Home / Romansa / Kaya Setelah Dibuang / Harus terbiasa

Share

Harus terbiasa

Author: Maey Angel
last update Huling Na-update: 2022-06-14 14:39:30

"Mas, tadi ibu pesan karedok sama es sultan sama Mbak Sari. Tapi belum dibayar," ucap Arin saat Bayu sudah mandi dan berganti pakaian. Ia memang sengaja menunggu suaminya sedang santai dan badannya sudah bersih selepas bekerja.

"Lalu?"

"Arin sudah nggak ada uang buat bayar. Lagian, semua totalnya tigapuluh lima ribu," ucap Arin.

"Banyak amat, memang ibu pesan berapa porsi?"

"Dua karedok dan dua es sultan, yang satunya diantar ke sini yang satunya ke rumah ibu. Arin sudah janji besok mau bayar sama Mbak Sari, ada uangnya kan?"

"Kenapa karedok yang diantar ke rumah kamu terima? Seharusnya kamu tolak jadi nggak kebanyakan yang harus dibayar," sentak Bayu. 

"Mana bisa? Itu karedok, bukan beli perabotan dapur yang bisa dibalikin kalau nggak suka atau nggak bisa bayar. Lagian, Arin mana tahu ibu pesanin karedok itu. Arin aja nggak suka, soalnya pedes banget dan akhirnya dimakan Wisnu."

Bayu melirik ke arah Arin, mencari kebenaran atas ucapan istrinya itu. Bayu beranjak mengambil kunci motornya dan pergi meninggalkan rumah.

Arin menengok anaknya yang sudah terlelap tidur di kamar, ia berjalan ke dapur dan mengambil secentong nasi. Perutnya sangatlah lapar, tak ada sayur maupun lauk yang tersisa. Hanya ada karedok sisa tadi siang milik Wisnu di wadah daun pisang.

Arin mengambil sisa karedok untuk menemani makan malamnya. Baru saja sesuap ia masukkan nasi ke mulutnya, suara motor Bayu terdegar mendekat. Ia datang dengan membawa ibunya ke rumah.

"Arin!" teriak Reni, mertua Arin.

"Iya, Bu." Arin meninggalkan makanannya dan berjalan dengan cepat ke depan menemui mertuanya.

"Sini kamu!"

Arin menunduk dan tak berani menatap mertuanya yang sedang marah ini, bahkan ia tak tahu apa kesalahannya. Bayu yang melihat dua orang wanitanya ini hendak bersitegang, memilih duduk dan menyulut rokoknya.

"Bu, duduk saja. Kita bicara sambil duduk, kan enak," ucap Bayu santai seakan tak terjadi apa-apa.

"Bayu, kamu ini jangan terlalu santai. Lihat istrimu, dia saja baru makan. Bisa-bisanya istrimu ini fitnah Ibu semaunya," ucap Reni sat melihat bwkas nasi yang masih menempel di bibir Ari. Kedatangan Reni membuat Arin bingung kenapa tiba-tiba ia datang dan marah-marah.

"Fitnah apa, Bu? Arin nggak tahu dengan apa yang Ibu bilang."

"Kamu jangan pura-pura be*o, Arin! Bayu bilang kalau ibu membeli karedok atas namamu dan membiarkan kamu membayarnya. Bahkan kamu juga memfitnah Wisnu bahwa dia yang menghabiskan karedok yang Ibu berikan untukmu," ucap Reni keras.

"Memang begitu kenyataanya. Ibu memang memesan itu semua tanpa bilang Arin dahulu, sekarang kenapa Ibu marah jika aku berbicara faktanya  kalau Wisnu memang yang menghabiskan karedok yang Ibu belikan untuk Mas Bayu. Kalau Mas tak percaya, bisa tanya langsung sama orangnya." Wajah marah Reni berubah ketika  mendengar ancaman Arin.

"Kamu mau bikin malu Ibu? Perkara uang tiga puluh lima ribu saja kamu mau meminta kejelasan?" gertak Reni.

"Loh, kan Ibu sendiri yang bilang kalau Arin fitnah Ibu. Kenapa sekarang jadi Ibu takut kalau kebohongan Ibu terungkap?" Reni melirik ke arah Bayu seperti meminta pertolongan pada anak sulungnya itu.

"Bay, istrimu ini kurang ajar sekali sama Ibu. Berani dia sudah fitnah Ibu, sekarang dia mau bikin malu Ibu. Kamu jadi suami bagaimana sih didik istri, nggak becus!" omel Reni karena tak mendapati pembelaan Bayu.

"Sepertinya Bayu yang salah di sini. Bayu kira kalian mau berdiskusi masalah makanan tadi, ternyata malah ribut. Sudahlah, besok kamu bayar saja, Rin. Pusing lihat kalian ribut," ucap Bayu menyodorkan uang limapuluh ribuan ke arah Arin.

"Sini, Ibu saja yang bayar," serobot Reni menarik uang pemberian Bayu pada Arin.

Bayu masuk ke dalam kamar meninggalkan dua orang di depannya. Ia enggan jika melihat keduanya berselisih. Tadinya Bayu hanya ingin bertanya perihal hutang karedok itu, tapi Justru Ibunya malah minta ikut ke rumahnya dan membuat gaduh.

"Mas." Panggil Arin saat Bayu sedang asik memainkan gawainya.

"Ibu sudah pulang?" 

"Sudah, kan sudah dikasih uang lebih sama kamu. Ya pasti pulang. Lagian, kamu kenapa harus ke rumah Ibu, nggak percaya banget sama istri. Ujung-ujungnya, keluar uang juga kan?" omel Arin.

"Udah sana tidur! Berisik! Nggak cape apa ngomel-ngomel mulu," usir Bayu pada Arin.

"Kalau Mas nggak kayak gini juga Arin nggak akan protes, Mas ini aneh. Jika Arin yang bilang, Mas nggak percaya. Tapi kalau Ibu yang bilang, Mas langsung percaya. Hubungan itu harus didasari dengan kepercayaan, bukan curigaan sama istri. Apalagi masalah uang, Mas itu terlalu perhitungan dan pelit dari dulu." 

"Kamu bilang Mas pelit? Sudah berapa kali kamu bilang begitu? Bosan dan nggak ngaruh sama Mas," ucap Bayu.

"Ya iya, Mas ini hatinya sudah jadi batu. Rezeki Arin itu, Allah titipkan lewat Mas. Bahkan semua rezeki keluarga kita, hanyalah titipan Tuhan. Jangan lupa, Mas. Zalim dengan istri itu dosa besar!" ucap Arin sembari membalikkan badannya dan tidur dengan membelakangi suaminya.

Bayu tak menanggapi ucapan Arin, ia masih saja sibuk dengan gawainya. 

****

"Assalamualaikum, Mbak Arin." Suara Bu Sari kembali terdengar.

"Waalaikumsalam, eh …Bu Sari. Ada apa ya pagi-pagi sudah mampir?" tanya Arin.

"Mau minta bayaran karedok kemarin, sudah ada?" 

"Loh, kan sudah dibayarkan mertuaku, Bu. Tadi malam uangnya sudah dikasihkan sama beliau," ucap Arin.

"Nggak ada, katanya minta sama Pak Bayu saja. Kok jadi saya yang puyeng, Mbak? Jadi, siapa yang mau bayar?" Arin tampak bingung. Ia akhirnya meminta Sari menuju rumah mertuanya.

"Bu! Bu!" panggil Arin menggedor pintu rumah mertuanya.

"Ibumu baru pergi, Rin. Tadi sama Wisnu naik motor dan pake helm. Berarti mau pergi jauh kali," ucap tetangga mertua Arin.

"Iyakah? Yah terlambat kalau begitu. Begini saja bu, Sari. Nanti jam satu, Ibu balik lagi ke rumah saya. Akan Arin bayar setelah pulang beberes dari rumahnya bu Puji. Hari ini Arin ada kerjaan di sana, nanti Ibu ke sana saja nggak apa. Arin bayar di rumah Bu Puji. Bagaimana?"

"Baiklah, untung kamu orang yang bisa dipercaya, Rin. Kalau kayak mertuamu itu, hadeh. Ogah aku hutangin lagi, kasihan kamu jadinya kayak gini," ucap Bu Sari.

"Nggak apa, Bu. Arin sudah terbiasa dengan keluarga Mas Bayu. Maaf ya, Bu Sari jadi harus bingung dan bolak-balik kesini."

"Nggak apa. Kalau begitu, saya pamit Mbak Arin. Permisi!"

Sari meninggalkan Arin yang masih berada di depan rumah mertuanya. Arin lagi-lagi ketiban sialnya, sudah tak makan karedoknya. Uang hasil kerja beberes hari habis juga untuk bayar hutang mertua pada Sari.

"

*

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kaya Setelah Dibuang    pelajaran

    Tentu saja sikap Arin yang mencegah Kaisar untuk mencari tahu mengenai kejadian jatuhnya Arin di kamar mandi sekolah itu membuat Kaisar semakin penasaran. Sekolah yang memiliki biaya cukup mahal untuk bisa mengenyam pendidikan di sana itu sangat mustahil jika memiliki kloset yang licin. Tanpa sepengetahuan Arin, Kaisar pun mendatangi sekolah Shaka. Sengaja hari ini Arin tidak diperbolehkan untuk berangkat ke sekolah dan istirahat di rumah ditemani oleh Shaka. Ibunya—Narsih—juga diminta Kaisar untuk menemani Arin di rumah karena Arin menolak untuk dibawa ke rumah sakit.Kaisar langsung datang menemui kepala sekolah. Dia datang untuk menanyakan perihal kualitas sekolah yang dijadikan tempat menuntut ilmu anaknya itu. Kaisar merasa heran karena Shaka tiba-tiba terlihat tidak nyaman bersekolah di sana."Selamat pagi, Pak.""Pagi Pak Kaisar. Silahkan duduk!" titah Pujiono–kepala sekolah itu."Ada perlu apa ini? Tumben datang ke sekolah seorang diri.""Hari ini saya ingin meminta izin untuk

  • Kaya Setelah Dibuang    sakit

    “Mas.”Malam ini Arin ingin sekali bercerita mengenai alasan ia mengajak Shaka pulang lebih awal. Kaisar yang masih sibuk dengan pekerjaannya pun menghentikan sementara.“Kenapa, Rin?”“Kayaknya keputusan Mas untuk pindahin Shaka itu betul deh.”“Kenapa emangnya? APa tadi ada masalah lagi yang terjadi di sekolah.”Arin mengembuskan napasnya kasar. Bukan perihal yang mudah untuk bercerita hal mengenai mantan suaminya itu pada suaminya kini yang notabene super protektif pada keluarganya.“Aku pikir, semua yang kita bicarakan saat itu adalah suatu hal yang harus kita lakukan sekarang.”“Kenapa?”“Tadi aku ketemu Mas Bayu. Dia …”“Dia kenapa?”Arin bingung mau mengatakan hal ini atau tidak, namun ia juga tak mau direndahkan sampai dibuat kasar dengan cara yang tidak patut oleh lelaki yang sudah menjadi mantan. Jika dulu saja ia bisa marah saat Bayu memukulnya, seharusnya ia sekarang lebih marah dari pada itu. Namun, ia kembali berpikir mengenai bisnis sang suami yang sedang dianggap sedan

  • Kaya Setelah Dibuang    lagi lagi

    Arin tak menyangka bakal bertemu Bayu di sekolah Shaka. Ia sangat menyesali kenapa harus menyekolahkan anaknya di tempat yang sama. Arin pun semakin yakin memindahkan Shaka setelah ini dan memilih sekolah di tempat lain yang berbeda dengan Bayu.Jam istirahat dimulai. Para murid keluar dan berhambur bermain di taman bermain yang ada di sekolah itu. Shaka mendekat ke arah Arin dengan wajah yang ditekuk.“Kenapa, Sayang? Kenapa nggak main sama teman teman?”“Nggak mau ah, Ma. Satria nakal lagi. Tadi buku Shaka dicoret coret dan disobek. Ma, Shaka mau pulang aja. Nggak mau sekolah,” rengek Shaka.Arin yang melihat anaknya menangis pun memilih untuk memangkunya dan memeluknya hangat. Memberi pengertian agar Shaka tidak sedih lagi setelah dikerjai Satria.“Ada anak Mami! Ada anak mami! Hahaha.”Suara Satria yang meledek Shaka membuat Arin geram. Namun, Arin bukan memarahi Satria melainkan mendatangi Bayu yang sibuk bermain gadget sendiri tanpa memperhatikan anaknya.Brak!Arin menggebrak m

  • Kaya Setelah Dibuang    tak patut

    “Gatsu.”“Nggak usah. Nanti langsung ke rumah aja, istirahat. Kasihan SHaka diajak kerja juga.”“Nggak kerja lah, cuma temani doang.”“Baiklah. Terserah kamu saja. MAs pergi dulu.”Arin kembali turun setelah bersalaman dengan Kaisar lalu melambaikan tangan melepas kepergian suaminya bekerja. Faktor keuangan yang sedang menurun, membuat Arin harus banyak banyak berdoa dan berusaha. Makanya dia akan menyusul nanti jika sekolah Shaka sudah selesai. Hitung hitung membantu suaminya bekerja. Tentunya dia niatkan beribadah. Biar tidak menimbulkan pertengkaran dan perdebatan jika hasilnya tidak memuaskan.Suara klakson mengagetkan Arin yang sedang berjalan masuk ke dalam ruang tunggu wali murid. Sebenarnya tidak disarankan masuk dan menunggu anaknya, tetapi Arin masih ingin memastikan baik baik saja. Tin!Lagi lagi Arin dibuat kesal karena mobil itu justru membuntutinya jalan ke halaman sekolah, hingga Arin bertambah kesal saat ada Bayu yang di dalamnya“Hai, Rin.” Bayu menyapa dengan senyum

  • Kaya Setelah Dibuang    kesombongan

    “Kenapa dengan Satria? Siapa dia?” tanya Narsih."Teman Shaka, Bu. Dia biasa jahilin Shaka. Nggak hanya saka, yang lain juga. Emang dasar anaknya gitu. Mau marahin juga percuma. Gak bakalan mudeng. Orangtuanya aja gak tahu etitut," adu Arin."Sudah sudah. Kita bicarakan nanti saja. Udah siang ini Shakanya," sela Kaisar yang tidak ingin membahas tentang keburukan orang lain di depan anaknya.Kaisar benar benar mengantar Shaka. Dia meminta Arin untuk menunggu Shaka masuk dan meminta Arin untuk kembali ke mobil."Ada apa sih, Mas?" tanya Arin heran melihat gelagat suaminya yang aneh."Nggak. Shaka udah masuk?""Udah. Barusan udah masuk. Hari ini Satria nggak datang. Aman."Arin mengembuskan napasnya perlahan lalu tersenyum di depan Kaisar."Mas mau tanya apa?""Memang Mas mau tanya?""Hiz! Serius. Mau nanya kali ini sama Arin nggak?""Mau sih. Tapi, kamu harus jawab jujur.""Apa?" tanya Arin serius mendengarkan."Mas mau tanya. Wajah kamu pake formalin ya? Kok awet cantiknya?" kelakar Ka

  • Kaya Setelah Dibuang    Sarapan

    “Kenapa kamu bangunkan Mas kesiangan, Rin? Hari ini Mas akan ke gudang buat cek data yang semalam belum Mas selesaikan,” tanya Kaisar panik saat dibangunkan Arin kesiangan.“Tenang aja. File udah aku cek dan memang ada keanehan di Mellynya. Bukan salah toko atau gudang. Jadi Mas hanya perlu tanyai Melly, kenapa dia sampai berlaku demikian. Kita butuh penjelasan dia mengenai hal ini. Dia harus bertanggung jawab dan Mas harus bisa bertindak bijak. OKe?”Arin memang sudah menyelesaikannya semalam. Dia hanya membereskan beberapa dan itu cukup sangat membantu membuat Kaisar lelap tidur dan puas istirahat sampai pagi.“Ya ampun, begini ini yang kadang bikin Mas nggak mau tidur dulu kalau kerjaan sudah beres. Kamu pasti yang selesaikan. Ya sudah, aku mau mandi dulu. Kamu pasti udah siapkan sarapan, ya?” “Belum. Aku mau sarapan di rumah Ibu bareng kamu.”“Tumben?” tanya Kiasar heran.“Lagi pengin aja. Yuk ah, buruan! Mas mandi, aku mandiin Shaka.”Keduanya gegas beranjak sebelum melakukan ak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status