Share

Balada Upil

Sesuai dengan perkataan Sean sebelumnya akhirnya pria itu tinggal bersama dengan Jane sang istri gantungnya. Dia mengemasi baju-baju di apartemennya dan membawanya ke apartemen Jane.

Sementara Jane mau tidak mau harus menyetujui itu semua karena dia juga masih membutuhkan Sean sebagai suami walaupun hanya sebagai status saja.

"Kau bisa memakai kamar kosong disini, di apartemenku tidak ada aturan hanya saja aku minta kau tidak JOROK!" pekik Jane yang melihat Sean tengah mengupil di depannya dan itu membuatnya mual.

"Hm," jawab Sean dengan santainya sambil memlintir upil membentuk bola kecil lalu mengusapkannya pada sofa yang didudukinya saat ini.

"Oh my God!" Jane semakin geram melihat sofa kesayangannya terkena upil Sean.

Jane mendekati Sean dan mencoba menghentikan tangan joroknya itu menyentuh sofa kesayangannya dengan upilnya itu. "Stop it!"

Tapi karena Sean terlalu kuat dia oleng dan jatuh dibadan Sean.

"Kau mau menggodaku ya, Jane!" ucap Sean sambil memandangi wajah cantik yang saat ini berada diatasnya.

"Ish, tidak sudi pria mesum dan jorok sepertimu tidak masuk kriteriaku!" ketus Jane dengan berusaha berdiri kembali tapi Sean justru menahannya. "Lepas, Sean!"

Sean seperti biasa menulikan telinganya, dia mencoba membelai wajah Jane dan itu sukses membuat Jane bergidik ngeri.

"Tanganmu bekas korek upil jadi jangan menyentuhku sembarangan!" pekik Jane yang kembali mual.

Akhirnya Jane tidak tahan, dia memberontak dan saat berhasil lepas dari kungkungan Sean dia berlari ke wastafel untuk memuntahkan semua isi perutnya.

"Huek! Huek!" Jane terus saja muntah hingga badannya lemas.

Yang mana membuat Sean merasa bersalah, Sean mendekati Jane dan memijit tengkuk istrinya itu.

"Maafkan aku, aku sudah terbiasa ngupil sembarangan!" ucap Sean kemudian.

Jane enggan menanggapi pria jorok itu. Dia memilih mengistirahatkan dirinya ke kamar karena dia butuh tenaga untuk melakukan photoshot hari ini.

Setelah dua jam terlelap alarm Jane berbunyi yang mana membuat Jane membuka mata. Semenjak hamil, Jane memang suka bermalasan dan tidur dengan mudahnya hanya mencium bantal saja bisa membuatnya terlelap tidur.

Jane segera membersihkan tubuhnya dan bersiap ke studio. Saat dirinya sudah siap dan tampil cantik dia segera keluar kamarnya.

Diluar kamar tepatnya di meja makan, Sean sudah menunggunya sedari tadi. Sebagai bentuk permintaan maafnya Sean memesan berbagai makanan untuk Jane.

"Jane! Makanlah dulu, aku akan mengganti semua yang telah kau keluarkan dari perutmu sebelumnya," ucap Sean saat melihat Jane keluar dari kamarnya.

"Aku sedang buru-buru karena ada jadwal photoshot!" tolak Jane.

Tapi bukan Sean namanya jika dia hanya diam saja, Sean sengaja menyembunyikan kunci mobil Jane agar istrinya itu tidak bisa pergi.

"Dimana kunci mobilku," gumam Jane sambil mengacak tempat dimana dia biasanya menaruh kunci mobilnya.

Melihat itu Sean menyeringai. "Cari ini!" ucap Sean sambil memperlihatkan kunci mobil ditangannya.

"Ck, ternyata ini ulahmu!" decak Jane kesal. "Kembalikan!"

"Makan dulu baru aku kembalikan!" ucap Sean tanpa beban.

Jane akhirnya duduk di meja makan itu dengan menatap Sean dengan emosi. "Belum sehari kau ada disini tapi membuat darahku mendidih, jika tensi darahku naik itu salahmu Sean!"

"Aku hanya menyuruhmu makan! Apa salah dan dosaku coba!" sahut Sean lagi-lagi dengan wajah masa bodohnya.

Lalu Sean meraih satu potongan pizza dan mencoba menyuapi Jane. "Ayo makan!"

"Kau sudah cuci tangan kan? tanganmu tidak habis ngorek upil kan?" tanya Jane cemas.

"Tenang! Semua sudah steril!" jawab Sean yang terus memaksa Jane membuka mulutnya.

Jane membuka mulutnya perlahan dan memakan pizza itu.

"Enak kan? Kau harus makan banyak kasihan bayimu!" ucap Sean lagi.

"Aku harus menjaga badanku agar tetap ideal," jawab Jane yang memang menjaga pola makannya agar berat badannya tidak naik drastis.

"Pikirkan bayimu! Jangan egois memikirkan dirimu sendiri!" Sean tidak suka akan sikap Jane yang seperti itu walaupun bayi yang dikandung Jane bukan anak kandungnya.

"Aku justru begini karena memikirkannya! Aku butuh uang untuk masa depannya, untuk itu aku butuh tubuhku yang seksi untuk bekerja! Karena itu yang bisa aku jual!" jawab Jane santai sambil memakan pizza lagi.

Sean langsung terdiam mendengar perkataan Jane rasanya Jane jauh berbeda dari kemarin saat dia ingin menggugurkan kandungannya.

"Dan kau apa terus mengacau? Kau tidak bekerja?" tanya Jane kemudian.

"Uang yang bekerja untukku!" jawab Sean singkat jelas padat.

Karena pada kenyataannya memang Sean mempunyai beberapa aset seperti seaworld, game center yang menjadi sumber uangnya.

Sean tidak suka menjadi orang kantoran, dia mungkin hanya bermain saham di beberapa perusahaan.

Begitulah Sean, dia ingin hidupnya santai tapi banyak uang.

"Orang yang sudah terlahir kaya sepertimu tidak akan mengerti yang namanya perjuangan!" ucap Jane dengan merebut kunci mobilnya dan berlalu pergi.

Sean menatap punggung Jane yang semakin menghilang dibalik pintu. Merasa Jane sudah pergi, dia meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Letty lagi karena dia akan meneruskan permainan mereka yang gagal.

"Kau ternyata sudah menikah, Sean!" protes Letty diujung telpon.

"Tenang dulu, Baby! Istriku itu hanya status saja, aku tidak menyentuhnya untuk itu aku butuh kau!" bujuk Sean.

"Kau melakukan pernikahan kontrak?"

"Kami tidak punya perjanjian tertulis hanya pernikahan simbiosis. Aku malas membahasnya, aku akan kirim alamat padamu jika kau tidak mau datang aku akan cari wanita lain!" ucap Sean kemudian.

Sementara Jane akhirnya sudah sampai di studio dimana dia akan melakukan photoshot.

"Akhirnya kau datang juga! Semua sudah menunggumu!" ucap Marylin yang menunggu kedatangan Jane sedari tadi.

"Apa aku terlambat?" tanya Jane cemas.

"Hampir terlambat!"

Jane buru-buru masuk ke studio dan menyapa setiap crew lalu setelah membicarakan masalah konsep foto, Jane segera mengganti bajunya sambil memperbaiki make-upnya.

Berbagai model baju dia pakai dan berganti-ganti gaya rambut dia lakukan. Panasnya sorot lampu dan setiap kilatan jepretan dari kamera menjadi teman Jane hari ini.

Lelah, tentu saja apalagi dengan kondisinya yang tengah hamil muda. Ah, mengenai itu Jane belum memeriksakan kandungannya.

"Lebih baik aku periksa setelah pemotretan ini selesai," gumam Jane dalam hati.

Dan setelah pemotretan selesai, Jane istirahat sejenak di ruang makeup. Tiba-tiba Marylin datang dan memberinya naskah film yang akan Jane bintangi.

"Kau bukan peran utama, tapi jadi peran antagonis! Apa kau masih mau?"

"Aku pasti bisa, tidak semua peranku harus menjadi peran utama kan!" jawab Jane.

"Pelajari dialogmu karena besok para pemain melakukan pertemuan dengan produser film dan sutradara!"

Jane hanya bisa menganggukkan kepalanya dan menatap Marylin dengan seksama rasanya managernya itu begitu baik padanya tidak angkuh seperti biasanya.

"Thanks untuk tidak bersikap menyebalkan seperti sebelumnya!"

"Aku melakukan ini untuk bayimu!"

Yang mana membuat Jane langsung tergagap. "Kau tahu aku hamil?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status