Share

6. Keajaiban

Sakit. Tubuh Nadisa rasanya remuk redam. Membuat dirinya kesulitan untuk bergerak.

Sesak. Sulit untuk bernapas. Rasanya seakan oksigen tidak mau memasuki paru-parunya, sekuat apa pun Nadisa berusaha.

Gelap. Nadisa benar-benar dikelilingi kegelapan. Ini sebenarnya … di mana?

"...ma? Disa? Bangunlah, sudah pagi."

Suara berat itu berhasil menarik Nadisa dari kegelapan yang melingkupinya. Serta merta membuat dirinya membuka mata dan bangkit dari posisi tidurnya.

Kedua mata Nadisa kontan membulat lantaran mendapati Mama Ayu sedang memeluk erat tubuhnya. Juga keberadaan sang Kakak, Jeffrey, yang saat ini berdiri di tepi ranjangnya. Nadisa mengerjapkan matanya beberapa kali.

Bukankah … tadi Nadisa sudah mati?

"Ungh…" suara erangan pelan dari Mama Ayu membuat Nadisa mengalihkan perhatian.

Dapat dilihat oleh Nadisa, penampilan mamanya yang jauh dari kata baik-baik saja. Wajahnya pucat, dengan jejak air mata mengering di pipinya. Pun pakaiannya masih serba hitam, sama seperti yang dikenakan oleh Nadisa dan Jeffrey di sana.

"Maafkan Mama, Jeffrey. Mama kesiangan," kata Mama Ayu. "Maaf juga, Disa. Mama jadi tidur di kamarmu karena tidak nyaman di kamar Mama."

"I-iya, Ma. Nggak apa-apa," jawab Nadisa kikuk.

Jeffrey tersenyum kecil. "Ayo, kira sarapan sekarang."

Sepasang ibu dan anak itu pun berjalan meninggalkan kamar Nadisa. Membuat gadis itu termenung sendirian di kamarnya. Mencoba mencerna keadaan yang tengah dihadapinya.

Kilasan ingatan itu bergerak dengan cepat dalam kepala Nadisa. Tentang lelaki asing yang tiba-tiba menyerangnya. Pengkhianatan Jevano dan Karenia di belakang dirinya. Juga kematian Narendra, disusul dengan kematiannya.

Semuanya terasa begitu nyata. Lalu, ini … apa?

"Disa, ayo sarapan!" ujaran dari ruang makan itu menyadarkan Nadisa dari lamunannya.

"Iya, Ma! Disa ke sana!"

***

Nadisa Tirta Sanjaya lagi-lagi mengerjapkan matanya. Saat ini, ia sudah berada di ruang makan bersama Mama dan kakaknya. Satu yang sudah Nadisa yakini sekarang; ia masih berada di dunia dan belum menemui ajalnya.

Ini keajaiban!

"Makanlah, Disa." Mama Ayu mengingatkan Nadisa dengan suara seraknya.

Nadisa mengangguk pelan, kemudian menyuap nasi goreng yang ada di piringnya. Ruang makan megah itu kini dipenuhi oleh suara denting peralatan makan, disertai sayupnya suara televisi yang memang berada di sisi samping ruang makan.

"Seorang pengusaha kaya raya di Indonesia, Fadli Tirta Sanjaya, diketahui mengalami kecelakaan bersama wanita simpanannya di jalan tol dalam kota dini hari kemarin. Keduanya dilaporkan meninggal dunia di tempat kejadian dan telah dimakamkan di–"

Suara berita itu membuat ketiga orang di ruang makan itu menghentikan pergerakan mereka. Jeffrey pun bergegas bangkit, kemudian mematikan alat elektronik itu tanpa sedikit pun kata. KLIK! Jeffrey tahu, kecelakaan yang menimpa sang Papa bukan hanya meninggalkan kesedihan, tapi juga kekecewaan yang mendalam bagi sang Mama juga adiknya. Mendengarkan berita tentang sang Papa hanya akan menambah rasa sakit keluarganya.

'Bajingan itu benar-benar keterlaluan,' pikir Jeffrey dengan geram.

Sementara itu, Nadisa akhirnya mendapatkan satu petunjuk di sini. Kalau sang Papa baru saja meninggal kemarin, berarti Nadisa telah kembali ke satu tahun sebelum peristiwa kematiannya. Ia belum menikah dengan Jevano Putra Hartono!

Di tengah rasa senangnya, Nadisa baru menyadari bahwa hal yang harus ia prioritaskan kini adalah sang Mama. Yang saat ini pasti terpuruk karena kebohongan papanya. Nadisa pun menyentuh tangan Mama Ayu, yang memang duduk di sampingnya.

"Mama?" panggil Nadisa dengan khawatir.

Mama Ayu pun memaksakan senyuman getir di wajahnya. "Mama nggak apa-apa, Disa."

Nadisa membalas senyum Mama Ayu, seraya mengusap pelan tangannya. Nadisa dapat melihat bagaimana Mama Ayu menahan tangisannya, dengan mata yang berkaca-kaca. Beliau sepertinya tidak ingin kedua anaknya kerepotan hanya karena dirinya.

Padahal, putri bungsunya sangat mengerti bagaimana parahnya luka sang Mama. Luka yang tidak tampak dari luar, tapi nyatanya sangat membuat sesak pemiliknya. Luka yang ditorehkan oleh sang Papa, yang mengkhianati keluarga mereka demi wanita lain dengan teganya. Luka yang sebenarnya juga dimiliki oleh Nadisa Tirta Sanjaya ... di kehidupan sebelumnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status