Share

3. Pernikahan Suamiku

Author: Rumi Cr
last update Last Updated: 2025-09-23 17:00:09

Malam itu, setelah Umar tertidur, Kasih membereskan mainan yang berserakan di kamar, memeriksa pintu dan jendela, dan mematikan lampu ruang tamu. Ketika hendak beristirahat, ponselnya berbunyi.

Ting... Ting...

Beberapa pesan dari nomor tak dikenal masuk. Ada satu video dan beberapa foto. Dengan rasa penasaran, Kasih membuka satu per satu file yang dikirim.

Foto pertama menampilkan pesta pernikahan. Keluarga besar Faiq berdiri rapi, tersenyum bahagia bersama Faiq dan Zahra yang tampak sebagai mempelai. Pandangan Kasih tertuju pada Zahra, mempelai wanita yang mengenakan gaun mewah terlihat sangat anggun.

Foto berikutnya memperlihatkan Zahra dan Faiq memamerkan buku nikah mereka. Wajah Kasih memucat, namun ia terus membuka foto demi foto.

Kasih mendowload video yang sebenarnya bisa ia perkirakan isinya. Benar saja, saat terputar video tersebut berisi ijab kabul. Faiq tampak mantap mengucapkannya. Doa dan restu dari para tamu undangan terdengar jelas.

Kasih tak lagi bisa menahan perasaannya. Sesiap apapun ia menyiapkan mentalnya selama dua bulan ini. Nyatanya melihat pernikahan Faiq dan Zahra membuat dadanya sesak sekali.

Kasih menatap layar ponselnya. Terlihat betapa bahagia wajah-wajah di balik pernikahan itu. Dadanya semakin sesak, napasnya memburu, dan tenggorokannya terasa kering. Ia berusaha menenangkan diri, tetapi pemandangan itu terus terbayang di matanya. Faiq berdiri di sana, tersenyum lebar dengan Zahra di sisinya.

"Kenapa harus aku dipilih menjalani takdir, ini?" lirihnya, air mata kembali membasahi pipinya.

Akhirnya Kasih meletakkan ponsel di atas meja, mengatur napas sejenak. Dari awal harusnya dia sadar diri, ketika Aziz, Abah suaminya itu menentang putra sulung menikahinya. Ternyata restu dari orangtua tak kalah penting dari cinta. Ia harus rela berbagi suami, karena bukan menantu yang diinginkan oleh mertuanya.

Seharusnya Kasih marah, harusnya ia kecewa diperlakukan demikian. Nyatanya ia hanya mampu pasrah.

"Aku akan bertahan semampuku," lirihnya dengan mata terpejam untuk meluruhkan air matanya.

Seakan lepas semua persendian Kasih ketika berjalan ke kamarnya. Tatapannya tertuju ke arah Umar yang tertidur pulas. Putranya itu, seolah tak terganggu oleh kegelisahan yang memenuhi hati ibunya.

Kasih duduk di tepi ranjang, menatap wajah polos Umar yang damai. Seandainya Umar lebih besar, apakah ia akan memahami apa yang tengah terjadi dalam keluarga kecil mereka?

Bagaimana ia akan menjelaskan jika suatu hari nanti Umar menanyakan kenapa ayahnya harus membagi perhatian dengan untuk keluarganya yanh lain?

Kasih menundukkan kepalanya, mencium pipi Umar. "Sekali lagi ibu minta maaf, Nak. Setelah hari ini, Ayah bukan lagi milik kita berdua," lirihnya bergetar hingga tanpa sadar air mata Kasih kembali meleleh.

*Rcr_

Di tempat berbeda

Faiq Hamzah berdiri dengan tangan bersedekap, menatap lurus ke luar jendela. Tetesan gerimis membasahi kaca, menciptakan embun tipis yang memburamkan pandangan. Sorot lampu kota dari kejauhan berkelip, sesekali menyelinap di sela-sela butiran hujan.

Kamar hotel yang megah itu tampak sunyi, sepi, meskipun dilengkapi fasilitas mewah dan kenyamanan yang tersiapkan.

Keluarga Faiq telah pulang setelah pesta resepsi yang berlangsung di gedung besar tak jauh dari hotel. Ilyas, Abinya Zahra yang memesan kamar ini untuk mereka berdua. Sementara untuk keluarga besar Zahra dari Lampung, menginap di rumah salah satu kerabat mereka.

Resepsi sengaja diadakan di Jombang, karena memang keluarga besar Aziz dan Aini berpunjer pada kakek dan nenek yang sama. Dan rerata tinggal di Jombang.

Ilyas, suami Aini, masa mudanya adalah seorang kontraktor sukses, yang sering berpindah tempat kerja. Hingga akhirnya memilih menetap di Lampung, yang kemudian mendirikan pondok pesantren tahfidz di sana.

Di tempat tidur, Zahra sudah terlelap sejak beberapa waktu lalu. Riasan wajahnya yang membuatnya tampil nak ratu sehari telah dibersihkan, meninggalkan wajahnya yang cantik dan natural.

Tidak seperti pengantin lainnya yang menanti malam pertama penuh gairah, Faiq malah meminta Zahra untuk segera istirahat. Ia tahu, Zahra pasti kelelahan setelah serangkaian prosesi pernikahan tadi.

Zahra hanya mengangguk tanpa banyak bicara, menarik selimut hingga dagu, dan perlahan terlelap. Diam-diam, Faiq merasa bersalah. Malam itu, ia tak bisa berhenti memikirkan Kasih Lembayung, istrinya di rumah.

Bayangan Kasih terus hadir di pikiran Faiq, mengingatkan senyum tegar wanitanya yang sering bercampur dengan derai air mata. Kasih terpaksa tidak menolak keputusan Abahnya. Meskipun jelas dia terluka. Kasih tampak pasrah, meskipun hati Faiq tahu, wanita itu sedang menahan kesedihan yang mendalam.

Setiap kali melihat Kasih diam-diam menangis, Faiq merasakan perih di hatinya. Namun, perintah Abah dan permintaan bibinya, Aini tak bisa dihindari.

Ketika akad nikah Faiq dengan Zahra berlangsung, Aziz berkali-kali mengingatkannya untuk menampakkan wajah bahagia agar tidak mengecewakan keluarga Zahra. Namun, saat Faiq mengucapkan ijab kabul, tangannya gemetar, seolah-olah ia melihat Kasih menangis jauh di sana.

Faiq mengingat dengan jelas momen-momen awal ketika ia jatuh cinta pada Kasih, seorang gadis sederhana yang kala itu, sigap membantu acara nikahan tetangganya. Dan kebetulan tetangga yang menikah itu, adalah sahabat karib Faiq selama di Mahat hingga mereka berdua bersama belajar di Yaman.

Kasih Lembayung bukan gadis lulusan pesantren, seperti halnya adik dan para sepupunya. Karena itulah, Abahnya menolak keras ketika Faiq menyatakan keinginannya untuk menikahi gadis yang menawan hatinya itu. Ternyata alasan Aziz menolak Kasih, karena ia menginginkan Faiq menikah dengan Zahra, putri sulung sepupunya.

Namun, Faiq tak peduli, ia tetap mencintai Kasih dan akhirnya menikahinya meski tanpa restu penuh dari Abahnya. Pernikahan mereka sederhana, hanya dihadiri keluarga kecil Faiq dan dua sahabatnya. Kasih yang selalu tenang, pasrah, dan tidak pernah menuntut, menjadi pelipur lara bagi Faiq selama tiga tahun ini.

Sekarang, di tengah malam yang dingin, Faiq merindukan Kasih dan anak mereka, Umar. Ia membuka galeri di ponselnya, menelusuri foto-foto keluarga kecilnya. Ia mencari kedamaian di antara kegundahan hatinya.

Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Faiq menemukan pesan di aplikasi W******p yang menunjukkan bahwa nomor Kasih telah dikirim ke kontak Abahnya.

“Kok bisa?” Faiq merasa curiga.

.

.

Next

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   56. Cinta (Ending)

    Tak pernah ada dalam benaknya Kasih jika hidupnya akan sempurna. Kebahagiaan terus beruntun ia terima sejak terkuak jatidirinya sebagai putri dari Ilyas Nurrohman. Dan, lewat selembar kertas persetujuan poligami yang dibawa mertuanya kala itu, yang membuka tabir siapa bapak kandungnya.Awal terasa pahit, sakit yang dirasanya saat itu. Yah, walaupun ada kelegaan di hatinya ketika suaminya berkata tidak ada keinginan menyentuh Zahra, karena cinta Faiq hanya untuk Kasih seorang.Terdengar dzolim untuk Zahra. Namun, namanya keinginan berdasarkan pada hati nurani, yang memang tidak bisa dipaksakan. Hikmahnya, saat fakta itu terungkap, pernikahan Faiq dan Zahra bisa dibatalkan.Kini, Kasih hidup berbahagia dengan Faiq demikian juga Zahra juga sudah berbahagia dengan Syauqi sebagai pasangannya.Kebahagiaan Kasih makin lengkap dengan hadirnya dua bocah yang dilahirkan tiga tahun lalu. Bahkan sekarang, ia tengah mengandung lagi, nampak perutnya sudah besar

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   55. Permintaan Aini

    Fauzan mendorong motornya yang kehabisan bahan bakar, di sampingnya ikut berjalan Mufidah sambil bersenandung. "Yang, harus digenapi sampai seratus kali, gitu ... dirimu manggil aku gegara kehabisan minyak, gini.""Gosah, lebay deh, suami orang! Salah sendiri, naruh motor di rumah enggak diisi full. Dah, tahu kita tipe gadis yang enggak mau ribet.""Sabaaaarrr, kalau gini terus mending kita tinggal serumah saja, Yang.""Enggak mau ... entar nyetrum. Perjanjian kita nganu, kan kalau aku selesai sidang skripsi.""Perasaan enggak kelar-kelar itu, skripsimu, Yang."Mufidah mengedikkan bahunya, jangankan Fauzan suaminya, dirinya sendiri juga heran. Kenapa, ada saja yang diminta revisi sama dosen pembimbingnya. "Semoga yang kemarin itu, revisi terakhir, Mas."Akhirnya bertemu penjual BBM setelah menuntun motor sepanjang tiga kilometer. Fauzan segera melajukan motor menuju rumah Mufidah."Kehabisan minyak lagi, Zan?" tanya Seka

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   54. Ada Dua

    Dua bulan kemudian...Selepas keluar dari bangunan bertingkat rumah sakit Muslimat Kasih terdiam. Wajahnya tanpa ekspresi dan terus membisu meski sudah di dalam mobil. Faiq menghentikan gerakannya saat akan melajukan kendaraan ketika mendapati telaga bening jatuh di kedua pipi istrinya."Kenapa?" tanya Faiq seraya melepas seatbelt yang mengikat tubuhnya. Merangkum pipi Kasih yang mulai terasa lebih berisi pengaruh dari usia kehamilan yang memasuki bulan keempat."Aku masih nggak nyangka," ucap Kasih sesenggukan."Bayi kita?""Iya, Mas. Ada dua di sini." Kasih menunjuk perutnya lantas membelainya."Alhamdulillah, kerja kerasku nggak sia-sia," sahut Faiq mengerling.Kasih mencebik memukul pelan bahu Faiq yang pura-pura mengaduh."Loh, kenapa masih nangis aja?""Ini tangis bahagia, Mas. Aku enggak pernah nyangka Allah memberikan adik Umar dua sekaligus," isak Kasih mengusap perutnya yang mulai menonjol.

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   53. Sensitif

    Keesokan harinya, suasana di rumah kontrakan yang biasa ditempati Faiq dan Kasih saat suaminya itu berkunjung, nampak Faiq sedang membaca buku tebal, bersandar di kepala sofa, sementara Kasih berbaring di atas pahanya, menikmati momen tenang berdua. Tangan Faiq memainkan rambut istrinya sesekali, membelai lembut kepala wanita terkasihnya itu."Mas boleh aku tanya sesuatu?""Memang selama ini, Mas pernah melarangmu bertanya, Sayang." Semenjak LDR, Faiq jarang memanggil Kasih dengan 'Dek' mungkin sebagai wujud rindu karena pertemuan yang dibatasi oleh keadaan hingga panggilan 'Sayang' dirasakan lebih pass di hati Ayah Umar itu."Bagaimana perasaan Mas melihat Mbak Zahra menikah kemarin?” tanya Kasih. Nadanya terdengar polos, namun terselip sedikit rasa penasaran yang terbesit dalam hatinya.Faiq meletakkan buku yang dibacanya ke meja, lalu menegakkan bahu istrinya yang berbaring di pahanya agar duduk berhadapan dengannya. Ia menatap mata Kasih, menc

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   52. Cawan Cinta

    Jam sembilan malam, setelah acara makan malam keluarga besar Shauqy dan Zahra selesai. Shauqy meminta izin untuk membawa istrinya undur diri terlebih dahulu. Zahra menautkan alis saat Shauqy menggandeng tangannya menuju halaman dimana mobil suaminya terparkir."Kita mau kemana, Mas? Bukannya tadi pamit mau istirahat. Kok, malah keluar?" Tanya Zahra dengan mimik heran, karena kamarnya pun sudah didekorasi sedemikian indah untuk malam pertama mereka malam ini."Kita nginep di hotel saja ya, Dik ...""Lha, ngapain ke hotel? Kalau hanya sekedar istirahat di sini, saja, Mas. Sudah disiapkan kamarku untuk istirahat kita selama tinggal di sini.""Mas ingin kita berdua saja, tanpa ada rasa segan dan sungkan dengan keluarga di sini." Shauqy mengedipkan sebelah mata saat menoleh pada Zahra. Lelaki itu tertawa melihat istrinya membelalakkan mata lebar-lebar."Tapi, masak aku tanpa persiapan seperti ini?" "Sudah disiapkan sama Zahira dan Mu

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   51. Pernikahan

    Jam sepuluh pagi penghulu datang di tempat resepsi acara di gelar. Resepsi akan langsung dilaksanakan usai ijab qabul. Suasana mendadak hening saat penghulu memberi aba-aba untuk Shauqy dan Ilyas berjabat tangan. Zahra, calon mempelai wanitanya duduk tenang didampingi Zahira dan Mufidah. Aini, uminya Zahra duduk berjejer bersama keluarga besar Shauqy dan Faiq."Allah sungguh indah sekali skenario-Mu hingga Engkau kirimkan jodoh sebaik Mas Shauqy untukku." Zahra mengucap syukur berkali-kali dengan mata yang berkaca.Shauqy menarik napas panjang, mengucap bismillah berkali-kali, menatap ayah-ibunya yang duduk di belakang kursi calon mertuanya.Setelah ia mengangguk tanda siap pada penghulu, suasana di ruangan menjadi hening. Semua mata langsung tertuju pada dua laki-laki yang kini tengah kecepatan tangan."Aku nikahkan dan kawinkan engkau ... Shauqy Ardiansyah. Dengan putri kandungku, yang bernama Zahratun Nahdah binti Ilyas Nurrohman den

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status