Share

Bab 3 Racun dan harapan

Penulis: Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 18:40:37

“Dunia ini adalah dunia kultivator, Putri. Di mana manusia biasa dianggap tidak berguna, dan hanya mereka yang memiliki kekuatan spiritual yang dihargai.”

Suara Qingyan terdengar pelan, namun penuh keyakinan.

Lin Yue menatapnya heran. “Kultivator…? Apa itu?”

Qingyan tersenyum tipis. “Kultivator adalah mereka yang mampu menyerap energi alam—mengendalikan elemen seperti angin, api, air, bahkan petir. Mereka dapat membunuh tanpa menyentuh, hanya dengan menggerakkan energi di dalam tubuhnya. Semakin tinggi kultivasi mereka, semakin besar kekuatannya.”

Lin Yue terdiam sejenak, mencerna kata-kata itu. “Seperti cerita dongeng… Apa yang kau katakan ini nyata?”

Qingyan mengangguk. “Ini bukan dongeng, Putri. Di dunia ini, kekuatan adalah segalanya. Mereka yang lemah… hanya akan diinjak-injak.”

Lin Yue menunduk, kedua tangannya mengepal. “Kalau begitu… apakah aku bisa mendapatkan kekuatan itu juga?”

“Putri pasti bisa,” kata Qingyan mantap. “Nubi percaya, suatu saat kekuatan Putri akan bangkit. Bahkan akan melebihi mereka yang telah menghina dan menyakiti Putri.”

Lin Yue memandang langit-langit bambu di atasnya. “Sudah berapa lama aku di sini?”

“Tiga tahun, Putri.”

Tiga tahun... Terlalu lama untuk seorang putri yang dibuang dan dilupakan. Dengan suara bergetar, Lin Yue bertanya, “Apakah… ada yang pernah datang mencariku?”

Qingyan menunduk, suaranya lirih. “Tidak ada, Putri… Semua orang menginginkan kematian Putri.”

Lin Yue mengatupkan rahangnya, matanya berkilat oleh amarah yang disembunyikan. “Berapa lama lagi hukuman ini berlangsung?”

“Masih tersisa satu tahun.”

Lin Yue menarik napas dalam-dalam. “Racun ini… racun apa yang digunakan oleh selir jahat itu?”

“Racun bunga luka abadi. Racun langka yang hanya bisa didapat oleh kultivator tingkat atas. Biasanya digunakan untuk menghukum selir pengkhianat. Artinya… Selir Agung telah membayar mahal untuk membunuh Putri.”

“Aku akan membuat mereka membayar,” bisik Lin Yue penuh dendam. “Kematian tidak akan cukup untuk menebus apa yang mereka lakukan padaku.”

Qingyan menunduk hormat. “Putri pasti akan membalas dendam itu.”

“Lalu… apa penawarnya?”

“Air embun dari Gunung Langit Ketujuh, hanya muncul setiap sepuluh tahun sekali ketika bintang berkumpul. Kita juga membutuhkan kelopak bunga pelipur jiwa, dan harus disertai mantra pemurnian jiwa oleh kultivator tingkat Penguasa Jiwa… yang memiliki hubungan tulus dengan Putri.”

“Tulus…?” Lin Yue mengerutkan kening. “Siapa yang bisa seperti itu di dunia yang penuh kebencian ini…”

Qingyan menatap Lin Yue dengan penuh harap. “Akan selalu ada seseorang, Putri… Dunia boleh kejam, tapi cahaya tidak pernah padam.”

Lin Yue memejamkan mata. “Biarkan aku sendiri, Qingyan. Aku ingin istirahat.”

“Baik, Putri. Nubi akan menyiapkan makan siang dan obatnya.”

Qingyan keluar, meninggalkan Lin Yue sendirian di kamar bambu yang sunyi. Angin siang berhembus pelan, dan Lin Yue menatap langit-langit.

“Qingyan... kalau bukan karenamu, mungkin aku sudah benar-benar mati.”

Siang harinya, Qingyan datang membawa semangkuk sup hangat dan ramuan hijau pekat. Makanan sederhana, namun penuh ketulusan.

“Makanlah, Putri,” ucapnya lembut.

Lin Yue hanya mengangguk. Ia makan perlahan, dan membiarkan Qingyan menyuapinya.

“Kau... selalu tersenyum. Apakah tak pernah lelah berada di sisiku?” tanya Lin Yue pelan.

Qingyan tertawa kecil. “Mungkin dunia ini kejam, Putri. Tapi masih ada orang-orang yang berjuang untuk melindungi yang lemah… Mereka menumpahkan darah agar kita bisa tetap hidup.”

Lin Yue tersenyum samar. “Berapa usiamu, Qingyan?”

“Delapan belas tahun, Putri,” jawabnya dengan pipi merona.

Lin Yue menatapnya lekat. Di balik wajah polos dan lembut itu, tersembunyi kekuatan dan ketulusan yang tak ternilai.

“Jika aku bangkit… kau akan menjadi orang pertama yang kulindungi.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 192

    Dari balik pepohonan, muncul sosok raksasa bertanduk patah. Simbol merah di tubuhnya berdenyut seperti bara, dan setiap napasnya membuat udara terasa panas. Qingyan langsung menegang. “...Itu Penjaga Level Dua. Tidak seharusnya ada di sini.” Lin Yue mengangkat pedangnya, menatap makhluk itu tanpa gentar. “Kalau begitu… sepertinya kita masuk ke masalah yang jauh lebih besar.” Makhluk itu maju selangkah—tanah bergetar, daun beterbangan, dan dua pohon di belakangnya roboh begitu saja. Keheningan singkat tercipta. Satu hal jelas: Kemunculan Penjaga Level Dua di area Level Satu berarti ada sesuatu yang benar-benar tidak beres dalam ujian ini. Penjaga itu menggeram. Suaranya seperti batu runtuh. Dalam sekejap— DUAR! Lengannya yang besar menghantam udara. Serangan itu lewat hanya beberapa inci dari kepala Lin Yue,hanya angin nya saja membuat kulitnya sakit apalagi jika terkena pukulan penuh darinya. Qingyan melompat ke depan, trisula berputar membentuk pusaran api ti

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 191

    Kabut pagi itu terasa berbeda. Lebih tebal, lebih berat… seolah udara sendiri menolak untuk dihirup. Lin Yue berdiri di tepi perkemahan, jubahnya berkibar pelan diterpa angin dingin dari arah utara. Di kejauhan, langit tampak bergetar—sebuah pusaran cahaya perak muncul di atas hutan, memantulkan kilatan halus seperti serpihan kaca. “Qingyan…” bisiknya. Qingyan sudah berdiri di sampingnya, mata birunya memantulkan kilau dari pusaran itu. “Tandanya muncul.” Beberapa anggota kelompok lain juga mulai keluar dari tenda mereka, menatap langit dengan wajah tegang. Suara berat dan bergema terdengar di udara, seperti datang dari segala arah sekaligus: > “Mereka yang masih hidup hingga kini… bersiaplah melangkah ke Level Lima.” “Di Hutan Jiwa Purba, yang akan kalian hadapi bukan iblis, bukan manusia, tapi jiwa kalian sendiri.” Suara itu lenyap, digantikan oleh gemuruh rendah. Tanah di bawah kaki mereka bergetar, pepohonan menjulang mulai memendarkan cahaya samar kehijauan. Kabut beruba

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 190

    Beberapa hari berikutnya, mereka memulihkan tenaga sepenuhnya. Mo Ruochen memperbaiki formasi pelindung, Rong Xue dan Yan Lu’er berburu makanan ringan, sementara Feng Qirui dan Han Li mengawasi area sekitar. Suasana perlahan kembali normal, meski sisa aura pertempuran masih terasa di udara. Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Pagi berikutnya, saat mereka melangkah lebih dalam ke hutan, pepohonan berubah semakin besar dan gelap. Cahaya matahari hampir tak mampu menembus dedaunan tebal di atas kepala mereka. Suara-suara langkah berat dan bisikan samar terdengar di antara kabut. “Berhenti,” bisik Rong Xue tajam. “Ada orang.” Tak lama, dari balik kabut muncul sekelompok orang lain—jumlah mereka sekitar sepuluh, mengenakan jubah berbeda dengan. Mereka tampak sama lelahnya, tapi mata mereka penuh kewaspadaan. Feng Qirui mengerutkan kening. “Kelompok lain dari perguruan kita…” gumamnya pelan. Salah satu dari mereka, pria bertubuh tinggi dengan rambut perak, melangkah maju sam

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 189

    Lembah itu sunyi. Kabut hitam perlahan memudar, meninggalkan bekas kehancuran yang membentang sejauh mata memandang. Pohon-pohon tumbang, tanah retak seperti jaring laba-laba, dan udara masih berbau darah serta abu iblis. Di tengahnya, tubuh-tubuh para pemburu iblis tergeletak tak berdaya. Rong Xue pingsan di atas pecahan es miliknya sendiri, bibirnya membiru. Wei Jun terkapar dengan dua pedang masih tergenggam erat, dadanya naik turun lemah. Han Li bersandar di batu besar, tombaknya patah jadi dua. Su Feiyan terkulai dengan tangan penuh luka bakar akibat percikan racun balik. Chen Yuhao, Mo Ruochen, Feng Qirui, Bai Lian, Yan Lu’er… semuanya jatuh, bahkan napas mereka nyaris tak terdengar. Dan di pusat medan itu, Lin Yue berdiri bersandar pada pedangnya yang masih menancap di tanah. Darah menetes dari pelipisnya, wajahnya pucat seolah kehilangan seluruh Qi di tubuhnya. Ia mencoba melangkah, namun lututnya goyah — dan akhirnya tubuhnya jatuh, perlahan, menimbulkan suara lembu

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 188

    Ledakan demi ledakan mengguncang lembah. Petir, api, es, dan racun bertabrakan dengan aura hitam Ravan — tapi tak ada yang mampu menembus pertahanannya. Rantai iblis itu berputar liar, menebas udara seperti cambuk dari neraka. Setiap kali diserang, luka di tubuhnya menutup kembali, dan energi kegelapan justru bertambah kuat. “Dia menyerap Qi dari kita!” teriak Bai Lian dari belakang, wajahnya pucat. “Setiap kali kita menyerang, dia tumbuh semakin kuat!” “Teruskan!” Lin Yue berteriak, pedangnya menyala putih keperakan. “Jangan beri dia waktu mengisi kembali kekuatannya!” Rong Xue menurunkan dinding es baru, tapi rantai Ravan menghancurkannya dalam sekali tebas. Es itu meledak menjadi serpihan tajam yang melukai wajahnya. Han Li mencoba menahan rantai berikutnya dengan tombaknya, namun kekuatan benturannya membuat tulangnya retak. Ia terpental jauh, menabrak pohon besar. “Han Li!” teriak Su Feiyan, berlari menolongnya, tapi Ravan sudah menembakkan semburan Qi hitam yang membuat

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 187

    Kabut malam menelan cahaya bulan. Suara rantai Ravan menyeret tanah, bergema menakutkan di antara pepohonan. Lin Yue menatap makhluk itu dengan mata tajam, lalu berbalik pada kelompoknya yang berjumlah sepuluh orang. Udara terasa berat, napas mereka membentuk uap dingin. “Dengar baik-baik,” suara Lin Yue bergema tenang namun tegas. “Makhluk itu tidak mengincar kita—tujuannya Qingyan. Dia bisa mencium darah sucinya. Jika Ravan berhasil mendapatkannya, dunia ini akan tenggelam dalam kegelapan.” Semua mata langsung tertuju pada Qingyan. Gadis itu menunduk sedikit, api biru samar menari di telapak tangannya, wajahnya muram. Lin Yue mengangkat pedangnya, cahaya Qi putih bergetar di ujung bilahnya. “Mulai saat ini, Qingyan berada di bawah perlindungan penuh. Rong Xue, Han Li, kalian dua di sisi kiri dan kanan, bentuk perisai es dan pertahanan Qi. Jangan biarkan satu serangan pun menembus barisan.” Rong Xue mengetuk tanah dengan telapak tangan, membuat dinding es membentuk setengah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status