Share

Bab 56. Menginginkan Dalia

Author: nanadvelyns
last update Huling Na-update: 2025-09-05 09:55:04

Setelah acara penyambutan utusan kekaisaran Barat selesai, Dalia memutuskan untuk segera kembali.

Untuk pertama kalinya dia benar-benar merasa tidak nyaman. Adipati Gara, putra mahkota kekaisaran Barat, bahkan Cahya?

Tetapi belum sempat ia menuju kawasan kereta kuda, suara hangat memanggilnya.

"Nona besar Ishraq."

Dalia menoleh, matanya menangkap sosok Cahya yang berdiri tidak jauh di belakangnya

"Apa ada yang bisa saya bantu, tuan muda Sudiro?" tanya Dalia.

Cahya menggeleng pelan, senyumnya selalu terlihat lembut setiap saat. "Tidak, saya hanya ingin memastikan sesuatu."

"Sesuatu?" tanya Dalia bingung.

"Sebelumnya saya sempat memberikan puisi untuk Anda nilai, apakah saya boleh tahu seperti apa pendapat nona?" jawab Cahya.

Mendengar hal tersebut, kening Dalia terlipat.

Benar, Cahya sempat memberikannya selembar kertas terlipat yang berisi puisi. Tetapi karena sibuk mengurus Salsa yang menggila, Dalia sempat melupakannya.

Kepala Dalia pun tertunduk singkat, bibirnya tersenyum f
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 60. Antara Timur & Barat | Adipati & Putra Mahkota

    "Nona! Tidak perlu takut! Aku akan mindungimu!" Rangga masih terus meneriakinya. Dalia dikepung banyak panah, memblokir posisinya untuk tidak pindah ke tempat lain. "Aku akan menolongmu, nona! Percaya padaku!" Seru Rangga lagi. Menoleh ke arah adipati Gara, pria itu hanya menatapnya dingin namun penuh penekanan. Di sana, Faqih dan Bima memperhatikan adipati Gara yang hanya diam memperhatikan Rangga selalu maju membujuk Dalia. "Yang mulia, Anda tidak mau berseru apa pun?" tanya Faqih. Adipati Gara melihat pria itu sekilas, lalu terbatuk pelan. "Wanita bodoh! Cepat kemari!" Faqih dan Bima mengusap wajahnya kasar saat mendengar seruan adipati Gara. Kalimat membujuk apa seperti itu?Dalia kesal, dua pria aneh itu hanya terus meneriakinya perintah. Tidak bisakah mereka melihat langkahnya diblokir oleh puluhan panah? Jika dirinya nekat berlari, panah-panah itu bisa saja menghujani tubuhnya!Suara teriakan perlawanan terdengar, Dalia melihat pasukan berjubah hitam itu kembali bangki

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 59. Kepungan Segala Arah

    Di lokasi penonton, semua orang bersorak karena dua kelompok berburu telah kembali. Mereka meneriaki adipati Gara dan putra mahkota kekaisaran Barat secara bersamaan. Saat kasim pribadi kaisar hendak mengumumkan sesi berburu terakhir, yaitu penimbangan hasil buruan, suara teriakan terdengar. Semua orang menoleh, seorang nona bangsawan histeris menatap ke arah gerbang masuk dan keluar area penonton. "DARA!" Jenderal besar Maneer melompat turun dari kudanya, menatap penuh keterkejutan pada sosok putrinya yang kembali dengan pakaian berlumuran darah, lengan wanita itu terluka cukup parah. "APA YANG TERJADI?!" tanya Jenderal besar Maneer. "SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MELAKUKAN INI PADAMU?!"Jenderal besar veteran militer itu murka, namun kedua matanya tampak berkaca-kaca menatap putrinya. Dara jatuh ke pelukan Ayahnya, busur panah berlumuran darah di tangannya rusak total. Jenderal besar Maneer gemetar, suasana pun berubah riuh. "Da-- Dalia... Ayah... Dalia..." ujar Dara dengan b

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 58. Jubah Hitam Misterius

    Hari besar perburuan musim dingin tiba. Di dalam ruang tertutup, kaisar, adipati Gara, Giandra, dan Cahya berdiri mengelilingi meja diskusi. "Perburuan adalah media bebas untuk bertransaksi, namun jangan ada satupun yang bergerak lebih dulu jika belum ada perintah dariku atau pun adipati Gara," ujar kaisar. Semua orang di ruangan itu mengangguk, membuat kaisar puas dan raut wajah seriusnya kembali tersenyum ramah. "Baiklah, ini sudah cukup," ucapnya lagi, lalu melirik ke arah Cahya. "Apa pun yang terjadi di acara perburuan nanti, jangan melakukan tindakan apa pun. Tetaplah terlihat tak memihak siapapun, dekati Huanghou perlahan. Wanita itu terlihat terpesona dengan permainan kecapinya saat acara penyambutan utusan." "Saya mengerti, yang mulia," jawab Cahya cepat. Setelahnya, kaisar mempersilahkan mereka kembali pada posisi masing-masing. Tetapi, begitu adipati Gara hendak pamit pergi, kaisar menahannya. "Kamu tidak merasa terganggu?" tanyanya. Adipati Gara menaikkan alis kirin

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 57. Siluet Putih Yang Menyelinap

    Di dalam ruang kerja pribadinya, Dalia tidak sengaja tertidur di meja. Dikelilingi tumpukkan buku mengenai kediaman perdana menteri, wanita itu terlelap setelah menuntaskan seluruh pekerjaannya. Sementara keadaan ibu kota sedang sibuk mempersiapkan acara berburu musim dingin untuk merayakan kedatangan utusan. Tak lama, suara jendela yang dibuka pelan terdengar. Angin dingin masuk. Siluet putih muncul dari luar, jendela pun kembali tertutup cepat. Pria dengan rambut perak dan jubah putih brokat emas berdiri tepat di hadapan meja kerja Dalia, memperhatikan wanita itu yang sedang tertidur kelelahan. Mata ungunya seolah enggan bergeser dari Dalia, tubuhnya pun sedikit condong ke depan, memperhatikan wajah Dalia lebih dekat. Bibir merah muda alami miliknya tersenyum dalam. Ah... Dewi yang dia cari-cari. Dewi yang selama ini mengusik tidurnya dan sekarang berhasil menariknya datang menginjakkan kaki di tanah Timur. Jari-jari lentiknya dengan ragu bergerak, menyingkap lembut helai r

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 56. Menginginkan Dalia

    Setelah acara penyambutan utusan kekaisaran Barat selesai, Dalia memutuskan untuk segera kembali. Untuk pertama kalinya dia benar-benar merasa tidak nyaman. Adipati Gara, putra mahkota kekaisaran Barat, bahkan Cahya?Tetapi belum sempat ia menuju kawasan kereta kuda, suara hangat memanggilnya. "Nona besar Ishraq."Dalia menoleh, matanya menangkap sosok Cahya yang berdiri tidak jauh di belakangnya"Apa ada yang bisa saya bantu, tuan muda Sudiro?" tanya Dalia. Cahya menggeleng pelan, senyumnya selalu terlihat lembut setiap saat. "Tidak, saya hanya ingin memastikan sesuatu.""Sesuatu?" tanya Dalia bingung. "Sebelumnya saya sempat memberikan puisi untuk Anda nilai, apakah saya boleh tahu seperti apa pendapat nona?" jawab Cahya. Mendengar hal tersebut, kening Dalia terlipat. Benar, Cahya sempat memberikannya selembar kertas terlipat yang berisi puisi. Tetapi karena sibuk mengurus Salsa yang menggila, Dalia sempat melupakannya. Kepala Dalia pun tertunduk singkat, bibirnya tersenyum f

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 55. Kita Bertemu Lagi, Nona

    Dalia menoleh ke kanan dengan kepala tertunduk, menghindari tatapan putra mahkota kekaisaran Barat, Rangga Tirta."Sepertinya alam semesta gemar mempertemukan kita. Kita bertemu lagi, nona." Dalia mengerutkan keningnya dalam, tidak bisakah pria itu fokus pada perannya sebagai utusan kekaisaran Barat saja? Untuk apa mengurusinya di tengah banyak mata seperti ini? "Bertemu lagi? Kamu sempat keluar kediaman?" tanya Giandra yang bingung. Dalia menggeleng cepat, menatap Giandra penuh keyakinan. "Tidak, tentu saja tidak." Kemudian menunduk dalam lagi untuk membalas Rangga. "Mohon maaf yang mulia... Saya yakin, sepertinya Anda salah mengenali orang." Kedua mata ungu itu menatap Dalia seperti siap membelenggunya, senyum rubahnya pun bertambah dalam. "Salah mengenali orang? Kalau begitu... Siapa nama Anda, nona?" tanya Rangga, membuat situasi Dalia semakin sulit. Jika pria itu berbicara lebih lama lagi padanya, maka tidak akan ada lagi ketenangan dalam hidup Dalia. Kasus racun Nadine

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status