 LOGIN
LOGINKeesokan harinya, udara terasa begitu segar. Hujan yang turun semalam menyisakan aroma tanah basah dan embun masih menempel di dedaunan bambu di luar jendela.
Di dalam kamar, seorang pria perlahan membuka mata saat merasakan ada sensasi lembap di dahinya. Ketika tangannya terangkat, ia mendapati selembar kain kompres yang sudah mulai mengering menempel di sana.
Begitu menoleh ke sisi kiri tepi tempat tidur, seorang gadis muda tertidur di kursi kayu, tubuhnya sedikit membungkuk, sambil menggenggam tangannya dengan erat.
‘Dia benar-benar tidur di kursi,’ gumam Qiang Jun dalam hati. Dia mulai bangkit walau tubuhnya masih terasa sedikit lemas.
Tangan yang lain mendekat lalu menyingkirkan hela rambut Ming Yue yang menutupi wajahnya, sinar matahari dari sela-sela jendela menerobos masuk, dan tepat menyinari wajah cantiknya yang sedang tertidur nyenyak.
Qiang Jun me

“Yue .... Buka matamu.”Suara Qiang Jun gemetar lirih di antara helaan napasnya yang berat. Dia mengguncang pelan tubuh Ming Yue. sambil menepuk lembut pipinya yang pucat.Namun tidak ada respons sama sekali. Dalam hati, Qiang Jun mulai gelisah.“Yue, jangan seperti ini. Maaf aku membentakmu. Tolong bangunlah,” ucapnya terdengar putus asa.Ming Yue terpejam tanpa daya. Napasnya nyaris tak terdengar. Qiang Jun menggertakkan gigi. Menahan bibir bawahnya yang gemetar. Matanya mulai berkaca-kaca.Dengan hati-hati, Qiang Jun membawa tubuh Ming Yue. Dan membaringkannya di atas kasur.Tanpa membuang waktu, Qiang Jun berlari keluar kamar. Beberapa orang bawahannya di lorong terlihat menatapnya heran. Tapi dia tak peduli.Qiang Jun tiba di ruang penelitian Tabib Long.“Tabib Long. Ikut denganku,” ujarnya tegas.Tanpa menunggu jawaban, Qiang Jun langsung menarik pria tua itu pergi bersamanya sambil membawa kotak pengobatan.Tabib Long terlihat kebingungan. Terpaksa mengikuti langkahnya.“Kita m
“Aku tidak mau ada siapa pun yang menggangguku. Mengerti?” lagi teriak Ming Yue dibalik pintu.Dari luar, samar-samar Ming Yue mendengar gerutu Qiang Jun yang menjauh.“Dasar keras kepala.”Dan tak lama kemudian, hening di depan pintu. Menandakan Qiang Jun benar-benar sudah pergi.Ming Yue menghela nafas lega. Akhirnya dia bisa melanjutkan pekerjaannya membuat elixir.Setelah meminum semua racun kematian, Ming Yue mengeluarkan belati kecil di sakunya.Kemudian mulai menyayat lengannya dengan garis panjang dan dalam.Alis Ming Yue mengernyit. Seolah menahan sakit.Darah berwarna merah segar mengalur keluar. Ming Yue menampungnya ke dalam kendi besar.Efek racun bunga kematian cukup berguna. Regenerasi lukanya melambat dan bisa mengeluarkan banyak darah lebih cepat.‘Meski aku tahu bencana yang terjadi di masa depan. Aku tidak bisa menghentikannya,’ gumam Ming Yue lirih.Ming Yue hanya manusia biasa. Tapi setidaknya, dia ingin mencegah korban yang berjatuhan.Hari-hari berlalu. Kondisi K
Ming Yue dan Qiang Jun naik ke kereta kuda. Mereka tak kembali ke kediamannya sendiri. Melainkan markas utama Song She.Di perjalanan, Qiang Jun menoleh ke jendela. Dan samar-samar melihat seseorang yang mengikutinya sejak pergi dari istana.“Yue. Kau pergilah lebih dulu. Aku harus membereskan serangga yang mengganggu,” katanya.Lalu membuka pintu, dan melompat dari kereta.Ming Yue menatap ke luar jendela. Memperhatikan ke mana suaminya pergi. Sama sekali tidak khawatir. Dia juga sadar mereka diikuti.Qiang Jun melangkah hingga ke sebuah lorong sempit, lalu tiba-tiba mencekik seorang yang sejak ini mengikuti mereka. Dengan satu gerakan cepat, ia melempar pria itu ke tanah.Bugh!“Akh!” orang itu meringis. Tak sempat bereaksi.Dan ternyata itu adalah Qiang Yuze.Saat membuka mata, terkejut pelaku yang membantingnya adalah sosok yang dia buntuti.“Kau .... Beraninya melakukan ini padaku,” desisnya.Qiang Jun mendengus dibalik topengnya. Menatap datar.“Lalu? Apa yang kau lakukan dengan
“Apa itu benar? Pemimpin Song She? Kau ingin memanfaatkan keadaan ini?”Qiang Mingze bertanya dengan bijaksana. Dia tidak menuduh, hanya memastikan kebenaran.Tuan Song menoleh lebih dulu pada Istrinya. Ming Yue terlihat kesal walau sikapnya yang tenang.“Sepertinya niat baikku tak diterima. Aku jadi ragu untuk membantu. Mungkin sebaiknya aku memindahkan semua asetku ke Kerajaan lain,” ucap Tuan Song. Nadanya sedikit mengancam.Ming Yue menoleh dengan senyuman ramah.“Tenang dulu, Tuan Song. Putra Mahkota tak bermaksud seperti itu.”Kata-kata itu seolah membelanya. Walau sebenarnya untuk pencitraan agar Qiang Yuze terlihat buruk.Ming Yue kemudian menatap Qiang Mingze sambil membungkuk.“Yang Mulia. Saya mungkin sedikit mengetahui permasalahan Putra Mahkota dan Song She. Dan memang benar Song She menolak membantunya. Tapi saat itu beliau meminta elixir untuk berperang melawan Kerajaan Bailong. Sedangkan Song She sudah menemukan tanda-tanda wabah ini. Maka mereka lebih mementingkan rak
“Astaga. Bagaimana kalian bisa ada di sini?” tanya Ming Yue dengan raut wajah khawatir.Qiang Rui, yang duduk di tepi ranjang menoleh.“Aku dan Shen sedang mengunjungi Kakek sejak beberapa hari lalu. Tapi kenapa kau ada di sini, Kakak ipar? Di sini ada wabah. Cepat pergi.”Sesekali menutup mulutnya yang batuk-batuk. Suaranya terdengar serak.Namun kondisi Qiang Rui terlihat lebih baik. Berbeda dengan Qiang Shen, sekujur tubuhnya penuh dengan bintik-bintik merah keunguan. Bibirnya pucat. Dan napasnya tersengal.“Aku di sini untuk membantu kalian. Kau baik-baik saja, kan?” ujar Ming Yue.Qiang Rui menggeleng.“Aku hanya sedikit batuk-batuk. Kakek memintaku berkumpul di sini. Tapi Shen lebih parah. Dia masih belum bangun sejak batuk darah sebelumnya. Para tabib yang menolong juga ikut terkena,” jelasnya dengan suara lirih.Matanya menatap Qiang Shen yang terbaring tak berdaya.Bibir Ming Yue bergetar. Ia berusaha menenangkan diri. ‘Wabahnya sudah sejauh ini.’Namun bukan saatnya bersikap
“Apa dia sudah menemukannya?” gumam Ming Yue.Bibirnya tersenyum senang, penuh harap.Namun, seiring dengan setiap kata yang terbaca, senyumannya berangsur luntur. Wajahnya berubah kecewa.Laporan itu tak sesuai harapan. Tabib Long masih belum berhasil membuat penawarnya. Eksperimen-eksperimennya selalu gagal di titik yang sama.Ming Yue memijat kepalanya pening. ‘Apa yang harus kulakukan?’ pikirnya gelisah.Kekhawatiran ini semakin menjadi. Apalagi Qiang Jun juga masih belum berhasil melacak sumber kemunculan wabah mematikan itu. Bahkan sampai membuatnya terluka.Di tengah kegundahannya, tidak ada satu pun keluarga kekaisaran yang lain akan kekhawatirannya.Bahkan, ada yang justru sibuk dengan ambisi pribadinya. Tidak peduli meski dirinya masih menjadi perbincangan orang-orang atas kejadian baru-baru ini.Qiang Yuze yang kesal ditolak oleh Song She, kini menemui Kaisar.“Yang Mulia. Maaf mengganggu Anda, tapi ada yang ingin saya tanyakan,” katanya sambil membungkuk.Qiang Kingze, dud







