Share

Bab 114 Jam Makan Siang

Penulis: Noona Y
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-04 23:04:29

“Kamu nggak perlu khawatir, Sayang. Pintunya sudah ku kunci kok,” bisik Samuel, suaranya berat, penuh godaan.

“Mas… Jangan di sini, aku malu kalau sampai suaraku terdengar keluar… ini kan tempat umum…” Adelia menahan napas, gelisah.

Samuel tersenyum miring, menatap dalam ke mata istrinya. “Ruangan ini kedap suara, Sayang. Nggak akan ada yang dengar. Percaya deh sama aku.”

Tangannya dengan pelan membuka satu per satu kancing blus Adelia. Gerakannya tenang tapi penuh hasrat, hingga bahu istrinya yang halus mulai terlihat.

Begitu kulitnya terbuka, bibir Samuel segera menempel, memberikan ciuman lembut di bahu Adelia. Sentuhannya membuat tubuh Adelia bergetar halus, geli sekaligus terseret dalam godaan yang sulit ditolak.

“Ayo, Sayang… sebelum semua karyawan selesai makan siang,” Samuel mulai membuka kemeja serta celananya, dan membebaskan miliknya yang sudah tegang.

Dengan hati berdebar Adelia ikut terhanyut. Lalu dengan tangan sedikit gemetar, mulai melepaskan sisa bajunya satu per satu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 162 Keputusan Terberat

    “Tidak mungkin!” Suara Jusuf bergema di lorong sepi. Ia berdiri dengan kedua tangan mengepal, matanya menatap tajam putra sulungnya. “Aku sudah melihat sendiri rekaman CCTV, Pa!” balas Samuel, penuh bara. “Mama mendorong Adelia sampai jatuh, dan meninggalkannya dalam keadaan sekarat!” “Samuel! Kau yakin dengan apa yang kau lihat?! Jangan-jangan itu hanya salah paham—” “Papa pikir aku akan tega menuduh Mama tanpa bukti?! Aku melihatnya dengan mata kepala sendiri! Mama mendorong Adelia di tangga rumah sakit!” Nada suaranya naik. “Lalu dengan tega, dia pergi begitu saja! Meninggalkan Adelia yang sedang sekarat!" “Tapi dia ibumu, Samuel!” Jusuf menunjuk dada Samuel dengan telunjuknya, napasnya memburu. “Kau tega menuduh ibumu sendiri atas percobaan pembunuhan? Mungkin Mama hanya terpancing emosi—mereka kan sering berselisih!” Samuel menggeleng, mata merahnya penuh emosi. “Bukan berselisih, Pa… ini lebih dari itu. Mama menyimpan kebencian. Aku tahu sekarang, selama ini di

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 161 Sama-sama Menjenguk

    "Rania?" panggil Jusuf. Wanita separuh baya itu menoleh, menampilkan wajah yang masih memancarkan aura kecantikan meskipun usia 55 tahun telah menghampiri. Rambutnya yang tersanggul rapi, gaun lengan panjang berwarna biru donker yang membalut tubuh rampingnya memancarkan kesan kelas dan kecanggihan tanpa berlebihan. "Jusuf. Sudah lama," sahutnya dengan suara yang riang dan ramah.Langkah kaki Jusuf menggema pelan di koridor saat ia mendekati Rania. Ia menjabat tangan Rania dengan senyum hangat. "Aku dengar Adelia melahirkan kemarin malam?" tanya Rania sambil melangkah pelan di sisi Jusuf. ia mengenakan kemeja arang gelap, membalut tubuhnya yang masih tegap, ada sisa lelah di matanya, mengingat ia baru saja menempuh perjalanan panjang dari luar kota. "Ya, Samuel bilang prosesnya cukup panjang. Adelia sempat kritis, namun semuanya baik-baik saja. Putra mereka pun sehat," jawab Jusuf dengan nada bangga. "Syukurlah. Aku selalu mendoakan mereka setiap hari," ujar Rania, tersenyum penu

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 160 Berikan Nama

    Pintu kamar VIP terbuka pelan. Seorang suster masuk, mendorong troli inkubator bening beroda yang di dalamnya terbaring seorang bayi mungil—terbungkus selimut lembut, wajahnya tenang, napasnya perlahan.“Bu Adelia…” suara suster lembut. “Ini putra Ibu.”Adelia yang masih berbaring setengah duduk langsung menoleh. Tatapannya tajam, matanya membesar, air mata langsung mengalir tanpa bisa ditahan. Ia menatap bayi itu—kulitnya merah muda, kecil sekali, dengan selang oksigen tipis di hidungnya. “Boleh… aku lihat lebih dekat?” suara Adelia nyaris berbisik, lirih karena lemah, tapi juga penuh dorongan naluri.Suster tersenyum dan mendorong inkubator hingga tepat di sisi tempat tidur Adelia.Adelia mencondongkan tubuh sedikit, sambil menahan nyeri luka operasi. Tapi ia tak peduli. Pandangannya terkunci pada bayinya yang mungil. Samuel berdiri di sisi lain ranjang, meletakkan tangannya di bahu Adelia. ikut menatap ke dalam inkubator. “Dia kuat, sama seperti kamu.”Adelia mengangguk, air mat

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 159 Adelia Merengek

    "Dia selamat. Bayi kita kuat, sama seperti kamu. Lahir dengan berat dua koma tujuh kilo. Napasnya sempat lemah, tapi sekarang sudah stabil. Dokter bilang dia pejuang, sama seperti ibunya.”Air mata mengalir. Ia menutup mulut dengan tangan lemah, terisak pelan. “Aku mau lihat dia…” Samuel mengangguk. “Tentu saja. Begitu kamu sedikit lebih kuat, Suster akan bawa dia ke kamar. Tapi kamu harus pulih dulu ya…”Adelia tersenyum haru. “Dia mirip siapa, Mas?”Samuel tersenyum sumringah. “Wajahnya kecil dan halus… mirip kamu. Tapi bibir dan alisnya… kayaknya dapat dari aku.”Mereka tertawa pelan, penuh rasa syukur. Tak lama pintu ruangan terbuka. Dokter masuk diikuti dua perawat yang membawa alat-alat medis.“Maaf, kami perlu memulai tindakan perawatan intensif. Kami akan bersihkan luka operasi, cek tekanan darah, dan siapkan pemindahan ke ruang rawat VIP," ucap Sang dokter Samuel berdiri, mengangguk. “Silakan, Dok. Saya tunggu di luar.”Sebelum ia melangkah keluar, ia membungkuk sedikit dan

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 158 Antara Hidup dan Mati

    "Aku dimana?" seru Adelia, dalam kegelapan hampa.Gelap. Sunyi. Tubuh Adelia melayang entah ke mana. Tak ada rasa, hanya lelah yang terasa menyesakkan.Lalu…“Bangun, Adel! Kamu harus hidup!”Suara tegas itu menusuk hening. Suara yang tak asing."Arabella."Adelia menoleh ke kanan ke kiri tapi tak melihat siapa-siapa. “Aku di sini…” suara itu kembali terdengar, lembut tapi mendesak.Adelia memejamkan matanya sejenak, mencoba fokus. Di antara kehampaan dan kegelapan yang membungkusnya, suara itu seperti nyala senter di tengah badai. Ia merentangkan tangannya, berjalan perlahan di ruang hampa yang tak berbentuk, tak berujung.“Arabella? Di mana kamu?” serunya pelan.Sekilas, bayangan Arabella muncul. Sosok berpakaian putih berdiri di kejauhan, rambutnya tergerai. “Kamu belum boleh menyerah, Adel,” kata suara itu. “Kamu masih harus berjuang.”Adelia memeluk tubuhnya sendiri. “Tapi aku lelah… sangat lelah…”Lantai hampa di bawahnya retak. Suhu di sekitarnya perlahan mendingin. Angin ent

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 157 Situasi Darurat

    “Pak Samuel, presentasi Anda tadi siang, luar biasa sekali, saya sangat antusias mendengarkan penjelasan Anda,” puji salah satu klien sambil mengangkat gelasnya.Samuel tersenyum sopan. “Terima kasih, Pak Rudy. Mudah-mudahan kolaborasi ini jadi langkah awal yang baik untuk hubungan jangka panjang antara perusahaan kita.”Suara gelas beradu dengan tawa basa-basi, bercampur dengan aroma seafood panggang. Samuel duduk di samping ayahnya, Jusuf. Restoran tepi danau bernuansa kayu di tengah kota Kalimantan,Namun baru saja Samuel hendak menyendok sup asparagus. Ponselnya bergetar tiba-tiba di atas meja. Nama yang tak dikenal muncul di layar. Sekilas, Samuel coba mengabaikan. Tapi getaran itu datang lagi dan lagi.Samuel melirik ayahnya sejenak, lalu berdiri perlahan dengan gerakan pelan. “Maaf, sepertinya ada panggilan darurat yang harus saya terima dulu.”Ia berjalan menjauh dari meja, menuju balkon kecil di dalam restoran.Samuel : Halo?Petugas Medis : Selamat malam dengan pak Samuel?S

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status