INICIAR SESIÓNYan Hong gemetar. Tak berani mendongak dan langsung bersujud.“A-ampuni saya. Yang Mulia. Saya terpaksa,” ucapnya parau. Penuh ketakutan.Seketika Wei Bao melotot marah.Semua orang kembali terkejut. Namun Qiang Mingze terlihat tenang, menahan di gemuruh dadanya. Masih ada sesuatu yang membuatnya penasaran.“Lalu satu orang lagi?” tanyanya sambil menunjuk pada perempuan di samping Yan Hong.Tuan Song menunduk. “Oh ini? Biar dia katakan saja apa yang dia tahu.”Ketika kain hitam dibuka, beberapa pelayan mengenalnya. Dia adalah pelayan pribadi selir Agung Feng Jia.Salah satu Pangeran kembar berdiri.“Yang Mulia! Orang itu pernah meracuni Ibunda tapi melarikan diri!” seru Qiang Shen menunjuk.Pelayan itu menunduk dalam.‘Padahal mereka yang menangkapku,’ batinnya.Namun pendapatnya tidak akan berguna saat ini. Pelayan itu mulai berbicara.“B-benar saya yang memberi racun. Saya adalah bawahan Permaisuri, yang dikirim untuk memata-matai Selir Agung.”Tuan Song mendengus.“Yang lain. Kata
“Memang banyak yang saya sembunyikan. Tap ini belum saatnya Anda tahu,” ucap Qiang Jun dengan tegas.Tanpa menunggu tanggapan, Qiang Jun memutar roda kursinya dan pergi lebih dulu.Di belakang, Shi Linhua bukannya kesal atau tersinggung. Dia malah tersenyum kecil.‘Bagus. Dengan begini Kekaisaran masih punya harapan. Dibandingkan Qiang Yuze yang tak berguna itu,’ gumamnya dalam hati.Shi Linhua senang. Karena ternyata cucu keduanya yang pendiam, menyembunyikan senjata di balik penampilannya yang lemah dan tak berbahaya.Apa lagi Shi Linhua sgt berharap Ming Yue menjadi Permaisuri.Qiang Jun memasuki aula utama istana. Bersamaan dengan Ibu Suri di belakangnya.Di sisi kursi singgasana, Putra Mahkota sudah hadir.Begitu pula Selir Agung dan kedua pangeran kembar. Serta beberapa bangsawan tinggi. Hanya Permaisuri yang belum tampak.Di kursi singgasana. Kaisar Qiang Mingze berdiri dengan wajah merah padam. Suaranya menggelegar di aula yang luas itu. Tampah sedang marah.“Kenapa dana yang
“Saya mohon, Tuan Song. Mungkin saja dengan elixir itu, beliau bisa sembuh,” pinta Wei Bao.Suaranya terdengar bergetar putus asa.Qiang Jun melipat kedua tangannya di dada. Sama sekali tak terpengaruh dengan permohonannya.“Elixir hanya di berikan pada pihak istana karena kesepakatan dari Putri kedua. Jika dia mengizinkan, mungkin aku bisa memberikan satu.”Wei Bao langsung menegakkan tubuhnya.“K-kalau begitu. Jika saya mendapat izin dari Putri, Anda akan memberikannya kan?” tanyanya dengan wajah berbinar.Qiang Jun menaikkan kedua bahunya santai.Namun jawaban itu cukup memberi Wei Bao secercah harapan.“Baiklah. Saya pasti mendapat izinnya.”Tanpa membuang waktu, Wei Bao berdiri. Lalu berjalan keluar dengan tergesa-gesa.Qiang Jun hanya menatap kepergiannya dengan wajah datar. Kemudian menutup mulutnya, menahan tawa.‘Datangi saja. Jika kau bisa menemukan Istriku,’ pikirnya.Nadanya terdengar mencemooh kebodohan Wei Bao yang begitu mempercayainya.Dan seperti perkataan Qiang Jun.
“Tolong jangan mengatakan hal mengerikan seperti itu, Putri,” protes tabib Long.Tak suka mendengarnya.Ming Yue hanya tersenyum tipis. “Aku hanya bercanda.”Tabib Long mendengus pelan. Mencoba melupakan kekhawatirannya.Pengobatannya di tangan Ming Yue akhirnya selesai.“Kalau begitu istirahatlah. Saya akan menemui Tuan,” katanya sambil berdiri.Ming Yue menahannya sejenak.“Tapi jangan katakan pada Jun aku batuk darah. Dia bisa khawatir.”Tabib Long menatapnya, lalu menghela nafas. “Baiklah. Saya permisi.”Kemudian berjalan keluar ruangan dan menutup pintu.Berkat penawar yang diracik oleh Tabib Long, Song She mulai memproduksinya secara besar-besaran.Penawar itu disebarkan ke seluruh wilayah kekaisaran. Tanpa memandang status atau pangkat.Baik rakyat kecil maupun bangsawan. Semua mendapatkannya.Dalam waktu singkat, wabah kematian yang sempat melumpuhkan Kekaisaran Qin itu akhirnya berhasil diatasi.Di markas utama Song She, Qiang Jun menaiki tangga menuju lantai tiga. lalu membu
Sementara itu.Di istana kekaisaran, tepatnya kediaman permaisuri. Yi Ran terbaring lemas di tempat tidur. Tubuhnya panas dan berkeringat.Itu bukan karena wabah. Melainkan karena kesedihan atas meninggalnya Wei Chao, Putra sulungnya.Kondisi Yi Ran kian memburuk sejak hari eksekusi kala itu.Pintu kamarnya terbuka, dan masuklah seorang lelaki dengan pakaian gagah.“Ibunda,” ucap Qiang Yuze.Berjalan menghampiri, lalu duduk di tepi ranjang.Yi Ran menoleh lemas.“Yuze. Di mana Wei Chao? Biasanya kau datang bersamanya.”Seketika tatapan Qiang yuze mendelik. Rahangnya mengeras. Tak suka mendengar nama itu lagi.‘Setiap kali aku datang, Ibu selalu menanyakannya. Apa dia tidak tahu akulah korbannya?’ geramnya dalam hati.“Sudah berapa kali kubilang, Bu. Wei Chao sudah mati. Jangan membicarakannya lagi,” katanya dengan tegas dan dingin.Yi Ran menggigit bawah bibirnya. Perkataan itu seolah mengingatkannya lagi pada kenangan menyedihkan.Lalu dengan sisa tenaga bangkit dari posisi berbaring
“Apa maksud perkataanmu?” tanya Ming Yue sekali lagi.Memastikan apa yang dia dengar tidak salah. Jemarinya mencengkeram lengan Qiang Jun. Mendesak penjelasan.Qiang Jun menatapnya lama. Dia sudah terlanjur mengatakannya. Kemudian menarik nafas sejenak sebelum akhirnya berbicara.“Kau pasti ingat kehidupan masa lalumu. Aku juga sama, saat berusia dua puluh tahun. Sebelumnya aku terlambat menyelamatkanmu dari Qiang Yuze. Akhirnya aku meminta bantuan Dewa Zhaoyin. Dan kali ini, aku merebut semua kekuatan pendukung Qiang Yuze, agar kau tidak mati sia-sia.”Tangannya melepas cengkeraman Ming Yue. Menggenggamnya dengan erat. Kepalanya menunduk penuh permohonan yang tulus.“Jadi kumohon. Jika masih belum bisa menerima perasaanku, setidaknya sayangilah dirimu sendiri. Aku benar-benar bisa hancur jika kehilanganmu lagi,” lanjutnya dengan suara lirih.Ketika Ming Yue terkulai lemas dan pingsan, Qiang Jun kembali teringat akan traumanya melihat jasad Ming Yue di masa lalu.Mendengar semua perka







