Beranda / Romansa / Karena Utang, Dinikahi Sultan / Perhatian Yang Tanpa Disadari

Share

Perhatian Yang Tanpa Disadari

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-20 13:16:20
Pagi itu, Amara yang baru habis mandi membuka pintu kamar bersamaan dengan Arga yang tengah berjalan di lorong.

Gara-gara momen bercinta pagi ini membuat mereka kesiangan.

Amara berlari kecil di belakang Arga menuruni anak tangga dengan blazer yang belum dikancing dan rambut belum disisir apalagi make up.

“Aku kesiangan,” kata Amara sembari mengoles roti asal-asalan dengan selai strawberry di dapur.

“Kamu sih,” kata Arga bergumam setelah menenggak sebotol air mineral dingin dari dalam kulkas.

“Kamu yang ngajakin gituan pagi-pagi,” balas Amara tidak mau kalah sembari mengerucutkan bibir menggemaskan membuat Arga terkekeh.

Arga menarik Amara lebih dalam ke area kitchen island setelah istrinya itu meletakan roti di atas piring.

“Katanya kesiangan, tapi kamu mancing-mancing terus.” Arga bergumam sembari mengancingkan blazer Amara.

Jantung Amara seketika berdetak sangat kencang.

Setelah Arga selesai, Amara bergegas menjauh dengan gesture gugup yang kentara.

Dia
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Adfazha
iya dehh percaya Arga gk bkln jth cinta tp otw bucin sih pasti tuhh skrg aja udh posesif akut overprotective sygnya msh denial gk ngaku gengsinya setinggi langit
goodnovel comment avatar
achiharomi
ahhh ga sabar lanjutannya mba er...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Masih Belum Terbongkar

    Alena berdiri di depan cermin kamar, mengenakan gaun tidur satin warna krem pucat. Perutnya yang membesar terlihat begitu mencolok, membuat siluet tubuhnya berubah total. Namun alih-alih merasa tak nyaman, ia memandangi dirinya sendiri dengan senyum puas.Tangannya mengusap lembut tonjolan perut itu.“Lihat, Nak… sekarang pria yang Mami cintai semakin sering di rumah. Semakin dekat dengan kita. Kita menang.”Ia menoleh ke sisi ranjang, di mana ponsel Arga tergeletak. Suaminya itu sedang mandi setelah seharian bekerja dan kembali langsung ke penthouse—kebiasaan yang kini makin sering terjadi sejak usia kandungannya memasuki trimester akhir.Tidak ada lagi nama ‘Amara’ dalam percakapan mereka. Tidak ada lagi ruang untuk perempuan itu dalam hidup Arga.Alena duduk perlahan di ranjang, membuka aplikasi foto dan menatap gambar USG terakhir yang tersimpan di galerinya. Di sana, gambar bayi mungil itu tertera jelas, posisi kepala sudah mengarah turun—siap lahir kapan saja dalam beberapa

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Masih Mencari Amara

    Hujan di luar sudah reda ketika Bayu meninggalkan vila itu, menyisakan aroma tanah basah dan embun yang merayap masuk lewat celah jendela.Villa kecil itu perlahan tenggelam dalam keheningan. Ima sudah kembali ke kamarnya, dan Rembulan tertidur pulas di dalam box dengan selimut tebal menutupi tubuh mungilnya.Amara menutup pintu kamar dengan perlahan, kemudian berjalan ke ruang tengah. Di sana, ibu Sumiati sedang duduk di kursi rodanya, memeluk selimut sambil menatap api kecil yang tinggal bara di tungku.“Ibu belum tidur?” tanya Amara pelan, duduk di karpet di sebelah ibunya.Sumiati menoleh dan tersenyum lembut. “Belum. Ibu nunggu kamu.”Amara menatap api, diam sejenak. “Bayu udah pulang. Dia bawain banyak bahan makanan dan obat untuk Ibu.”“Iya, Ibu tahu.” Suara ibu Sumiati terdengar pelan tapi berat. “Dan Ibu juga lihat caramu menatap dia.”Amara menegang sedikit. “Aku enggak—”Sumiati memotong dengan lembut, “Kamu enggak perlu ngelak. Ibu tahu kamu perempuan yang enggak g

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Kehadiran

    Dari jendela kamar yang terbuka setengah, suara ayam jantan dan gemericik sungai kecil terdengar samar. Jam di dinding menunjukkan pukul lima pagi. Tapi bagi Amara, hari sudah dimulai sejak satu jam lalu.“Pelan-pelan, Nak … iya sayang … Mama di sini,” bisiknya lembut sambil menggendong Rembulan yang menangis kecil minta disusui.Dengan rambut yang masih acak-acakan dan mata yang sembab karena belum cukup tidur, Amara duduk di kursi goyang di pojok kamar. Selimut tipis menyelimuti kakinya. Di pelukannya, Rembulan yang mungil mengisap dengan rakus, matanya terpejam, tenang dalam dekapan ibunya.Amara menatap wajah bayinya yang begitu damai, kulitnya kemerahan, napasnya kecil dan teratur. Hatinya terasa penuh—bukan karena segalanya sudah baik-baik saja, tetapi karena untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa sangat berarti.“Maaf ya, Bulan … Mama masih belajar,” bisiknya. “Tapi mama janji… akan jadi tempat pulangmu yang paling aman.”Beberapa saat kemudian, pintu kamar diket

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Rencana Arga

    Langit Jakarta mulai gelap ketika Arga sampai di area parkir bawah penthouse Alena. Setelah seharian penuh tenggelam dalam data, rapat, dan presentasi merger, ia pikir pikirannya akan lebih jernih. Tapi saat pintu lift terbuka dan aroma lavender dari diffuser di ruang tamu menyambutnya, gelombang kekesalan yang ia tahan sejak tadi meledak begitu saja.Alena belum ada di dalam.Penthouse kosong.Lampu ruang makan menyala, tapi meja bersih. Tidak ada tanda kehadiran seseorang yang baru saja pulang dari rawat inap rumah sakit. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, tidak ada jejak kelelahan, tidak ada suara.Arga mendengus, melempar jasnya ke sandaran sofa. Ia melihat jam. Hampir pukul tujuh malam. Tangannya mengepal.Beberapa menit kemudian, terdengar suara bip dari pintu depan. Alena masuk, mengenakan setelan kerja stylish berwarna navy blue. Di tangannya—tas kerja dan dua kantong belanja berisi snack dan teh herbal. Wajahnya berseri, seperti baru pulang dari kantor, bukan dari masa pem

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Fokus Melepaskan Diri Dari Alena

    Suasana ruang kerja Arga di lantai tertinggi kantor CitraKredit terasa lebih senyap dari biasanya. Tirai terbuka, membiarkan cahaya matahari pagi menyorot meja panjang yang dipenuhi dokumen. Arga duduk dengan tubuh condong ke depan, kemeja putih yang biasanya rapi kini digulung hingga siku, dasi dilepas, rambut sedikit berantakan. Pandangannya terpaku pada layar laptop, di mana grafik merger dan laporan valuasi perusahaan tersusun rapi.Zeno mengetuk pintu sekali sebelum masuk tanpa menunggu persetujuan. Di tangannya penuh dengan tumpukan berkas baru.“Ini dokumen final dari pihak Wibisono. Mereka setuju dengan valuasi yang kita ajukan karena lo berhasil kasih mereka keturunan,” ucapnya dingin, meletakkan map di atas meja.Arga tak langsung merespon. Ia mengambil map itu, membukanya, dan mulai membaca dengan teliti.“Gue akan penuhi semua yang mereka minta,” ujarnya pelan tapi mantap.Zeno menyandarkan diri ke sisi meja. “Lo sadar, ini artinya lo harus tetep sama Alena—minimal

  • Karena Utang, Dinikahi Sultan   Belum Siap

    Apartemen mewah Cassandra di jantung kota masih menyala terang meski hari sudah mulai malam. Lampu-lampu gantung berkilau hangat, menyinari interior elegan penuh cita rasa borjuis. Musik jazz lembut terdengar dari speaker di sudut ruangan, mengisi kekosongan yang hanya bisa dimiliki orang kaya—dan kesepian.Ketika pintu diketuk, Cassandra tersenyum kecil. Dia tahu siapa yang datang tanpa perlu bertanya.Rendy masuk tanpa banyak basa-basi, jaket kulitnya basah karena gerimis. Matanya menyapu interior seperti biasa—tak pernah terkesan, tak pernah kagum, seolah kemewahan hanyalah latar biasa dari permainan yang lebih besar.Cassandra berjalan menghampiri dengan langkah anggun, mengenakan gaun tidur satin merah marun yang menempel sempurna di tubuhnya.“Rendy,” bisiknya, seolah nama itu adalah puisi.“Aku datang bukan buat basa-basi,” ucap Rendy dingin, membuang pandangan ke arah jendela.Cassandra mendekat, tak terganggu. “Aku senang kamu datang… kabar baik atau buruk?”“Amara per

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status