Share

Gara-gara Bulu Halus

"Ahhhhh......"

Nayara berteriak meluapkan seluruh kekesalannya pada dirinya sendiri yang telah berbuat hal yang membuat dirinya masuk ke dalam lingkaran kesulitan karena tak bisa memilih apalagi menolak apa yang sudah ditetapkan oleh Kendrick.

Jennie yang berada duduk didepannya dia hanya bisa tersenyum-senyum sendiri melihat temannya yang sedang galau durjana. Keduanya tengah bersantai di depan mini market yang ditemani dengan indahnya sinarnya rembulan dimalam hari.

"Kamu kenapa gak mau jadi asistennya Pak Kendrick? Kan bukannya enak yah? Gaji kamu lebih gede dari para karyawan lain yang udah kerja dua tahun di sana loh!" tutur Jennie yang tak habis pikir dengan sikap temannya itu yang malah menjadi galau berlebihan.

"Kamu tahu? Lelaki berjas yang aku ciprati waktu pergi ke kantor tadi pagi sampe basah kuyup di pinggir jalan itu, ternyata Pak Kendrick!!!" jelas Nayara dengan akhir nada yang dia buat memelengking ketika menyebutkan nama Kendrick sembari menggebrak meja.

"Ah? Serius kamu?" tanya Jennie tak percaya. Kedua bola matanya membulat pada Nayara yang tampak menyesal.

Nayara menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan pertanyaan dari Jennie. Seketika Jennie dia langsung tertawa terkikih-kikih. Jennie tertawa hingga terpingkal-pingkal hingga perutnya sakit dan wajahnya terasa kaku.

Mata Nayara memutar mendelik ke arah Jennie yang mala menertawakannya dan bukan ikut prihatin pada dirinya.

"Kok bisa sih?" Jennie mengatur napasnya secara perlahan agar bisa berhenti dari gelak tawanya yang menjadi menyakitkan karena sulit dia berikan.

"Mana aku tahu kalau itu Pak Kendrick, aku kan gak kenal sebelumnya.." gerutu Nayara yang berdalih.

"Duh.. Udah jangan terlalu kamu pikirin, kan kejadian tadi pagi kamu gak sengaja. Lagian kamu itu harus tahu walau pun Pak Kendrick kelihatan dingin, tegas tapi dia baik kok!" tutur Jennie yang mencoba membuat Nayara untuk menjadi tenang dan tidak lagi khawatir apalagi menjadi beban pada pikirannya.

"Mungkin iya baik, tapi bukan sama orang yang udah bikin hari dia jadi sial," Nayara masih tetap merasa bersalah dan ketakutan jika besok pagi harus bertemu dan bertatap muka dengan Kendrick.

Jennie mengelus punggung tangan Nayara yang tergeletak lemas di atas meja, "Kamu jangan berpikiran berlebihan. Harusnya kamu bersyukur dan fokus sama kerjaan kamu yang baru ini. Orang tua kamu juga pasti seneng!"

***

Keesokan harinya.

Nayara pada jam setengah enam pagi sudah siap dengan pakaiannya rapi untuk bersiap pergi ke alamat yang sebelumnya sudah dikirim Kendrick sendiri beserta nomor sandi rumahnya. Inilah hari pertamanya bekerja.

"Loh Nay? Kamu mau pergi sepagi ini?" tanya Ibunya yang melihat anaknya akan pergi kerja diwaktu yang terlalu pagi menurutnya.

"Iya Bu, dadah.." pamit Nayara yang tak lupa mencium tangan orang Ibunya dan segera keluar rumah sambil menuntun sepedanya.

Udara pagi begitu tajam menusuk kulit, daging bahkan terasa hingga ke tulang. Wajahnya terasa kaku karena dinginnya yang membuatnya membeku. Namun Nayara tak terlalu memperdulikannya. Sesekali dia menarik napas panjangnya agar pasokan oksigen di dalam tubuhnya tetap ada dan cukup tak terhindar dari hipotermia.

Jam enam kurang sepuluh menit barulah Nayara tiba di depan sebuah rumah yang alamatnya sesuai dengan alamat yang berikan oleh Kendrick padanya.

"Ini dia, semoga dihari pertama aku dia gak ngerjain aku," Gumamnya.

Matanya mencocokkan nomor di depan pintu gerbang dengan nomor yang ada di ponsel nya. Sama. Wajahnya langsung berseri dan segera menekan nomor sandi yang sesuai.

"Empat dua nol satu sepuluh..."

Klik!!

Pintu langsung terbuka dengan sendirinya.

Dengan perlahan  dia melangkahkan kakinya bah seorang pencuri yang tengah mengendap-endap secara diam-diam. Kini sudah berada di ruang tamu namun Kendrick tak memunculkan batang hidungnya.

"Permisi.. Pak! Saya Nayara.." seru Nayara yang menggantikan kalimat salam dengan nada yang dia sengaja ditinggikan agar sampai terdengar ke telinga Kendrick.

Nayara masih belum menemukan keberadaan Kendrick. Dia terus menyusuri ruangan demi ruangan hingga ke dapur. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Matanya menatap bagian dapur yang tampak mewah dan modern. Kitchen set yang terlihat mahal, kompor yang menggunakan listrik dan menempelrapu dengan bangunan. Juga ada lemari es yang besarnya melebihi lemari pakaian Nayara saat ini.

Dahulu dia memiliki itu semua. Namun kini hanya menjadi impian yang tampak sangat berat dan sulit selalu untuk kembali dia raih.

"Kamu lagi ngapain disitu?" tanya Kendrick yang muncul tiba-tiba dari arah belakang dan seketika mengejutkan Nayara yang langsung membalikkab tubuhnya ke arah Kendrick yang hanya bertelanjang dada dan hanya menggunakan handuk berwarna hitam untuk menutupi tubuh bagian bawahnya saja.

"Astaga?!" kejut Nayara yang langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dari pemandangan akan kekarnya dan bidangnya dada Kendrick yang berotot karena rajinnya dia berolahraga.

"Putar balik!" suruh Kendrick pada Nayara dengan jari yang menunjuk ke arah Nayara. Nayara segera menurutinya. Kedua tangannya masih menempel diwajahnya.

"Buatkan saya sarapan!"

"Apa?" tangan Nayara terlepas dari wajahnya.

"Tapi jangan meyediakan saya susu, saya alergi!" ucap Kendrick yang kemudian berlalu kekamarnya untuk mengenakan pakaian kantornya.

Nayara menarik napas dan mengatur napasnya secara perlahan. Hatinya ingin sekali meledak, dirinya sudah berpakaian rapi dan siap pergi ke kantor malah diperintah untuk memasak dan menyatu dengan asap kompor dan masakan.

Apa daya, dia kini hanya seorang asisten bukan lagi seorang nona yang terbiasa memerintah dan kini malah dirinya yang diperintah.

"Okey Nayara.. Semangat!!" serunya menyemangati dirinya sendiri yang terpaksa dia kumpulkan demi uang gaji yang sudah dijanjikan Kendrick padanya. Sambil memasak dia sambil bernyanyi-nyanyi sendirian di dalam hati.

Tiga puluh menit kemudian.

Makanan akhirnya siap, Nayara segera menyajikan ke atas meja makan. Matanya kembali mencari sosok tuannya yang menghilang dari pandangannya entah kemana, padahal makanan semuanya sudah siap.

"Pak... Makanan sudah siap!" panggil Nayara dengan suara yang menggelegar ke segala ruangan.

Namun lagi-lagi Kendrick tak langsung muncul dihadapannya. Nayara duduk di kursi sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.

Prangggg....

Tiba-tiba terdengar suara dentingan pecahan dari arah ruangan yang berasal dari arah ruangan yang berada di ujung lorong. Mendengar suara itu seketika Nayara langsung pergi terbirit alamiah ke arah asal suara dan melupakan ponselnya yang tergeletak bebas di atas meja makan.

"Pak Kendrick?!!" Kaget Nayara yang melihat Kendrick sudah dalam posisi tertimpa lemari buku yang berukuran 180x200 cm.

Nayara yang melihatnya menjadi panik tak karuan dan tanpa dia sadari sampai meneteskan air mata. Menangis.

"Kamu ngapain bengong? Cepat angkat!!" suruh Kendrick yang menunjuk ke arah lemari yang menimpanya dengan suara yang menyeringai menahan rasa sakit dikakinya. Bagian betisnya terhimpit.

"Eu? I... Iya Pak!" 

Nayara segera mengangkat lemari itu dengan segala kekuatan yang dia miliki. Walaupun gadis kecil dia yang memiliki berat badan hanya empat puluh delapan kilo gram dan tinggi yang hanya seratus lima puluh delapan kali ini dia bisa mengangkat lemari itu hingga lima senti meter.

Namun tiba-tiba entah berasal dari mana ada bulu-bulu halus yang menempel di hidung nya dan membuatnya ingin segera bersin.

"Ha... Ha... Ha..."

"Nay? Angkat lebih.."

"Haaaacccciiihhhh...."

"Aaahhhkkkkkk!!!!!"

Nayara tak dapat lagi menahan hidungnya yang geli dan membuatnya menjadi bersin-bersin tiada henti. Ketika itu pula dia tak sengaja melepaskan tangannya yang sedang mengangkat lemari dan kembali menimpa kaki Kendrick yang bersiap dikeluarkan dari sana.

"Nayara!!!!"

Kendrick meluapkan rasa sakitnya pada pekikan dan jeritan yang nail sangat tinggi hingga beberapa oktaf.

"Astaga Pak? Aduh... Aduh..." Nayara malah menjadi kebingungan.

"Angkat lagi cepat... Ahkkkk..."

"I iya iya Pak!"

Tangan Nayara kembali mengangkat lemari itu dan Kendrick segera menarik kakinya karena takut kembali tertimpa lemari yang super besar itu lagi.

Napasnya terengah-engah dengan menatap penuh kesal dan dendam. Namun ketika itu pula dia menjadi agak takut ketika memikirkan kekuatan yang dimiliki Nayara. Bertubuh kecil namun dapat mengangkat lemari yang super besar yang terbuat dari bahan kayu jati yang mahal.

"Ha... Ha... Ha... Ha... Hacih.. Hacih... Hacih..." Nayara kembali bersin-bersin tiada henti. Tatapan Kendrick pun kembali seperti semula.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status