Share

6. Keajaiban

Penulis: Blessing Night
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-25 21:08:21

Sakit. Tubuh Nadisa rasanya remuk redam. Membuat dirinya kesulitan untuk bergerak.

Sesak. Sulit untuk bernapas. Rasanya seakan oksigen tidak mau memasuki paru-parunya, sekuat apa pun Nadisa berusaha.

Gelap. Nadisa benar-benar dikelilingi kegelapan. Ini sebenarnya … di mana?

"...ma? Disa? Bangunlah, sudah pagi."

Suara berat itu berhasil menarik Nadisa dari kegelapan yang melingkupinya. Serta merta membuat dirinya membuka mata dan bangkit dari posisi tidurnya.

Kedua mata Nadisa kontan membulat lantaran mendapati Mama Ayu sedang memeluk erat tubuhnya. Juga keberadaan sang Kakak, Jeffrey, yang saat ini berdiri di tepi ranjangnya. Nadisa mengerjapkan matanya beberapa kali.

Bukankah … tadi Nadisa sudah mati?

"Ungh…" suara erangan pelan dari Mama Ayu membuat Nadisa mengalihkan perhatian.

Dapat dilihat oleh Nadisa, penampilan mamanya yang jauh dari kata baik-baik saja. Wajahnya pucat, dengan jejak air mata mengering di pipinya. Pun pakaiannya masih serba hitam, sama seperti yang dikenakan oleh Nadisa dan Jeffrey di sana.

"Maafkan Mama, Jeffrey. Mama kesiangan," kata Mama Ayu. "Maaf juga, Disa. Mama jadi tidur di kamarmu karena tidak nyaman di kamar Mama."

"I-iya, Ma. Nggak apa-apa," jawab Nadisa kikuk.

Jeffrey tersenyum kecil. "Ayo, kira sarapan sekarang."

Sepasang ibu dan anak itu pun berjalan meninggalkan kamar Nadisa. Membuat gadis itu termenung sendirian di kamarnya. Mencoba mencerna keadaan yang tengah dihadapinya.

Kilasan ingatan itu bergerak dengan cepat dalam kepala Nadisa. Tentang lelaki asing yang tiba-tiba menyerangnya. Pengkhianatan Jevano dan Karenia di belakang dirinya. Juga kematian Narendra, disusul dengan kematiannya.

Semuanya terasa begitu nyata. Lalu, ini … apa?

"Disa, ayo sarapan!" ujaran dari ruang makan itu menyadarkan Nadisa dari lamunannya.

"Iya, Ma! Disa ke sana!"

***

Nadisa Tirta Sanjaya lagi-lagi mengerjapkan matanya. Saat ini, ia sudah berada di ruang makan bersama Mama dan kakaknya. Satu yang sudah Nadisa yakini sekarang; ia masih berada di dunia dan belum menemui ajalnya.

Ini keajaiban!

"Makanlah, Disa." Mama Ayu mengingatkan Nadisa dengan suara seraknya.

Nadisa mengangguk pelan, kemudian menyuap nasi goreng yang ada di piringnya. Ruang makan megah itu kini dipenuhi oleh suara denting peralatan makan, disertai sayupnya suara televisi yang memang berada di sisi samping ruang makan.

"Seorang pengusaha kaya raya di Indonesia, Fadli Tirta Sanjaya, diketahui mengalami kecelakaan bersama wanita simpanannya di jalan tol dalam kota dini hari kemarin. Keduanya dilaporkan meninggal dunia di tempat kejadian dan telah dimakamkan di–"

Suara berita itu membuat ketiga orang di ruang makan itu menghentikan pergerakan mereka. Jeffrey pun bergegas bangkit, kemudian mematikan alat elektronik itu tanpa sedikit pun kata. KLIK! Jeffrey tahu, kecelakaan yang menimpa sang Papa bukan hanya meninggalkan kesedihan, tapi juga kekecewaan yang mendalam bagi sang Mama juga adiknya. Mendengarkan berita tentang sang Papa hanya akan menambah rasa sakit keluarganya.

'Bajingan itu benar-benar keterlaluan,' pikir Jeffrey dengan geram.

Sementara itu, Nadisa akhirnya mendapatkan satu petunjuk di sini. Kalau sang Papa baru saja meninggal kemarin, berarti Nadisa telah kembali ke satu tahun sebelum peristiwa kematiannya. Ia belum menikah dengan Jevano Putra Hartono!

Di tengah rasa senangnya, Nadisa baru menyadari bahwa hal yang harus ia prioritaskan kini adalah sang Mama. Yang saat ini pasti terpuruk karena kebohongan papanya. Nadisa pun menyentuh tangan Mama Ayu, yang memang duduk di sampingnya.

"Mama?" panggil Nadisa dengan khawatir.

Mama Ayu pun memaksakan senyuman getir di wajahnya. "Mama nggak apa-apa, Disa."

Nadisa membalas senyum Mama Ayu, seraya mengusap pelan tangannya. Nadisa dapat melihat bagaimana Mama Ayu menahan tangisannya, dengan mata yang berkaca-kaca. Beliau sepertinya tidak ingin kedua anaknya kerepotan hanya karena dirinya.

Padahal, putri bungsunya sangat mengerti bagaimana parahnya luka sang Mama. Luka yang tidak tampak dari luar, tapi nyatanya sangat membuat sesak pemiliknya. Luka yang ditorehkan oleh sang Papa, yang mengkhianati keluarga mereka demi wanita lain dengan teganya. Luka yang sebenarnya juga dimiliki oleh Nadisa Tirta Sanjaya ... di kehidupan sebelumnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kehidupan Kedua   80. Ada yang Aneh

    Jeffrey masih berada dalam mobilnya. Kini memegang telepon genggam, guna mengabari salah satu anak buahnya yang ada di kantor cabang Bandung sana. Pasalnya, Jeffrey yang seharusnya tiba di Bandung siang nanti, kemungkinan akan terlambat karena harus memenuhi permintaan Nadisa.Ah, jangan khawatir. Bahkan sang Mama juga bicara bahwa kantor tempatnya bekerja adalah milik keluarga. Jadi Jeffrey rasa, tidak apa jika ia terlambat sesekali seperti ini.Tepat setelah mengabari anak buahnya, Jeffrey pun hendak menjalankan mobilnya untuk menuju pusat perbelanjaan di pusat Kota Jakarta. Akan tetapi, pemandangan yang tersaji di lobi kantor Sanjaya membuat Jeffrey mengernyitkan dahi.Di hadapannya, dapat ia lihat Karenia yang mengenakan blazer cokelat, dipadukan dengan rok senada sepanjang setengah paha. Kernyitan di dahi Jeffrey kian menguat, tatkala melihat Karenia berlari dengan penuh senyuman. Menyongsong satu orang yang mengenakan jas hitam."Kak! Kak Jevan!"Dari perawakan yang tinggi tegap

  • Kehidupan Kedua   79. Ada Waktu Luang?

    Nadisa bergegas mengambil tasnya yang ada di nakas samping ranjang. Kemudian beranjak menuju pintu kamarnya. Tepat ketika tangannya mencapai tuas pintu, ekor mata Nadisa melihat eksistensi suatu benda yang tersampir di sofa kamarnya.Jaket milik Narendra Bagaskara.Ah, saking lelahnya Nadisa, gadis itu jadi belum sempat mencuci jaket yang kemarin dipinjamkan oleh sang Bagaskara. Ia melirik ke arah jam dinding di kamarnya. Sudah tidak ada waktu lebih.Nadisa pun memutuskan untuk berlalu dari kamarnya. Turun menuju lantai satu kediaman mewah milik keluarga Sanjaya. Tempat dimana Jeffrey dan Mama Ayu berada.Napas Nadisa sempat tertahan. Kepala cantiknya tanpa sengaja memutar kejadian kemarin malam. Tatkala tamparan keras sang Mama mendarat di pipi putih mulusnya.Jeffrey yang awalnya fokus pada serealnya, kini mendongak dan melambaikan tangannya. Memberi tanda agar Nadisa mendekat ke meja makan."Sini, Disa. Sarapan." Jeffrey berkata tanpa berpikir panjang

  • Kehidupan Kedua   78. Lembutnya Mama

    Mesin mobil yang dikendarai oleh Jeffrey Tirta Sanjaya akhirnya mati, tatkala kendaraan tersebut telah tiba di pekarangan rumah yang dirinya dan Nadisa tinggali. Pria dengan lesung di kedua pipi itu baru saja menoleh pada sang Adik, tetapi Nadisa tanpa kata segera meninggalkan dirinya. Keluar dari mobil dan memasuki rumah mewah mereka.Jeffrey mengusak rambutnya ke belakang, memandangi punggung kecil Nadisa yang perlahan menjauh.Jujur saja, Jeffrey tidak tahu menahu bagaimana adiknya bisa sangat membenci Jevano Putra Hartono. Sampai-sampai Nadisa berani membohongi Mama mereka, hanya untuk menghindari lelaki yang memang dipilih sang Mama untuknya. Setahu Jeffrey, Jevano adalah lelaki yang baik dan sempurna. Tidak ada salahnya mendekatkan Jevano dengan Nadisa yang juga tak kalah sempurna.Tapi apa mungkin Jeffrey melewatkan sesuatu? Apa Nadisa mengetahui sesuatu tentang Jevano, yang tidak Jeffrey dan Mama Ayu ketahui? Dan lagi, sosok lelaki yang yang menemani sang Adik di tengah dingin

  • Kehidupan Kedua   77. Suara Jeffrey

    Kedua anak Adam dan Hawa itu berjalan di tengah remangnya malam. Kembali menuju kediaman Sanjaya. Akan tetapi, tepat ketika keduanya tiba di gerbang kompleks Nadisa, satu sosok pria yang familiar pun muncul di sana.Jeffrey Tirta Sanjaya.Pria tampan bertubuh tegap dengan setelan kaos dan celana denim, juga dilengkapi jaket hitam-merah yang terlihat mahal. Tampak turun dari mobilnya tatkala melihat eksistensi sang adik tak jauh darinya.Bola mata gelap yang sarat akan rasa khawatir itu sempat melirik ke arah Narendra Bagaskara seraya mengangkat alis, tapi kemudian ia memilih abai dan memusatkan atensi pada Nadisa seorang. Dapat dilihat oleh Jeffrey, kedua mata Nadisa yang membengkak dan merah. Jelas sekali bahwa sang adik semata wayangnya baru saja menangis hebat."Disa, kita pulang, ya?" tanya Jeffrey dengan lembut.Nadisa terdiam di posisinya. Gadis cantik itu mengusap pipinya yang masih sedikit basah menggunakan lengan berbalut jaket milik Narendra.Jeffrey yang melihat hal tersebu

  • Kehidupan Kedua   76. Pendengar yang Baik

    "Kamu-"Ucapan Nadisa Tirta Sanjaya dibalas dengan senyuman yang melebar di wajah lelaki itu."Iya, Nadisa. Ini aku, Naren."Suara yang menenangkan itu membuat Nadisa kian bingung."Kenapa ... kamu bisa ada di sana? Bukankah ... kamu seharusnya sudah pulang sejak tadi?" tanya Nadisa dengan suara sengaunya. Hidungnya memerah, akibat dari tangisannya. Matanya pun terlihat sedikit membengkak."Mau minum dulu sebelum kita mengobrol lagi hari ini?" tanya Narendra dengan tenang. Tangannya menjulurkan satu gelas kertas berisikan teh hangat.Tangan berkulit putih milih sang gadis Sanjaya tampak bergetar tatkala menerima teh yang diberikan Narendra. Kemudian menyesapnya pelan. Melegakan dahaga di tenggorokannya yang perih karena menangis kencang.Narendra kemudian membuang pandangannya ke depan, memusatkan atensinya pada Sungai Hanja."Hari ini banyak yang terjadi ya, Nadisa." Narendra berkata pelan. "Terkadang, kalau kita sedang merasa bahagia, kesedihan justru akan datang tanpa bisa kita cega

  • Kehidupan Kedua   75. Lari

    Malam kian larut tatkala kedua kaki jenjang Nadisa melangkah, lebih tepatnya berlari, menjauhi kediaman mewahnya. Air mata kembali berlinang di wajahnya yang cantik jelita. Pun ia terisak pelan. Mengingat bagaimana ucapan tajam sang Mama beserta tamparan yang ia dapatkan di pipi putihnya.Di tengah pelariannya itu, gerimis mulai turun membasahi bumi. Entahlah. Mungkin semesta ingin agar air mata Nadisa tidak dapat dilihat oleh manusia lainnya. Agar hanya Nadisa yang tahu bahwa hatinya kini terasa sangat perih. Karena tindakan sang Mama yang begitu menyakiti.Padahal, Nadisa Tirta Sanjaya hanya ingin menghindari takdir buruknya.Ia hanya tidak ingin terjebak dengan Jevano Putra Hartono untuk kali kedua. Ia tidak ingin menjatuhkan hatinya lagi pada lelaki brengsek seperti Jevano. Ia tidak ingin ... mati sia-sia hanya karena menjadi korban dari hubungan rahasia Jevano dan Karenia.Nadisa hanya ingin bahagia, dengan keluarga juga orang-orang yang dikasihinya. Mama Ayu. Kak Jeffrey. Juga Na

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status