..."Loh, kok dah balik?" tanya Suaka yang kaget melihat Desy sudah kembali dari rumahnya dengan cepat."Iya. Maaf, Mas. Soalnya tadi aku ke sana dan ketuk berulang kali bahkan tombol bel aku bunyikan berulang kali tak juga ada tanggapan. Lalu aku mencoba tanya satpam, katanya Mbak Almira sudah meninggalkan apartemen sejak pagi."Suaka begitu kaget dengan kabar yang Desy katakan. Ia sampai berdiri dan memandang wajah istrinya dengan sangat dekat."Kamu sedang tidak bohong, kan?" Suaka benar-benar tak percaya dengan apa yang istrinya katakan."Tidak, Mas. Sumpah demi apapun! Kalau Mas tidak percaya, Mas bisa ke sana dan tanya dengan petugas satpam yang tadi aku temui. Buat apa Desy berbohong, kalau faktanya begitu. Bahkan satpam tadi mengatakan, jika dia pergi dengan terburu-buru dan membawa dua koper besar di tangannya.""Kamu nggak tanya dia mau ke mana?""Sudah tanya, tapi satpam nggak tahu. Terus bagaimana ini, Mas?" Desy tidak begitu panik sebenarnya. Ia yakin Almira tidak mungkin
..."Bagaimana?" tanya Raisa saat menghubungi Desy yang sedang dinas malam ini dengan mengirimnya pesan."Dia sudah pergi dan kita sudah tidak ada urusan lagi. Jadi, sekarang juga hapus semua video yang kamu punya tentangku itu. Jangan ingkar Raisa, aku tak akan memaafkanmu jika itu terjadi.""Maafmu nggak akan ada gunanya bagi saya. Memaafkan atau tidak, tak penting! Saya akan simpan video ini sebagai bahan untuk membuatmu membantu saya.""Kurang ajar!"Setelah kalimat umpatan itu, Raisa tak membalas lagi. Nomornya juga tak aktif, membuat Desy merasa kesal. "Apa tidak bisa berlaku baik sedikit saja? Baru tahu ada artis kelakuan bar-bar seperti itu," batin Desy.Desy memasukkan ponselnya ke dalam saku dan ia menggosokkan telapak tangannya yang terasa dingin. Deringan ponsel membuatnya kaget karena saking seriusnya menatap ruangan yang sangat sepi itu."Assalamualaikum, Dek. Lagi ngantuk ya?" Ternyata kali ini Suaka yang menelpon. "Iya. Sepi banget rumah sakitnya malam ini. Biasanya
...Almira pandangi benda pipih pemberian Abbas. Pengacara Lyan sengaja memberikan ponselnya kembali agar dia bisa berkomunikasi dengan orang yang ada di kontaknya. Termasuk Meysila dan Suaka. Rindu karena selama ini, ia menjalankan butik dengan pantauan Lyan yang tidak ia ketahui keberadaannya. Abbas hanya mengatakan, jika Lyan mewariskan butik untuknya dikembangkan. Abbas mengatakan seolah-olah Lyan sudah mati dan Almira harus berjuang mewujudkan cita-cita Lyan yang tertunda. Jangan ditanya bagaimana perasaan Almira saat itu. Selain duka mendalam, Almira juga bingung apakah berita itu benar atau tidak. Karena sejauh pantauan media, pemberitaan Lyan hanyalah hilang dan tak kembali. Begitupun dengan dia, yang dikabarkan hilang karena tak diketemukan di manapun. Kemarin ia membuka ponsel miliknya dan iseng mengirim pesan pada sahabatnya, Meysila. Berharap nomor sahabatnya itu masih aktif. Saat mengirim pesan itu, hanya centang satu yang dia dapat sehingga ia mematikan kembali ponsel m
.....Lyan pandangi hamparan sawah nan hijau. Rindu ingin bertemu kian menggebu tapi ego seakan memaksa untuk tinggal. Jika saja semesta mendukungnya melakukan itu, sudah ia lakukan jauh-jauh hari."Den ada telepon penting. Harus disampaikan katanya."Lyan yakin ini dari Abbas. Pengacaranya itu pasti akan menanyakan kapan dia pulang ke Bogor."Kenapa dirimu susah sekali dihubungi? Aku diberondong Raffi dan Almira agar mau memberitahu mereka jika kamu ada di sini. Gimana dong?" tanya Abbas. "Jika saja ilmu teleportasi masalah itu ada, tidak perlu aku menggunakan jasa orang lain untuk menghandle semua masalahku."Abbas berdecak sebal. Selalu Lyan mengatainya dengan hal seperti ini. Nggak nyambung emang, tapi menyimpan rahasia terlalu lama juga beresiko padanya. Terlebih Raffi mengancam akan membuatnya diserbu wartawan kalau sampai tidak mau memberikan informasi pada dirinya."Apakah di dunia ini tak ada yang bisa membuat diriku tenang sebentar saja? Katakan pada mereka, aku akan pulan
..."Bang."Prisil menyusul Lyan yang pergi ke taman yang biasa ia jadikan tempat biasa Lyan datangi."Jangan bujuk saya buat berbicara dengan ayah terlebih dahulu."Prisil tahu, kakaknya ini sedang marah. Karena Lyan menyebut dirinya 'saya' dan bukan sebutan 'abang' seperti biasanya."Nggak. Prisil hanya rindu Abang. Sudah banyak ya ikan yang dulu kita taruh hanya 6 biji itu, Bang?"Prisil hanya bisa menghembuskan nafasnya dalam. Berbicara dengan Lyan yang sedang dibalut emosi, memang tidak mudah. Tetapi ia yakin akan ada cara untuk membuat kakaknya itu luluh."Abang gak cari kak Suaka? Dia kasian, Bang."Masih tetap diam, tapi Prisil akan mencoba mendamaikan ketiganya yang berselisih. Ia tak ingin saat dirinya kembali, keadaan masih seperti ini."Dia mau bercerai dengan Mbak Desy karena ketahuan bersekongkol dengan Raisa. Prisil kira Abang kekasihnya Raisa, ternyata bukan. Hehehe, kekasihnya Mbak Almira ya? Kemarin Prisil ketemu di butik. Dia cantik," ucap Prisil. Lyan masih diam t
....Ya. Saya akan balas perbuatan Raisa yang sudah membuat Suaka hampir kehilangan separuh hidupnya. Tugas seorang Abang itu berat, jadi kamu harus meringankan untuk menjadi separuh hidup saya.""Eh …"Almira tampak bingung dengan apa yang diucapkan Lyan padanya."Kamu mau membantu saya, Aira? Bantu saya untuk merasa nyaman kembali berada di dunia ini. Jika kamu bersedia, maka saya tidak akan pergi lagi.""Mak-sud Bee tuh ngomong apa? Aku nggak paham," ucap Almira tampak gugup. Sebenarnya apa yang diucapkan Lyan bisa ia pahami, hanya saja perlu penjelasan mendetail mengenai apa yang diucapkan Lyan padanya."Ikut saya untuk ke rumah keluarga saya. Saya akan memperkenalkan kamu pada Ibu saya. Ibu saya sedang sakit dan mungkin beliau ingin tahu alasan kenapa saya pergi terlalu lama," ucap Lyan."Ibu sakit? Sakit apa, Bee?" Wajah khawatir tercetak jelas di mata Almira. Meski belum pernah bertemu, ia seakan ikut merasakan kesedihan Lyan."Nanti kamu tanyakan saya sendiri. Jadi apa jawaban
....Almira berbincang banyak hal dengan Melati. Dari hal yang disukai Lyan hingga tidak, serta apa saja yang Lyan alami sedari kecil, Almira sudah tahu dari sang Ibu Lyan itu. "Jika sembuh nanti, bawa Almira main lagi ya, Lyan?" ucap Melati saat Almira pamit hendak pulang diantar Lyan."Insya Allah."Almira yang baru keluar kamar Melati dan hendak pulang dengan Lyan, dicegah Ardhana. "Tunggu!"Almira berhenti sedangkan Lyan sudah tahu apa yang hendak ayahnya katakan karena dia sempat mendengarkan keluhan sang ayah tadi saat keluar kamar."Ai, saya tunggu di mobil. Silahkan bicara dalam waktu 10 menit dan tidak lebih," tegas Lyan.Lyan berjalan meninggalkan Ardhana bersama Almira berdua di ruang tamu. Almira merasa takut dihadapkan dalam tatapan menilai Ardhana."Ada apa, Om? Apa Almira ada salah? Maaf jika kedatangan Almira membuat Om tidak nyaman," ucap Almira membuka pembicaraan."Tidak, Almira. Om hanya mau meminta maaf padamu karena sudah salah menilai sejauh ini sehingga membu
....Lyan menyusul ke balkon setelah memakai pakaiannya. Ia memeluk Almira dari belakang membuat Lyan kaget."Bee."Almira spontan melepas pegangan tangan Lyan pada pinggulnya. "Jangan seperti ini. Aku lebih takut kamu pergi lagi setelah berbuat baik padaku," ucap Almira. Nyatanya, kepergian Lyan yang tiba-tiba setelah berciuman dengannya, membuat dirinya nyaris tak habis pikir apa alasannya. Itulah alasan Almira mengatakan, lebih takut ditinggalkan kembali karena sikap dirinya yang terlalu murahan menurutnya.Bukan Lyan namanya jika tidak bisa menjelaskan. Ia meraih kedua tangan Almira dan meletakkannya di pundaknya seperti orang hendak berdansa."Saya waktu itu hanya sedang menjahilimu, serius," kelakar Lyan sambil tersenyum membuat Almira menurunkan tangannya dan mencubit lengan kekar Lyan."Jahat banget, sih!" omel Almira sambil merengut. Lyan membawanya dalam dekapan dan Almira terisak di dada bidangnya. Bukan sedih lantaran dikerjai, tapi sedih karena takut ditinggalkan kembali