Share

Bab 27

Author: Bemine
last update Last Updated: 2025-05-16 21:40:32

Tidak perlu menasihatiku. Pikirkan saja dirimu sendiri, Ris. Aku yakin sebentar lagi Bang Fahri akan mengusirmu dari rumah ini!” ancamnya saat melangkahkan kaki keluar dari rumah.

Ketiga anaknya masih merengek, bukannya ditenangkan, Ninik malah memarahi mereka. Alhasil, anak-anak itu bungkam ketakutan.

“Aku juga tidak mau melakukannya, tapi anak-anak itu tidak pantas menderita karena keegoisan orang tuanya!” sahutku. “Persoalan Bang Fahri mau ninggalin aku, silakan saja. Sudah bukan masalah buatku jika pria itu pergi demi kamu. Apalagi dengan kondisi Bang Fahri yang sekarang.”

Aku berjalan mendekati Ninik. Sangat dekat dengannya sampai parfum yang pernah kuendus dari tubuhnya di hari pertama Ninik datang ke rumah ini, tercium lagi. Memanggil luka yang hari itu membuatku menangis sampai terlelap.

“Kondisi?” Ninik mengernyitkan kening.

&ldq

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 35

    Ekspresi Bang Zul berubah saat aku berkata demikian padanya. Mungkin ini kali pertama Bung Zul melihat aku berbicara begitu tegas bahkan langsung pada inti permasalahan.“Apakah kamu terganggu dengan apa yang kulakukan? Kamu terlihat bingung saat Ayahmu bilang ingin datang ke kota, kamu khawatir karena kedatangannya akan membongkar semua yang terjadi disini. Kamu belum siap diseret pulang ke desa tanpa membalas orang-orang itu.”Mendengar jawaban Bang Zul aku menggelengkan kepala. “Tapi bukan berarti Abang bisa membahayakan pekerjaan Abang dengan membantu kami. Selama ini, tidak ada pabrik yang bersedia bekerja sama dengan kami. Mereka menolak membayar biaya transport yang terlalu besar. Jika pun mereka bersedia bekerjasama, mereka akan menekan nilai jual dari sapi-sapi milik kami.” Aku tertunduk saat berkata demikian padanya. Entah mengapa rasa bersalah yang diemban ayah kini menular padaku. Benarkah Bang Yul melakukan ini semua karena merasa berhutang budi?“Kita bicarakan di tempat

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 34

    Perempuan itu menganggukkan kepala. Karena tidak sempat bertanya ke mana aku hendak pergi, dia langsung membungkuskan beberapa gorengan dan menyerahkannya padaku. “Makan ini, setidaknya isi perutmu dengan sesuatu sebelum kamu sibuk. Jangan menunda makan, kamu harus sehat agar bisa bertahan dengan orang-orang busuk itu.” Pertemuanku dengan Kak Nah pagi itu berakhir, aku memacu motor dengan cepat menuju kawasan di mana pabrik penggilingan daging tempat Bang Zul bekerja berada. Sepanjang perjalanan kepalaku tidak bisa berhenti memikirkan dan mempertimbangkan semua kemungkinan kenapa pabrik sebesar itu bersikap baik pada peternakan di desa seperti milik kami. Aku tiba di pabrik tempat Bang Zul bekerja saat kondisi pabrik sedang lengang. Seperti yang pernah terjadi sebelumnya, kehadiranku langsung dicegat oleh seorang satpam yang sedang bertugas. “Neng mau ke mana?” tanyanya dengan intonasi yang masih membekas di ingatanku.Pria itu menunggu saat aku memarkirkan motor. Dia juga memb

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 33

    Esok harinya aku mengikuti Kak Nah ke warung perempuan itu, saat pagi hari sebelum orang-orang itu terbangun dari tidur nyenyaknya. Aku tidak ingin merusak hariku dengan berdebat bersama mereka seperti yang terjadi kemarin.Kak Nah langsung membuka warung, menyusun barang-barang dan menyiapkan tempat untukgorengan yang akan diantarkan oleh temannya. Sedangkan aku duduk di salah satu bangku, kemudian membuka laptop untuk memeriksa keuangan dari peternakan bulan lalu.Di sini, aku bisa bekerja dengan tenang tanpa merasa khawatir akan ketahuan oleh orang-orang itu.“Ayah menjual banyak s

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 32

    “Kamu nggak percaya dengan ucapanku? Ayahmu itu tampan tahu, aku suka sekali pria yang tampan. Bayangkan kamu bangun tidur dan melihat wajah rupawan di sampingmu,” ujar Kak Nah lagi dengan wajah yang berbinar.Meski terdengar konyol, impian Kak Nah itu tidak salah sepenuhnya. Ini hanya soal perbedaan pandangan hidup.Setelah lelah mengobrol kami memutuskan untuk menonton televisi. Baru dua puluh menit berlalu, kudengar suara hentakan kaki dari luar rumah, lalu sahut-sahutan perdebatan antara beberapa orang.Kami saling melempar pandang, sudah tahu siapa yang baru saja datang.

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 31

    Kami duduk santai di ruang televisi, lalu mengulang cerita konyol yang terjadi sesaat lalu. Entahbagaimana kondisi mereka saat ini, mengingat ibu mertua dan Ninik yang sudah hilang kendali hingga saling jambak, bertengkar dan mencela satu sama lain.“Bener-bener, deh! Mereka itu kelewatan banget, sampai ngerebutin ATM milik Fahri. Masa hal pribadi kaya begitu saja mereka enggak paham?” Papar Kak Nah.Aku mengangguk setuju. Mereka meminta utuh penghasilan yang didapat oleh Bang Fahri, lalu menggunakannya sesuka hati. Entah terbuat dari apa perasaan mereka sebenarnya.“Iya, Kak. Dari dulu aku sudah

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 30

    “Kenapa diam saja?” Aku mendesak Bang Fahri. Pria itu sudah seperti ayam sakit, tidak bisa mengelak dari semua perkataan yang menyudutkannya. “Halah, Fahri diam begitu karena nggak bisa ngelak lagi!” sahut Kak Nah usai menelan sate ampela miliknya. Perempuan itu bahkan bicara dengan mulut penuh. Selain aku, Kak Nah-lah yang paling bersemangat. Dia puas melihat Ibu mertua dan Bang Fahri kehabisan kata-kata serta Ninik yang harus meneguk kecewa. “Sejak awal juga kamu tidak sehebat itu, Bang. Kamu nikahi aku, lalu memaksa tinggal di kota dengan alasan kebaikan, koneksi dan relasi yang lebih luas, kesempatan kerja di rumah sakit besar dan sebagainya. Aku mengikuti semua keinginan itu meski kamu tidak punya uang untuk membeli atau menyewa rumah, bahkan sukarela membayar biaya transport kita dari uang bekerja di peternakan yang kamu hina-hina itu. Lalu, saat semuanya mulai membaik, kamu bawa Ninik ke rumah kita.” Bang Fahri menghela napas. Wajahnya kelabu, genggamannya tangannya men

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 29

    “Ikut kami!” Aku berkata demikian dengan suara nyaring. Ibu mertua dan Salma ragu, mereka melihat ke arah salah satu restoran keluarga yang ramai. “Mau ke mana? Di sini banyak tempat, tidak perlu sampai keluar mall segala!” omelnya sembari melipat kedua tangan di dada. Sifat angkuh Ibu mertua tidak berubah meski kami sekarang sudah saling tahu kebenaran. Beliau masih menganggap Bang Fahri hebat dan patut dibanggakan, padahal pria itu sudah seperti ayam pesakitan di sampingnya. “Ris, kita makan di sana saja.” Bang Fahri angkat bicara. Dia menujuk restoran bakso yang berada di seberang. Aku menggelengkan kepala. Enak saja dia!“Aku sudah punya tempat pilihan, kita ke sana sekarang.” Kak Nah menganggukkan kepala. “Kita makan di sana saja, aku yang bayar. Kalian tidak perlu keluar uang!” tawar Kak Nah. “Beneran?” Ibu mertua bersuara. Beliau ragu, kemudian memicingkan matanya pada Kak Nah. Sungguh, aku tidak tahan sama sekali. Tapi membayangkan ekspresi mereka nanti setelah sampai

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 28

    “U-ulat?”“Iya, ulat busuk yang tinggal di rumahmu!” sahut Kak Nah. “Mereka lagi belanja, Ris. Wah, banyak duit sepertinya.”Seketika aku meluruskan pandangan tepat ke ujung telunjuk Kak Nah. Ucapannya barusan membuat darahku berdesir cepat. Jika memang benar Bang Fahri dan keluarganya ada di sana, maka ….“Bener, kan?” Kak Nah berbisik lagi.Aku bisa melihat dengan jelas kehadiran ibu mertua, Bang Fahri, Salma dan juga Ninik. Mereka berdiri di depan butik yang menjual tas. Di antara mereka berempat, hanya ninik yang memasang ekspresi muram.Melihat beberapa tas belanja yang ditenteng oleh ibu mertua dan Salma, bisa kutebak mereka sedang menguras uang nafkah anak-anak Ninik. Bahkan Bang Fahri juga punya tas belanjaan sendiri, sebuah brand yang menjual pakaian laki-laki.“Luar biasa keluarga suamimu, Ris.” Kak Nah berucap lagi. “Hebat ya, belanja banyak di mall.”Tiba-tiba saja, Kak Nah menarik tanganku. Perempuan tambun itu malah membawaku lurus, tepat menuju Bang Fahri dan keluargany

  • Kau Duakan Aku, Kubuat Sengsara Hidupmu   Bab 27

    Tidak perlu menasihatiku. Pikirkan saja dirimu sendiri, Ris. Aku yakin sebentar lagi Bang Fahri akan mengusirmu dari rumah ini!” ancamnya saat melangkahkan kaki keluar dari rumah.Ketiga anaknya masih merengek, bukannya ditenangkan, Ninik malah memarahi mereka. Alhasil, anak-anak itu bungkam ketakutan.“Aku juga tidak mau melakukannya, tapi anak-anak itu tidak pantas menderita karena keegoisan orang tuanya!” sahutku. “Persoalan Bang Fahri mau ninggalin aku, silakan saja. Sudah bukan masalah buatku jika pria itu pergi demi kamu. Apalagi dengan kondisi Bang Fahri yang sekarang.”Aku berjalan mendekati Ninik. Sangat dekat dengannya sampai parfum yang pernah kuendus dari tubuhnya di hari pertama Ninik datang ke rumah ini, tercium lagi. Memanggil luka yang hari itu membuatku menangis sampai terlelap.“Kondisi?” Ninik mengernyitkan kening.&ldq

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status