"Memangnya apa yang ingin kau katakan? Wajahmu sampai seserius itu," celetuk Ash. Langkahnya terlihat ringan, mencoba mengimbangi Yuu yang berjalan pelan di sampingnya.Tetapi, langkah Yuu yang berhenti membuat Ash mengalihkan perhatiannya. "Ada apa?" tanya Ash. Yuu menoleh dengan raut horor. "Ash ... Ameera dalam bahaya," ujarnya dengan suara parau, nyaris tercekat. Telunjuk pemuda itu mengarah ke arah pintu kamar mereka yang telah rusak poranda. Detik yang sama Ash menatap hal serupa. Yuu bahkan bisa melihat perubahan raut wajah pria itu. Perpaduan pias dan syok. Tanpa bisa dicegah, Ash telah berlari dengan langkah kilat menunju kamar. "Oh, tidak! Ameera!" teriaknya, disusul Yuu di belakang. Dada Yuu naik turun. Rasa masam di tenggorokan membuat perasaannya kian memburuk. Penampakan seisi kamar yang rusak dan ketiadaan Ameera, jelas telah memberitahu mereka bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi di tempat ini.Dengan perasaan takut, Yuu melirik Ash yang tengah berjongkok. Jemari
"Uhuk!!"Ameera terbatuk keras. Sangat keras hingga dadanya ikut terasa remuk. Dia meringis tatkala mencoba bangkit, sementara kesadarannya memulih usai mendapati dirinya berada di tempat yang teramat asing. Keningnya mengerut mendapati alas tidur jerami berbau apek. Dinding tanah yang lembab, bahkan beberapa di antaranya dihinggapi bulir air juga serangga berukuran kecil. Gadis Itu segera terperanjat. Bergerak mundur hingga punggungnya menempel di dinding dan memperkecil batas teritorialnya. Napasnya masih terlihat naik turun, dan karenanya, rasa sesak di dada kian menyiksa. Buru-buru dia mengusapnya, kemudian menyadari bahwa pakaian yang dia kenakan masih sama dengan kemarin. Bahkan lebih buruk. Robek di segala sisi ditambah bercak darah mengering membuat kesan horor untuk Ameera."Apa yang—akh!" Gadis itu mengerang, bergegas menyentuh sudut bibirnya yang berdenyut karena rasa perih di sana. Hingga sekelebat ingatan buruk menyeruak masuk ke dalam kepalanya. Memperjelas sebab meng
Sekuat-kuatnya sebuah kekuatan, tidak dapat dipungkiri tetap memiliki kelemahan. Sama halnya ketika Klan Naga di Kerajaan Eros dimusnahkan oleh oknum pengkhianat, kendati klan tersebut diagungkan sebagai yang terkuat. Klan, yang konon tidak akan musnah meski seribu tahun berlalu dan akan tetap menduduki takhta.Lantas, apa kelemahan Klan Naga? Terlalu naif!Benar, meski disebut klan terkuat sepanjang sejarah Eros, tetapi Klan Naga begitu naif, berpikir semua klan akan selalu damai di atas kepemimpinan mereka. Tidak akan ada pemberontakan, perang, bahkan kematian yang sia-sia karena rasa dengki. Tanpa sadar menumbuhkan kelengahan lantaran terlalu lama menjadi penguasa. Meski Klan Naga benar pemegang kekuasaan Eros yang sah. Dasarnya, Klan Naga memimpin tiga klan kuat lainnya: Klan Singa, Klan Rubah, dan Klan Kuda.Hanya saja, tidak semua klan akan sependapat terlebih mereka yang haus kekuasaan. Memanfaatkan kelengahan Klan Naga, sosok lain dengan aura kelicikan sepekat malam mulai men
17 tahun kemudian...."Ya! Kalahkan dia, King! Bunuh bocah itu!" "Bunuh!""Bunuh!" Sorak-sorai terdengar bergemuruh. Memekakkan gendang telinga meski mungkin tidak satupun peduli. Lalu, di tengah-tengah arena pertarungan para budak, tatapan setajam elang milik pemuda berusia 17 tahun tak sekalipun goyah menghunus lawan yang jauh lebih besar darinya. Bahkan jika nyaris semua pendukung bersorak bukan untuknya, hal itu sama sekali tidak menyurutkan tekadnya. "Menyerahlah, Nak!" Pria berbadan besar tersebut jelas tidak terlihat bersimpati. Sebaliknya, perkataannya justru terdengar mengejek. Toh, sekalipun pemuda itu mengangkat tangan untuk menyerah di pertandingan pertamanya, pertarungan akan tetap berlangsung. Sebagai budak di pasar gelap Kerajaan Ernes, mereka dituntut untuk bertarung di usia 17 tahun. Mereka telah dilatih sejak dini hanya untuk hari ini. "Aku tidak akan terprovokasi," sahut si Pemuda. Kilat dingin di balik tatapannya menghunus lurus ke arah lawan. Meski saling
"Kau yakin dia tidak mati?" "Bisakah kau tenang sedikit? Aku hanya membuatnya pingsan, tidak lebih." Ruangan berukuran kecil ini benar-benar tidak mampu meredam gema suara pertengkaran dua orang di sudut pintu masuk. Terlalu keras hingga mungkin dapat membangunkan orang mati sekalipun. "Siapa kalian?" Benar saja, sosok lain di dalam ruangan telah terbangun. Suasana mendadak hening. Gadis bertubuh mungil tetapi bersuara lantang bergegas menoleh, nyaris bersamaan dengan pria tinggi kekar ditambah poin plus wajah rupawan yang eksotis. Tatapan mereka bertemu, tetapi detik berikutnya, gadis itu bergerak cepat menyembunyikan diri di balik punggung pria di sebelahnya. "Oh, Ash, tolong sembunyikan aku. Dia benar-benar menakutkan." Pria tampan bernama Ash, memutar bola mata, teramat jengkel tetapi di satu sisi tidak dapat melakukan apapun pada gadis itu. "Tenanglah, jika dia menggigit, aku hanya harus membunuhnya," balasnya, acuh tak acuh."Kau gila!" Gadis itu berteriak protes."SIAPA
Hari sudah mulai gelap ketika Yuu tiba di depan gerbang permukiman para budak. Pemuda itu jelas siap untuk menerima segala bentuk hukuman lantaran telah berani meninggalkan area tersebut tanpa izin. Hanya saja, Yuu terkejut ketika penjaga memberitahu bahwa dia dan ayahnya telah ditebus. Dalam artian, seseorang telah membeli mereka. Langkah Yuu bergerak lebih cepat. Satu-satunya tujuannya hanyalah rumah dan berharap dapat menemukan ayahnya di sana. Lalu ketika kepanikan melanda pemuda itu, berpikir ayahnya telah dibawa pergi oleh si Pembeli, namun ketegangan yang semula menerpanya mendadak terurai. Yuu mendapati seorang pria paruh baya tengah mengumpulkan kayu bakar di samping rumah dan tersenyum ke arahnya.Pria itu melangkah mendekati Yuu. Tanpa sadar menjatuhkan potongan-potongan kayu bakar di tangan, tatkala tubuhnya bergerak cepat merengkuh puteranya. "Oh, Yuu, aku pikir kau tidak akan kembali setelah pertandingan ini." Pria itu menangis keras. "Syukurlah, kau selamat." Yuu ters
DUAR!!Sesaat setelah ledakan terjadi, asap mengepul ke udara bersamaan dengan puing-puing tanah disertai serpihan bangunan. Berhamburan tak tentu arah kemudian terhempas jatuh di sekitar titik ledakan. Hanya saja, tidak ada aroma daging terbakar atau bahkan tubuh hangus milik Yuu. Menyadari hal itu, pria misterius yang masih berdiri tegak tidak jauh dari posisi di mana dia hendak mengeksekusi mati Yuu, kontan mendengkus keras. "Kau selalu saja menjadi pengganggu, Ash!" ujarnya rendah, tetapi terdengar tajam. Dia kemudian berbalik hanya untuk menemukan sosok Ash di belakang tubuhnya. Tidak ada Yuu di sana. "Di mana dia?" tanyanya, kesal.Ash tersenyum remeh. "Wah, apa sekarang kau beralih membunuh seorang bocah, Drake?" celetuk Ash, mengejek."Kau tahu betul apa yang aku incar, pengkhianat!" Suaranya naik satu oktaf.Ash justru tertawa. "Pengkhianat?" ulangnya. Tatapan Ash balik menajam. "Kalianlah pengkhianatnya, sialan!" Tidak pikir panjang, Ash maju lebih dulu, menerjang dengan ke
"Yuu, sejak awal kau bukanlah Puteraku. Kau adalah Pangeran Kerajaan Eros yang sah seperti yang dikatakan oleh mereka berdua. Dan aku, Ervan, diperintahkan langsung oleh Raja Ryuu untuk menyelamatkanmu." Yuu tercengang ketika menyaksikan Ervan mendadak berlutut di hadapannya. "Yang Mulia, sepertinya, memang sudah saatnya Anda kembali ke tempat asal Anda," ujarnya formal, terdengar asing di telinga Yuu.Sementara kini, duduk di kamar dengan wajah pias, Yuu masih tidak habis pikir ketika kalimat itu terngiang kembali di kepalanya. Bagai terkena serangan kejut yang lebih mengejutkan ketimbang berhadapan dengan sosok pembunuh seperti Drake, pikirnya. Tidak ada dugaan sedikitpun bahwa pria yang selama ini dia anggap ayah, bukanlah benar apa yang dia harapkan.Rasanya, ini lebih menakutkan. Meremas rambut dengan kuat, Yuu mengerang dengan wajah kesal."Kau terlihat sangat frustasi." Yuu menghela napas, sesaat setelah mendengar suara Ash yang nyatanya telah berdiri sembari bersandar di kuse