Share

Penyamaran Tuan Muda

Author: Bluebell
last update Huling Na-update: 2023-08-12 11:08:13

Alex sempat melempar pertanyaan kepada Bryan. Dan benar, Venmo Group anak perusahan ke 115 dari Zamadeus Enterprise. Jantung Alex berdegup lebih cepat. Ia mengatur napas sebelum menemui direktur Venmo Group.

            “Permsiii…” ucap Alex sambil mendorong pintu. Diam sejenak di sebelah pintu sambil menatap Vania dan Tasha.

            “Masuk, jangan diam saja,” perintah Tasha, “aku direktur di sini. Keahlianmu bagus juga.”

            “Tentang malam itu. Aku! Tidak bisa memaafkanmu sampai kapanpun!” decak Tasha persis di depan wajah Alex dengan tatapan sinis.

Alex hanya bergidik merinding, dahinya berkerut, mencoba menarik kepalanya ke belakang. Jari-jari Tasha meraih rambut Alex, lalu menjambak tanpa ampun. Begitu geramnya Tasha kepada Alex.

            “Statusmu di sini, hanya karyawan magang!” bisik Tasha di telinga kanan Alex dengan penuh rasa jengkel.

Tiba-tiba saja Yuda datang menjemput Tasha. Mereka akan menikmati malam minggu yang penuh makna ini.

            “Kamu magang juga di sini.” Mendekat sambil tepuk tangan.

Bryan mendapat laporan dari Zaenal, pengawal sementara penganti Bryan. Tuan besar ngamuk setelah diperlihatkan kelakuan para atasan Venmo Group terhadap Tuan muda. Bryan tergopoh-gopoh menerobos tiga satpam.

            “Minggir! Jangan halangi jalanku!” teriak Bryan memukul ketiga satpam sampai mimisan.

Melewati ratusan karyawan dengan baju masih compang-camping. Alarm darurat dinyalakan, suaranya begitu menggema sampai ke seluruh gedung tingkat sepuluh ini.

Brak…

Bryan mendobrak pintu ruang manajer sampai engselnya patah. Ia menahan memanggil Alex dengan sebutan Tuan muda.

            “Anak ku!” seru Bryan dengan napas ngos-ngosan.

            “Ayah…” balas Alex spontan.

            Bugh…

            Bugh…

Bugh…

Tasha melenggang pergi. Dia mementingkan dirinya sendiri dan membiarkan tubuh tunangannya babak-belur. Vania hanya diam dalam kengerian. Seakan tubuhnya ikut merasakan pukulan Bryan.

            “Ayo, pergi dari sini.” Bryan memapah Alex.

            “Kejar pria gila itu!” keras Tasha kepada seluruh karyawannya.

            “Pergi jauh dari sini Tuan muda, mereka, biar saya yang urus,” lirih Bryan melepas rangkulannya.

Alex tidak bisa tinggal diam melihat pengawal sejati keluarga Madagaskar di keroyok 20 karyawan Tasha.

            “Pergi Alex!” seru Bryan.

Alex melinting lengan kemeja sampai sikut. Membuka dua kancing atas. Mengerakkan kepala dan kepalan tangannya. Sayangnya, ia lupa bagaimana cara berkelahi dengan benar. Hasilnya, punggung Alex digebuk kursi sampai lima kali dan ia pingsan.

            “Alex…” Bryan lari membopong Alex. Ia membawa Alex keluar dari kerusuhan di Venmo Group.

Tidak lama kemudian, mereka sampai di sebuah rumah mewah dengan paduan warna putih. Rumah berlantai tiga ini berdiri di pinggir hutan dengan pemandangan pantai Rantih. Lokasinya tidak jauh dari kediaman Bryan.

            Bryan menghubungi Tuan besar, “Tuan Mada, maafkan saya Tuan. Saya tidak bermaksud membuat kericuhan di Venmo Group.”

            Lelaki dengan suara berat itu membalas, “Bagaimana kondisi putraku?”

            Bryan tiada hentinya meminta maaf, “Tuan muda pingsan setelah dipukul lima kali dengan kursi. Maafkan saya Tuan, saya tidak bisa menjaga Tuan muda. Jangan hukum saya Tuan Mada, saya mohon.”

            “Kamu sudah tidak pantas mendapat hukuman dari siapapun. Kamulah yang rela meninggalkan keluarga Madagaskar selama 10 tahun sampai berhasil menemukan Tuan muda,” jawab Tuan besar masih menonton kericuhan sampai berhasil menemukan pemicunya.

Tuan besar mengeram, rahangnya menguat, jari-jari tangannya membentuk kepalan, serta napasnya naik turun. Tasha dan Yuda menjadi santapan mentah pengawal keluarga Madagaskar.

            “Vanka… Sanjaya… bedebah macam apa mereka!” Tuan besar menyebut nama keluarga Tasha dan Yuda. Kedua keluarga yang sering disanjung-sannjung oleh Tuan besar kini membuatnya marah besar.

            “Zaen…” panggil Tuan besar menatap lantai, ia meratapi nasib putranya yang hilang dimakan ombak selama 15 tahun itu. “Aku ingin ke negara putraku. Ada yang perlu aku selesaikan.”

            “Baik Tuan Mada, saya akan siapkan.” Zaen pergi menemui pilot pesawat pribadi Tuan besar.

Tuan besar melarang Bryan membawa Alex ke rumah sakit. Ini belum saatnya dunia tahu bahwa Tuan muda masih hidup. Bahkan Tuan besar masih menyembunyikan keberadaan putra pertama dari istri dan tiga anaknya.

            “Bersiplah, Tuan besar segera datang,” kata Zaen melalui HT.

Semua jenis pesawat terbang ditunda penerbangannya sampai 15 menit. Tampang Tuan Mada tidak kalah beda dengan Alex. Zaen menemani Tuan besar sampai ke negara putra pertamanya.

            “Cari foto lama keluarga Madagaskar bersama Tuan muda,” perintah Tuan besar menikmati langit biru.

            “Silakan Tuan Mada.” Zaen memberikan ipad dengan sepuluh fotonya bersama Alex.

Mengeser foto satu persatu tak terasa Tuan besar meneteskan air matanya. Membayangkan dirinya berada di posisi Alex dengan hidup penuh penghinaan. Zaen memberikan saput tangan kepada Tuan besar.

            “Berapa lama lagi kita terbang?” tanya Tuan besar menutup ipadnya.

            “30 menit lagi,” balas Zaen menerima ipadnya.

            “Tuan Mada, bukankah ini sama saja membongkar identitas Tuan muda,” kata Zaen sekadar mengingatkan.

            “Tidak, aku hanya ingin bertemu dengan putraku. Masalah di Venmo Group aku serahkan kepada Bryan.” Di setiap lintasan Tuan besar disuguhi gedung pencakar langit miliknya.

30 Menit telah berlalu, semua bawahan Tuan Mada tidak ada yang tahu mengenai kedatangannya ke negara Granada. Kedatangannya yang dadakan tentu membuat bawahannya ketar-ketir.

            “Berikan aku pakaian yang kotor,” permintaan yang aneh dari Tuan besar membuat Zaen kebinggungan.

            “Maaf Tuan, baju kotor untuk apa?” tanya balik Zaen memastikan telinganya tidak salah dengar.

            “Aku tidak ingin kedatanganku di sambut meriah.” Tuan Mada menunggu di pesawat cukup lama sampai Zaen mendapatkan sepasang pakaian kotor.

Zaen berlari ke sebuah toko di bandara. Ia membeli semir sepatu kemudian mencoreng-coreng kemeja putih yang ia kenakan. Zaen kembali ke pesawat menggunakan kaos pendek hitam berlapis jas.

            “Ini Tuan.” Zaen membantu Tuan Mada merapikan pakaian yang dilepasnya.

            “Ayo turun,” ajak Tuan besar kepada Zaen.

            “Tunggu, kenapa dengan wajah Tuan?” Zaen mengambil saput tangan, hendak membersihkan wajahnya. Para pengawal keluarga Madagaskar memiliki hati yang begitu lembut. Mereka tulus mengabdi sampai mati pun mereka akan tetap menjadi abdinya.

            “Ini yang dilakukan Bryan selama 10 tahun.” Tuan Mada menuruni anak tangga langsung menjadi sorotan para penumpang lain.

Zaen mengotori kaos dan wajahnya, juga rambutnya di buat acak-acakan. Jadinya mereka seperti gembel. Tuan Mada memilih jalan kaki ratusan kilo sambil menghitung jumlah perusahaannya.

            “Sedikit lagi kita sampai Tuan,” kata Zaen mengekori Tuan Mada.

            “Kenapa sepi sekali.” Tuan Mada mengedarkan pandangannya. “Bryan benar-benar menggunakan mobilnya.”

Tuan Mada berjalan menyusuri pinggiran hutan sampai menemukan rumah mewah yang dinyatakan milik Tuan muda. Bryan mengompres beberapa luka Alex. Ia melihat dua orang dengan cara jalannya persis seperti Tuan besar dan Zaenal.

            “Tuan Mada…” sebut Bryan. Ia tergesa-gesa menuruni anak tangga.

Begitu pintu terbuka, keenam pasang mata saling tatap. Bryan tunduk hormat. Tuan Mada menyelonong masuk melewati Bryan.

            “Di mana putraku?” tanya Tuan Mada.

            “Tuan muda masih belum sadar Tuan,” balas Bryan sambil menarik lengan Zaenal.

            “Ada apa dengan pakaian Tuan besar? Kenapa kamu nekat membawa Tuan Mada keluar tanpa pengawalan khusus? Kamu yakin tidak ada orang yang melihat?” Bryan menghujani Zaenal dengan berbagai pertanyaan.

            “Tenang saja, ini aman,” balas Zaen melepas cengkeraman Bryan.

            “Aman? Katamu aman? Di sini tidak ada yang aman!” Suara Bryan lirih tapi tegas. “Kamu berani menghancurkan penyamaranku selama 10 tahun ini?”

Tuan Mada berada di lantai dua, akan naik ke lantai tiga. Bryan merasa keberadaan Tuan Mada tidak aman. Bryan mengaris bawahi, Zaenal harus bawa Tuan Mada kembali ke negara asalnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Karyawan Magang Jadi Jutawan    Serba Terbatas

    Ke esokkan harinya Alex memberanikan diri melamar jadi karyawan magang di Van Hatten. Baru sebentar Alex menatap gedung Ema Van Hatten, tahu-tahu ada yang keluar dari balik gerbang tinggi bercorak hitam ini. “Heh! Cari apa di sini?” Sang Satpam dengan nama Ilham keluar sambil berkacak pinggang. “Boleh saya nitip lamaran di sini?” tanya Alex hendak menyerahkan berkas lamaran pekerjaan.Rambut gondrong Alex membuat Satpman tidak yakin untuk menerima berkasnya. Pada akhirnya berkas tersebut diterima. “Kelihatannya bakal lama dapat panggilan, penampilanmu saja tidak meyakinkan,” ejek Sang Satpam melempar berkas ke meja dibelakangnya. Terlihat seseorang berlarian sambil memanggil dengan nama, “Tuan Mada.” “Alex,” sebut Alex berdiam diri sambil menunggu pertanyaan berikutnya.Bocah berpenampilan lusuh ini masih dikenal sebagai Tuan muda dikalangan miliuner negara tetangga. Momen seseorang mengunggah potret Tuan muda saat hadir di p

  • Karyawan Magang Jadi Jutawan    Negeri Dingin

    “Rencana?” ulang Alex masih tidak yakin. “Papa sempat melarangmu tinggal di Granda kan?” Diiringi lirikan mata yang lembut. Alex hanya mengangguk nurut. “Menurut Mama, lebih baik kamu tinggal di Granda. Lagian tugasmu juga di sini. Jangan hiraukan omongan Papamu, dia hanya disuruh Cakra.” “Cakra? Buat apa dia seperti itu?” lontar Alex membuat Mamanya binggung untuk menjawab. “Mama kurang tahu, ini rencana Papa dengan Cakra,” sebut Sang Mama sambil siaga terhadap pertanyaan kedua dari putra pertama. “Bohong, Mama pasti tahu. Baru-baru ini Mama mengakui Alex, sebelumnya tidak. Sebaik-baiknya Papa dihadapan Alex, Papa pasti punya rencana jahat buat Alex. Rencana apa itu Ma?” Alex menatap Sang Mama penuh kejujuran. Sang Mama masih menggeleng sambil mengatakan tidak tahu. Orang tua ini tetap berpihak kepada putra kedua kesayangannya. Bryan menengahi pembicaraan keduanya. Serentak keduanya langsung melendehkan punggung. “Kepergian Madam d

  • Karyawan Magang Jadi Jutawan    Jebakan Tuan Muda

    Yuda membuat jebakan hebat yang di buat semenarik mungkin. Bryan mengoper mobilnya lebih dekat dengan rumah Nenek Rida. “Baik kalau begitu Tuan muda, malam ini saya juga akan menginap di sini,” sambung Bryan.Tapi, Vanmo tidak suka melihat kebahagiaan Tuan muda bersama orang-orang yang ia sayangi. Permainan rekayasa mulai dibuat Yuda dan Davin. Tanpa sengaja Bryan melihat sehelai rambut Alex jatuh di bahunya. “Tempat ini tidak cocok untuk dirimu Bryan, lebih baik kamu pulang,” usir Tuan muda kepalanya tunduk dan matanya memandang pergelangan kaki. “Tidak bisa Tuan, saya harus ada di dekat Tuan muda.” Mendengar jawaban Bryan, Alex langsung pergi ke belakang rumah sambil berceloteh. “Terserah kamu Bryan, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi,” Bryan melenggang pergi, ia semalaman tidur di mobil. Sedangkan, Tuan muda yang dikatakan agak lugu itu bermain-main di pinggir kolam ikan. Segenggam roti itu ia tebarkan ke dalam air keruh yang sudah lama tida

  • Karyawan Magang Jadi Jutawan    Pertemuan Keturunan Konglomerat

    “Aku tidak ada waktu bicara denganmu,” jawab dingin Alex. Beralih kepada Bryan, “Kita pergi ke pemakaman sekarang.” “Baik Tuan muda,” sahut Bryan kemudian memberikan lambaian tangan isyarat supaya menyiapkan kendaraan.Alex mulai dilarang pergi ke Granada oleh Tuan besar. Padahal ia baru saja diberikan wewenang di Orbit dan Vanmo. Sepulangnya Alex dan Bryan. Cakra menemui Sang Papa di ruang kerjanya. “Kamu tahu ini permintaan terakhir,” tutur Tuan besar kepada putra kedua. “Terimakasih Pa,” jawab Cakra hatinya sangat bungah. Papanya hanya melengos dan tidak peduli lagi.Tian dimarahi Tuan Mada habis-habisan. Tidak ada perintah mencoret tembok, melepaskan amunisi senapan angin. “Masih bisa dengar perintah saya?” Berkacak pinggang, mendekat, lalu kepalan tangan mendarat tepat di lambung. “Di bayar berapa kamu sama Cakra? Kamu boleh mengamati tapi tidak dengan mencelakai.” “Dua kali lipat dari biasanya Tuan,” jujur T

  • Karyawan Magang Jadi Jutawan    Arbania

    Bayu Guntur pengendali Orbit Group kini merasa gugup setelah tahu Alex akan mengantikan posisinya. Ia juga tahu latar belakang Tuan muda. Semakin Bayu tahu, ia tidak rela jabatannya lengser. Gara-gara bocah magang menyandang status Tuan muda itu seakan hidupnya kelam kelabu.“Kalian masih kerja di sini?” tanya Alex kepada Davin dan Lydia. “Kamu masih magang? Belum kapok?” Davin tepuk tangan sambil tersenyum sinis. “Bagus, mentalmu bagus. Selamat datang kembali.” “Siapkan dirimu untuk satu minggu ke depan.” Peringatan dari Alex menjadi bahan guyonan. “Mau ngadu sama siapa lagi heh. Pengawalmu? Papamu? Pak Bayu? Semua sudah tidak peduli!” cibir Davin melenggang pergi menghampiri karyawan yang lainnya. Gerakan tangan Alex mengusir Davin menambah suasana semakin gaduh. Alex semakin di tertawakan. “Diam semuanya!” seru Bryan selalu siap siaga di depan pintu tim B. “Saya bisa pecat kalian sekarang juga!” “Hei bocah magang, kerja, nggak usah sombong!” Sang Senior memberikan setum

  • Karyawan Magang Jadi Jutawan    Senapan Angin

    “Baik Tuan.” Zen segera menghubungi pengawal di rumah Madagaskar. Setibanya di latar rumah gedong, ramai-ramai jalan mengawal Tuan Mada dan Alex. Dua pengawal sejati ikut bersinambung. “Silakan Tuan,” sambut Irawan sambil membawa gulungan kertas. Ketiga anaknya telah menunggu dengan jengkel. Lima belas tahun menanti dan warisan akan jatuh ditangan ketiga anaknya, sekarang menjadi runtutan yang acak-acakan. “Hubby,” kata Risa memincingkan kepalanya. “Apa-apaan ini?” “Aku bisa mengusirmu kapan saja, ingat itu!” Tuan Mada lebih membela anak pertamanya. “Senang kamu! Senang!” ketus Risa kepada Alex, karena ini keinginan Tuan Mada yang tidak bisa dibendung. Alex mundur dua kali, sembunyi di balik tubuh Papanya. Melihat tingkah putranya yang agak lain. Tuan Mada semakin murka dan mengancam putra keduanya. “Pa, ini tidak adil. Dia hanya anak pungut, bisa-bisanya dapat paling banyak,” sangkal Cakra menunjuk Alex dengan tatapan menantang. Tuan Mada hanya diam dan membiarkan mulut C

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status