Share

Bab 5

Author: Darrel Gilvano
Bisnis utama Keluarga Sucipto adalah logistik domestik jarak jauh. Selain itu, mereka juga mengelola dealer mobil elite.

Beberapa hari lalu, Felix Bahrani pergi untuk membeli mobil. Orang-orang dealer tidak mengenalinya. Ditambah lagi, dia berpakaian relatif kasual dan sangat cerewet dalam memilih mobil.

Akibatnya, beberapa karyawan menjadi tidak sabar dan mengejek bahwa Felix tidak perlu berpura-pura bila tidak mampu membeli mobil mewah.

Felix tentu saja tidak terima dihina seperti itu. Dia langsung menampar salah seorang dari mereka. Kedua belah pihak lantai terlibat perkelahian panas. Berhubung jumlah orang di dealer mobil lebih banyak, Felix juga menerima beberapa pukulan di tengah kekacauan itu.

Felix benar-benar murka. Tidak hanya memerintah anak buahnya untuk memukuli semua karyawan, dia juga mengancam akan menghancurkan dealer mobil. Selama beberapa hari terakhir, orang-orangnya telah membuat banyak masalah sehingga dealer mobil tidak dapat beroperasi.

Sesudah mendengar berita itu, Laura segera memecat para karyawan yang terlibat. Kemudian, dia menelepon Felix beberapa kali, berharap bisa bertemu langsung untuk meminta maaf dan membahas kompensasi.

Namun, Felix mengabaikan Laura. Dia tetap bertekad menghancurkan dealer mobil Keluarga Sucipto.

Maka dari itu, Laura tidak punya pilihan selain meminta tolong pada ayah Rafael untuk mengaturkan pertemuan dengan Felix.

Usai mendengar masalah yang dihadapi Laura, Rafael langsung menelan saliva dengan pahit. Dia hanya membual! Bagaimana mungkin ayahnya bisa memiliki koneksi dengan Broto?

Namun, karena sudah terlanjur membual, Rafael akan kehilangan muka bila berkata tidak bisa membantu. Jadi, dia pun berkata, "Oke, aku akan bicara dengan ayahku malam ini."

Di depan semuanya, Rafael setuju untuk membantu. Namun, di dalam hati dia sedang memikirkan beragam alasan untuk mengelak.

Saat itu, pintu ruangan tiba-tiba dibuka dari luar. Seorang wanita cantik berjalan masuk sambil membawa segelas anggur merah. Dia tersenyum manis dan berkata, "Aku Sabrina Dahlan, bos kelab ini. Sebagai ucapan terima kasih atas kedatangan kalian, aku ingin bersulang untuk kalian semua."

Bos kelab datang secara pribadi untuk bersulang, orang-orang tentu saja tidak menolak.

Setelah bersulang dan meminum anggurnya, Sabrina tidak buru-buru pergi, melainkan duduk dan mulai mengobrol dengan mereka. Ini adalah taktik yang biasa dia gunakan. Menggunakan ramah-tamah untuk menjalin relasi, guna mendorong para tamu untuk datang lebih sering.

Masalah Felix masih menjadi beban di hati Laura. Raut cemas tidak kunjung hilang dari wajahnya.

Melihat ini, Melisa merangkul Laura dan menghiburnya, "Jangan khawatir lagi. Ayah Rafael akrab dengan Pak Broto, dia pasti bisa membantu keluargamu berdamai dengan Felix."

"Ya, itu benar," timpal dua orang lainnya sambil mengangguk.

Mendengar ini, Sabrina mengarahkan tatapannya pada Laura dan bertanya, "Kamu punya masalah dengan Felix?"

"Karyawan perusahaan kami sudah menyinggungnya, jadi aku ingin minta maaf secara langsung padanya," jawab Laura sambil mengangguk kecil. Kemudian, dia pun menjelaskan duduk perkaranya.

"Oh, itu gampang." Sabrina tertawa kecil dan berucap, "Nggak perlu merepotkan ayah Rafael. Kebetulan sekarang Felix juga berada di sini. Kalian tunggu sebentar, aku akan mengundangnya datang."

"Serius?" tanya Laura. Wajahnya berseri gembira, menatap tidak percaya pada Sabrina.

Rafael juga bersorak dalam hati, bahkan hampir melompat kegirangan. Langit telah membantunya!

Sabrina tersenyum dan mengangguk, lalu dia segera berdiri dan berucap, "Kalian tunggu sebentar, aku akan segera kembali."

"Baik! Terima kasih, terima kasih banyak!" ujar Laura dengan penuh semangat.

"Jangan sungkan," sahut Sabrina, tersenyum ramah sebelum berjalan pergi.

Selepas Sabrina pergi, Laura akhirnya bisa menghela napas lega. Dalam hati, dia membuat keputusan. Kelak, dia akan lebih sering datang ke kelab ini.

Rafael juga diam-diam membulatkan tekad, nanti dia harus memberi kesan yang baik pada Felix. Dengan begitu, dia tidak hanya bisa mendekati Keluarga Bahrani, tetapi juga menutupi kebohongan awalnya.

Jimmy menimbang sejenak sebelum mengingatkan Laura, "Aku sarankan kamu jangan menjamu Felix dengan anggur tadi. Kalau dia tahu anggur itu palsu, dia pasti akan mengamuk lagi." Meski tidak 100% yakin, dia masih merasa ada yang tidak benar dengan rasa anggur itu.

"Tutup mulutmu!" geram Laura sambil memelototi Jimmy. "Waktu Felix datang nanti, sebaiknya kamu kunci rapat mulutmu!"

Jimmy menghela napas dan menggeleng frustrasi, tetapi tidak berkata apa-apa lagi.

Tidak butuh waktu lama, pintu kembali dibuka.

Di luar pintu, Felix berdiri dengan wajah masam. Matanya menatap Laura dengan tatapan tidak bersahabat. Dia terlihat sangat enggan untuk masuk.

Melihat ini, Laura buru-buru berdiri. Hatinya dilanda kegelisahan.

"Felix, jangan pasang wajah cemberut begitu. Ayolah masuk." Sambil terkikik, Sabrina menyeret Felix yang ogah-ogahan masuk. Setelah mendudukkannya di sebelah Laura, dia berkata lagi, "Oke, kalian minta maaf dan bicaralah baik-baik dengan Felix. Aku harus menemani tamu-tamu lain, jadi aku pamit dulu."

Sabrina tersenyum ramah pada orang-orang di sana, lalu segera melangkah keluar ruangan.

Begitu Sabrina pergi, Rafael langsung menyunggingkan senyum cerah dan mengulurkan tangan sambil berucap, "Halo, Felix. Namaku Rafael Kusuma, sungguh suatu kehormatan bisa bertemu denganmu ...."

Felix menepis kasar tangan Rafael dan membentak dengan ekspresi muram, "Siapa yang peduli dengan namamu!"

Merasa canggung, Rafael pun menoleh pada Laura dan berkata, "Laura, kenapa diam saja? Cepat tuangkan anggur untuk Felix. Kedatangannya saja sudah merupakan suatu kehormatan besar buat kita."

Laura tiba-tiba tersadar dari lamunannya. Dia buru-buru mengambil botol anggur di meja dan menuangkannya untuk Felix.

"Felix, tolong jangan marah lagi. Orang bijak nggak mendendam pada orang kecil." Rafael memberikan gelas anggur pada Felix sambil membungkuk hormat dan berucap, "Laura nggak tahu kamu akan datang ke dealer keluarganya. Kalau nggak, dia pasti sudah menyambutmu secara pribadi. Di Bataram, siapa yang berani nggak menghormatimu ...."

"Betul, betul!" Yang lain mengangguk setuju dengan sikap menyanjung.

Harus diakui, Rafael sangat lihai dalam hal menjilat. Sanjungan demi sanjungan yang dia lontarkan membuat Felix cukup senang hingga ekspresinya melunak.

Rafael menahan kegembiraan di hatinya dan cepat-cepat mengedipkan mata ke arah Laura.

Laura menangkap maksud Rafael. Dengan hati-hati, dia mengangkat gelasnya dan berucap, "Biar bagaimanapun, aku bersalah dalam masalah ini karena sudah teledor. Felix, aku janji akan memberikan kompensasi yang memuaskan. Sebagai permintaan maaf, izinkan aku minum duluan."

Rafael kembali menyerahkan gelas anggur dengan dua tangan, sedikit membungkuk seraya berkata pada Felix, "Sejujurnya, Musigny ini kurang pantas untuk menjamu seseorang dengan status sepertimu. Tapi, hanya ini anggur terbaik yang bisa kubeli. Semoga kamu nggak tersinggung ...."

Felix bergumam mengiakan, lalu akhirnya menerima gelas anggur itu.

"Felix, aku akan minum duluan untuk menunjukkan rasa hormatku," ujar Laura dengan gembira. Usai berkata begitu, dia langsung menenggak separuh gelas anggur merahnya.

"Awas saja kalau Keluarga Sucipto nggak memberiku kompensasi yang pantas. Masalah ini belum berakhir!" ujar Felix dengan tatapan penuh peringatan sebelum mengangkat gelas ke bibirnya.

Begitu anggur merah itu menyentuh lidahnya, ekspresi Felix tiba-tiba berubah.

Melihat itu, Laura segera bertanya dengan hati-hati, "Felix, apa anggur ini nggak cocok dengan lidahmu?"

"Nggak cocok kepalamu!" hardik Felix, lalu tiba-tiba menyiramkan seluruh isi gelasnya ke wajah Laura.

Byurr! Laura sama sekali tidak menyangka Felix akan tiba-tiba menyiramnya dengan anggur. Penampilannya seketika tampak berantakan.

Perubahan situasi yang begitu mendadak langsung membuat semua orang menegang. Rafael ketakutan dan beringsut mundur. Laura yang disiram anggur membeku di tempat, tidak tahu harus berbuat apa.

Felix tiba-tiba berdiri, berkata dengan raut dingin padanya, "Laura, apa kamu kira aku ini pria kampung yang nggak bisa membedakan anggur asli dan palsu?"

Felix benar-benar marah. Para karyawan Grup Sucipto menganggapnya pria kampung dan kini Laura juga meremehkannya? Apa penampilannya memang mirip pria kampung? Laura meminta maaf, tetapi berani membodohinya dengan anggur palsu. Ini jelas adalah tamparan di wajahnya!

Laura tertegun melihat amukan Felix. Beberapa orang lainnya pun tercengang. Jadi ... anggur itu benar-benar palsu? Bagaimana mungkin? Apa mungkin Felix tidak ingin menerima permintaan maaf Laura, jadi dia menggunakan alasan ini untuk mempersulitnya?

Laura panik bukan main dan cepat-cepat menjelaskan, "Felix, kamu salah paham. Anggur ini dibawa oleh Rafael, seharusnya nggak ...."

"Omong kosong!" sembur Felix marah. Tatapan matanya seakan bisa mencincang tubuh Laura. "Kamu masih berani mendebatku di saat seperti ini? Laura, kamu pikir aku ini orang kampung yang belum pernah minum Musigny? Oke, akan aku buktikan kalau itu anggur palsu. Kamu tunggu saja hukumanmu!"

Felix menyambar botol anggur dan mengeluarkan korek api, memanaskan labelnya sebentar. Kemudian, dia langsung merobek label itu.

Melihat label botol yang terkelupas sempurna, wajah semua orang memucat. Mereka semua tahu bahwa beberapa label botol anggur mahal dirancang secara khusus untuk mencegah pemalsuan. Sangat tidak mungkin untuk merobek label dalam keadaan utuh.

Prang! Felix tiba-tiba membanting botol ke lantai, membuat beling kaca berserakan ke mana-mana. Dia berteriak pada Laura, "Cepat berlutut!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 50

    Setengah jam kemudian, Jimmy yang menaiki taksi sampai di Rumah Sakit Diloam. Kala ini, keluarga Andra dan Marcus sudah menunggu di depan pintu rumah sakit.Begitu Jimmy turun dari taksi, Zisel yang tidak puas mengeluh kepada Laura, "Suamimu ini benar-benar sombong, padahal dia itu cuma satpam! Masa kita semua harus menunggunya di sini?"Marcus menimpali sembari mengangguk, "Benar! Kak Jimmy, nanti kamu harus tegur menantumu. Dia nggak punya keahilan apa-apa, tapi suka sok hebat! Apa dia kira Jenderal Yasmin masih berutang budi padanya?"Mendengar ucapan Marcus dan Zisel, ekspresi Ervina menjadi muram. Dia memandang Jimmy dengan geram. Sebelum Ervina sempat marah-marah, Andra sudah memelototinya.Andra malas berdebat dengan mereka. Dia hanya memperingatkan, "Tutup mulut kalian! Aku tegaskan lagi, kita akan segera bertemu dengan Ayah. Mungkin Ayah malas gerak kalau aku memintanya pukul kalian. Tapi, kalau Jimmy yang suruh Ayah pukul kalian, aku rasa dia akan berjuang mati-matian untuk m

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 49

    Jimmy menolak tanpa ragu sedikit pun, "Aku nggak tertarik! Terserah kalau kamu mau menunggu, tapi berdiri di samping. Jangan halangi pintu dan jangan pengaruhi citra perusahaan kami!"Dua puluh juta? Jimmy bahkan menolak uang 2 miliar yang diberikan Laura, mana mungkin dia tertarik pada uang 20 juta yang diberikan Rafael?"Kamu ...," ucap Rafael. Dia tertegun sejenak, lalu berteriak dengan geram, "Jangan keterlaluan!"Jimmy memandang Rafael dengan ekspresi muram dan mengancam, "Jangan macam-macam! Kamu mau berdiri di samping atau kami pakai kekerasan?"Rafael menggertakkan giginya saking kesalnya, tetapi dia tidak berani membuat onar. Rafael hanya bisa menahan amarahnya seraya berjalan ke samping. Jika tidak boleh masuk, Rafael terpaksa menunggu Abizar di sini.Melihat Rafael tahu diri, Jimmy baru mengecas skuter listriknya. Kemudian, dia mulai menyusuri tembok perusahaan untuk melakukan pemeriksaan. Jimmy ingin memastikan tidak ada masalah keamanan di perusahaan.Saat sedang melakukan

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 48

    Sesudah kembali ke vila, Jimmy terus duduk di halaman. Jantungnya mulai berdegup kencang saat memikirkan momen dia membunuh orang tadi.Jimmy bukan takut, melainkan antusias. Bahkan dia makin antusias setiap memikirkannya, seakan-akan naluri membunuh yang sudah tidur sangat lama kembali dibangkitkan.Perlahan-lahan, Jimmy merasakan sebuah kekuatan tiba-tiba masuk ke dalam tubuhnya. Kekuatan yang muncul mendadak ini membuat tubuhnya yang disegel lima tahun sedikit tidak terbiasa. Jimmy ingin meluapkan kekuatan ini.Bam! Jimmy yang gusar memukul meja batu di depan dengan kuat.Bruk! Seiring dengan suara yang keras, meja batu langsung terbelah dua dan hancur. Jimmy segera mundur dan melihat telapak tangannya yang tidak terluka sedikit pun dengan ekspresi kaget.Apa ... kekuatan Jimmy memang tiba-tiba meningkat pesat? Apa dia langsung menjadi ahli bela diri dalam legenda?Syamsul dan Burhan menggeleng sambil tersenyum getir ketika melihat Jimmy melamun. Tidak disangka, pembunuhan biasa itu

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 47

    Melihat sosok Jimmy yang menghilang dari pandangannya, Sabrina merasa penasaran. Jelas-jelas Jimmy adalah orang hebat, kenapa dia berpura-pura lemah? Apa tujuan Jimmy berbuat seperti itu?Orang suruhan Sabrina sangat profesional. Mereka membawa mayat-mayat itu pergi dengan cepat, bahkan noda darah di lokasi kejadian juga dibersihkan dengan teliti.Setelah meninggalkan beberapa orang untuk membersihkan lokasi kejadian, Sabrina menyuruh orang lain mengantarnya ke rumah Argani.Argani mengernyit begitu mendengar laporan Sabrina. Dia merenung sejenak, lalu memandang Sabrina dan bertanya, "Siapa yang kamu curigai?"Sabrina mengerjap. Dia menghela napas dan bertanya balik, "Bukannya Pak Argani sudah tahu jawabannya?"Argani mendesah, lalu menyahut, "Sepertinya pemikiran kita sama. Kelihatannya mereka masih nggak percaya padaku."Sabrina mengangguk. Kemudian, dia bertanya seraya mengernyit, "Tapi, aku nggak paham. Apa tujuan mereka menangkapku?""Mungkin mereka ingin tahu detail kondisiku dar

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 46

    Apa Sabrina benar-benar orangnya Argani? Ternyata Argani yang menyuruh Sabrina untuk mencari Jimmy?Jimmy memandang Sabrina dengan ekspresi terkejut dan bertanya, "Untuk apa dia menyuruhmu mencariku?""Tunggu sebentar, aku telepon dulu," ucap Sabrina. Kemudian, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang, "Bawa beberapa orang kemari ...."Sabrina segera menyuruh orang untuk membereskan kekacauan di sini. Semua mayat ini harus dibereskan.Melihat mayat dua pembunuh, Sabrina menggeleng dan tersenyum getir. Dia berujar, "Alangkah baiknya kalau tadi Pak Jimmy membiarkan salah satu dari mereka hidup ...."Tindakan Jimmy terlalu cepat. Sebelum Sabrina sempat memperingatkannya, Jimmy sudah menghabisi kedua pria itu.Mendengar ucapan Sabrina, ekspresi Jimmy menjadi muram. Dia membalas, "Nyawaku sendiri sudah terancam. Mana mungkin aku masih sempat mempertimbangkan untuk membiarkan mereka hidup?"Sabrina tidak bisa berkata-kata, tetapi dia mengkritik Jimmy di dalam hati. Kenapa Jimmy terus

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 45

    Wanita itu mengenal Jimmy? Dia ragu untuk menyelamatkan wanita itu. Belakangan ini kemampuan bertarung Jimmy memang makin kuat, tetapi bagaimana kalau dia tidak mampu melawan kedua pria itu? Takutnya Jimmy akan kehilangan nyawanya.Akhirnya, Jimmy membuat keputusan. Dia tidak ingin sok menjadi pahlawan. Lagi pula, Jimmy merasa suara wanita itu tidak familier. Seharusnya dia tidak mengenal wanita itu.Begitu memikirkan hal ini, Jimmy segera memutar balik dan hendak kabur dengan mengendarai skuter listriknya.Melihat Jimmy tidak ingin ikut campur, wanita itu langsung berteriak panik, "Aku ini orangnya Pak Argani!"Orangnya Argani? Jimmy langsung menghentikan skuternya. Jika dia tidak menyelamatkan wanita itu, bagaimana dia menjelaskan kepada Argani?Setelah ragu-ragu sesaat, Jimmy langsung menghentikan skuternya dan melompat turun dari skuter. Pada saat yang sama, kedua pria itu hendak menerjang Jimmy dengan niat membunuh yang intens.Salah satu pria berseru, "Kita harus bertindak cepat!

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status