih awal dari biasanya.Di halaman sudah disiapkan jamuan teh kecil-kecilan, para wartawan berkumpul sambil mengobrol santai."Kira-kira Firly datang nggak, ya?""Mungkin. Bukannya dia baru saja wawancara Nona Alyana? Hari ini Atmara resmi berdiri, pasti dia nggak mau ketinggalan berita besar.""Jangan remehkan Firly cuma karena dia anak orang kaya, dia tuh kerja keras banget. Kalau nggak, mana mungkin dia bisa menang penghargaan berita internasional? Menurutku sih, urusan cinta-cintaan nggak bakal ganggu ambisinya.""Eh, tapi kalian benaran nggak penasaran? Di antara mereka bertiga, siapa sih yang sebenarnya disukai Pak Nathan?"Para wartawan saling pandang dan tersenyum penuh arti.Berita soal studio Begonia yang dibuka di Kota Anjelo memang penting, tetapi kalau bisa sekalian dapat gosip keluarga kaya, itu bonus yang tidak bisa ditolak.Semua datang dengan niat menonton drama, hanya saja tidak ada yang mau terang

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 353

    Jangan-jangan, taktik tarik ulur ini malah jadi bumerang buat dia?…Sejak hari itu, Alyana tak pernah lagi melihat Nathan.Dia tak ingin menguras pikirannya untuk emosi-emosi aneh ini, jadi dia memaksa dirinya tetap sibuk, agar tak sempat memikirkannya.Tak terasa, tinggal tiga hari lagi sebelum studionya resmi dibuka.Alyana menerima telepon dari Vita. Ekspresinya langsung berseri-seri. "Bu, apa Ibu akan datang langsung buat bantu potong pita?""Tentu saja!"Suara Vita terdengar sangat ceria di ujung sana. "Murid paling kubanggakan buka studio sendiri, sesibuk apa pun aku pasti hadir untuk memberi dukungan!""Aku dengar selama kamu pulang ke tanah air buat pameran foto, kamu benar-benar jadi sorotan. Hampir tiap hari viral!""Alya, aku benaran bangga banget. Aku juga merasa beruntung punya murid sehebat kamu. Tuhan benar-benar baik padaku!""Oh ya, aku sudah siapkan hadiah untukmu. Sekarang sedang dikirim, mungkin akan sampai sebelum aku tiba."Alyana merasa tersanjung. "Bu, Ibu mau

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 352

    "Kenapa kamu masih bengong? Tuan Muda Devon mau pergi tuh!"Imelda melangkah maju sambil menarik lengan Alina, tetapi Alina menepisnya dengan keras.Tak seperti biasanya, Alina menatap ibunya dengan dingin. "Kalau dia mau pergi, biarkan saja. Kenapa harus aku yang disuruh minta maaf?""Yang menyakiti Devon itu Alyana. Kenapa aku yang harus bereskan masalahnya? Kenapa kalian nggak cari dia saja dan suruh dia minta maaf langsung ke Devon!"Imelda tertegun. "Alin, kenapa kamu ....""Ibu, Alin nggak salah kok."Arifin mendekat dan membantu Alina berdiri. "Yang buat masalah itu Alyana, tapi kita yang kena imbas. Jadi, ya seharusnya dia yang disuruh tanggung jawab.""Tapi ...."Imelda tampak ragu. "Dia saja nggak mau ketemu kita, apalagi mendengarkan omongan kita.""Ibu nggak dengar kata-kata Tuan Muda Devon tadi?" Arifin menaikkan alisnya. "Dia bukan minta kita suruh Alyana minta maaf, tapi suruh kita kasih pelajaran ke dia.""Asal kita lakukan sesuai maunya dia, Tuan Muda Devon pasti nggak

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 351

    "Jangan cuma lihat dia yang dingin. Dia itu sebenarnya baik hati. Kami sudah berteman sejak kecil dan semuanya pernah merasakan kebaikannya. Dia selalu baik ke orang-orang di sekitarnya.""Nona Alyana, kamu juga sudah cukup lama kenal Kak Nathan, pasti tahu juga, 'kan?"Firly menatap Alyana dengan tulus, bibirnya tersungging senyum tipis yang terlihat polos dan tanpa maksud tersembunyi.Kalimat-kalimat ini terdengar masuk akal, tak ada yang bisa dipermasalahkan.Namun, Alyana tetap menangkap maksud yang lebih dalam.Firly tahu Rekasa masuk panti jompo karena rencana mereka berdua, jadi menyebut soal pertemanan beda usia itu untuk menekankan bahwa Nathan hanya melakukannya karena hubungan itu.Lalu, dia menyinggung soal Nathan yang dingin di luar, tapi hangat di dalam. Nathan sangat baik ke semua temannya, jelas-jelas ingin mengingatkan Alyana bahwa dia bukanlah orang yang spesial.Baru sekarang Alyana sadar, Firly menganggapnya sebagai pesaing.Namun, karena lawannya tidak bicara langs

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 350

    Setelah wawancara sebelumnya, suara itu sudah sangat familier bagi Alyana. Dia pun mengerutkan kening. Kenapa Firly ada di sini juga?Tak lama, Firly berjalan mendekat dengan tangan menyilang di dada, pura-pura terlihat antusias sambil menatap Devon. "Kamu pasti Tuan Muda Devon, 'kan? Hai, aku Firly, sekarang kerja sebagai reporter.""Aku dengar belakangan ini kamu kena skandal cinta. Ini berita panas. Boleh nggak bocorkan sedikit biar nanti bisa aku bagi ke rekan-rekanku.""Diam!"Devon sontak berdiri. Dia tampak agak waspada karena tahu latar belakang Firly di Keluarga Haron. Dia hanya bisa menggertakkan gigi. "Nona Firly, tolong jangan ikut campur urusan ini.""Lho, kok dibilang ikut campur? Mengumpulkan bahan berita itu pekerjaanku tahu!" balas Firly sambil mengeluarkan ponsel, lalu mengarahkan kamera ke Devon."Oh ya, tadi waktu kamu berlutut minta maaf aku belum sempat rekam. Bagaimana kalau kamu ulangi lagi sekarang, biar bisa aku dokumentasikan?""Nanti aku bantu buatkan artike

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status