Share

11. diam menghanyutkan

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-25 08:07:56

Keesokan hari aku bertemu dengan Bendi di meja makan. Dia yang melihatku masih dengan wajah pucat dan nampak sedikit sakit kepala, hanya diam saja dan melanjutkan pekerjaan di laptopnya. Kuambil tempat duduk berhadapan dan langsung menuangkan segelas susu, lantas mengesapnya.

"Kamu masih sakit kepala?"

"Eng, tidak," jawabku sambil tersenyum seolah tidak terjadi apa apa.

"Kamu masih marah?"

"Memangnya kalau marah apa untungnya?"

"Lihat kepikir karena melihat ekspresi kesedihan dan terkejut mu kemarin Kau pasti akan sangat meledak-ledak padaku."

"Tidak menangis atau marah bukan berarti aku tidak mencintaimu, Mas, tapi melawan kehendak Ibumu itu adalah hal mustahil," balasku.

"Aku akan berusaha bicara pada Mama agar dia merevisi keputusannya, aku yakin mau makan dulu karena masih banyak cara lain untuk memutuskan bisnis Tidak harus menjadi sebuah keluarga."

"Menurutnya meluaskan bisnis dengan membuat ikatan justru akan lebih terjamin Mas."

"Ah, bocah kecil ini, ternyata biarpun masih m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   106

    Aku kembali ke rumah setelah acara jahanam itu berakhir. Mobilku tiba diiringi mobil suamiku."Tunggu! Tunggul Imelda!"Dia memburu langkah kakiku ketika masuk ke dalam mansion megah itu dan merangsek langsung ke dalam kamar ketika diri ini hendak menutup pintu.Melihatnya nampak khawatir padaku, aku hanya bisa menghela napas pelan, kududukkan diri di depan kaca rias dan mencopot semua perhiasan tanpa mengatakan apa apa."Aku minta maaf, Imel," ucapnya lirih sambil menyentuh bahuku."Aku menyesal bahwa nasib buruk mama juga terjadi padaku. Tapi, di sisi lain, aku juga yakin bahwa Allah tak akan membebani hambanya tanpa tahu batas kemampuan manusia itu sendiri.""Apa yang akan kamu lakukan?"tanyanya sambil membuang napas kasar."Kenapa tanya padaku, tanyakan pada dirimu sendiri Mas. Kau sendiri tak bisa melawan kehendak Ibumu, apalagi aku," balasku pelan, lantas aku bangkit untuk mengganti pakaian dengan gaun tidur lalu merebahkan diri ke ranjang."Jadi kamu akan menerima semua ke

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   105

    Tentu saja, aku terkejut mendengar semua pernyataan yang diungkap oleh Diki, seketika adrenalin berkejaran membuat ubun ubunku seakan berasap oleh ketegangan. Aku tidak mengiira bahwa Bendi akan bergerak secepat itu untuk memburu kami, tapi ya ... lagipula siapa yang akan merelakan harta yang bernilai dua triliun rupiah itu, bayangkan dua triliun, dan itu uang semua! Bendi yang sudah tahu bahwa aku pelakunya pasti sudah melacak diri ini dan meminta anak buahnya untuk mengikuti setiap gerak gerik kami. Aku sadar aku sudah begitu ceroboh dan memberi peluang padanya untuk segera mencurigaiku. Aku juga bertindak begitu cepat tanpa memikirkan konsekuensi perbuatanku. Akibatnya, semua orang kecewa, benci dan menjauhiku.Kini, hanya ada satu kesempatan, bergerak cepat menjemput emas itu dan kabur segera dari tempat ini atau bersikap santai dan pura pura tidak tahu apa-apa sampai kapal musuh datang. Lalu kuambil emasnya jika keadaan membaik, tapi tidak ada jaminan bahwa kami semua akan se

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   104

    "Ayo ... Ayo turun ...." Mereka semua segera menjatuhkan diri dengan posisi terbalik.Menyaksikan teman temanku sudah menghilang di balik kegelapan air aku segera menghampiri diki dan melihat apa dia bisa berkomunikasi dengan teman teman yang menyelam dan mengarahkan mereka ke titik emasnya."Apakah akan mudah?" tanyaku."Emasnya jatuh ke beberapa titik, tapi jangan khawatir, mereka tidak terlalu berjauhan, semoga mereka menemukan dalam satu jam.""Jangan satu jam, itu terlalu lama.""Lautnya di kedalaman lima belas hingga dua puluh meter Nyonya. menyelam dengan motor laut berbeda dengan menyelam untuk mencari harta karun," jawab Diki sambil menggeleng dan tersenyum miring."Sebaiknya selagi teman teman kita menyelam, kita berjaga jaga, khawatir kapal musuh datang dan mencegat kita. Tolong, apa yang mereka lakukan di bawah sana sama besar perjuangannya dengan apa yang kita lakukan di atas ini.""Aku sungguh berdoa agar aku tidak diserang dalam keadaan mengendalikan komputer dan komuni

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   103

    "Kurasa berlebihan jika kau ingin membunuh rekan satu tim kita. Mereka sudah mempertaruhkan nyawa untuk menolong kita. Kakak harus bersikap bijak dan jangan merugikan siapapun." "Aku tidak serius tentang itu kok, aku akan berusaha mencari solusi terbaik dan tetap membayar upah kalian," jawabku tertawa kecil."Kakak tidak perlu khawatirkan tentang aku, cukup khawatirkan, Joni, Ridwan dan Diki.""Iya, aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan mereka."Segera setelah selesai menelpon Siska aku segera melanjutkan kembali perjalanan menuju titik koordinat yang dia tentukan.Sesampainya di sana, kutemui timku yang sudah berada di sebuah kapal cepat, mereka yang sejak tadi nampak gelisah langsung berdiri melihat kedatanganku."Hai, Imelda," sapa mereka serempak."Hai, semua. Sebelum kita berangkat, aku ingin bicara dan mungkin ini tidak akan mudah.""Ya, katakan.""Aku ingin meminta bantuan kalian untuk menyerahkan emas itu, karena kalian dan kita semua, termasuk keluarga kita, akan dibunu

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   102

    Melihatku yang sudah pulang ibu mertua nampak kaget sambil menghampiriku yang baru saja meletakkan baju kotor ditempat laundry. Dia menelisik gerak gerikku sambil melipat kedua tangan di dada."Kamu sudah pulang, sejak kapan? mengapa aku tidak menyadarinya? kamu ini seperti hantu ya, tidak pernah disadari kapan datang dan perginya," ujar ibu merua sambil menyindirku."Tante maaf karena akhir-akhir ini saya lebih banyak di luar rumah, saya punya banyak urusan dan sedikit pemeriksaan kesehatan," jawabku."Oh ya?""Ya.""Aku kurang yakin, tapi, terserah kau saja, yang aku tahu, kau harusnya selalu di rumah untuk menyambut dan melayani suamimu, terlebih kau sedang hamil," ujarnya lagi."Maafkan saya, saya tidak akan mengulanginya," jawabku.Jelas ada perbedaan hari ini, entah mereka sudah tahu atau belum, tapi yang pasti semua orang hanya diam dengan tatapan datar ketika melihatku. Biasanya kami akan saling menyapa dan bercanda hangat, namun kali ini semua orang membungkam. Sepupu, para T

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   101

    Apa? yang benar saja, kakek ingin mengembalikan semua yang sudah kami rampas dengan darah dan keringat untuk alasan nego? tidak! tidak, tidak boleh semudah itu."Maaf aku tidak setuju Kek, maafkan aku.""Kamu tidak takut ya, kalau ternyata semua yang kau lakukan, dukunganku dan entah kenapa anak buah bendi tidak mengamankan kapal kargo itu, hanya sebuah jebakan saja. Termasuk percakapan kita sekarang?""Apa kakek akan melakukan itu padaku?" tanyaku balik menunjukkan wajah curiga."Di dunia ini tidak ada manusia yang benar benar hidup dengan hati murni dan tidak punya kemungkinan berkhianat," jawabnya terkekeh penuh misteri."Jadi termasuk kakek juga?" tanyaku penuh selidik."Sudah begini saja, katakan padaku di mana kau letakkan emasnya, aku akan meminta anak buah Erika untuk menjemputnya dan masalahmu akan selesai dengan cepat.""Maaf sebenarnya, emas itu tidak bersamaku. kami membuangnya karena situasi sangat kacau, kami diburu tembakan dan nyaris meregang nyawa. Karenanya, aku memi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status