Share

Bab 139 Jebakan Adelia

Penulis: Noona Y
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 23:41:19

“Tapi jangan senang dulu. Ini belum berakhir, Sam!”

Teriakannya menggema di udara malam yang dingin.

“Lihat saja nanti setelah aku lepas! Akan ku balas kamu… ku buat kalian lebih menderita dari sekarang!”

Pintu mobil dibanting oleh polisi. Satrio sudah duduk manis di dalamnya, kedua tangan terborgol di depan dada.

Salah satu polisi menghampiri Samuel dengan hormat. “Kami pamit dulu, Pak. Terima kasih atas kerja samanya.”

Samuel hanya mengangguk pelan. Bibirnya kaku. Matanya masih terpaku pada bayangan kakaknya di balik kaca mobil.

Sirine mobil polisi berbunyi perlahan, kendaraan itu melaju meninggalkan pekarangan villa, membawa serta Satrio dan kemarahannya.

Samuel menarik napas panjang, seolah mencoba menenangkan riuh yang tersisa di dadanya. Meski Satrio telah pergi, pikirannya justru dipenuhi tanya—bagaimana ia akan menjelaskan semua ini pada papa dan mama besok?

Sambil memijat kepalanya yang terasa berat, Samuel melangkah masuk ke dalam villa.

Dari ruang tengah, suara lembut Adeli
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 148 Permintaan Damai

    “Adelia,”Suara lembut memanggil, membuat Adelia menoleh dengan cepat. Ia terkejut melihat Devina berdiri dihadapannya, dengan senyum hangat yang tak biasa terpancar dari wajahnya.Ibu mertuanya yang selama ini menjadi bayang-bayang gelap dalam kehidupan pernikahannya, kini tampak Berbeda. Wajah yang anggun dan elegan itu terlihat sedikit lelah, namun sorot matanya memancarkan kelembutan yang tak pernah Adelia lihat sebelumnya.“Boleh, Mama bicara sama kamu sebentar?”Adelia menahan napas sejenak, lalu mengangguk pelan. Samuel hendak mendekat, tapi Devina memberi isyarat halus. “Berdua saja, Nak.”Devina menuntun Adelia ke sisi parkiran pemakaman yang lebih sepi, jauh dari kerumunan orang.Mereka berjalan berdampingan, suasana sunyi menyelimuti sekitar. Sebelum akhirnya membuka bibirnya dengan suara yang lembut dan penuh makna. “Aku tahu... aku ini bukan ibu mertua yang baik untukmu.”Adelia tak menjawab. Ia hanya menatap wanita itu, matanya tenang namun tetap waspada.Devina menghela

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 147 Rasa Kehilangan

    Pip... pip... pip... Bunyi monitor detak jantung terus berdetak. Tuan Shevanka tampak semakin lemah. Bulan lalu, Adelia dan Isabella sempat menjenguknya, kala itu wajahnya masih terlihat segar, meski masih dirawat dI rumah sakit.Mata Tuan Shevanka terbuka perlahan, seolah-olah berat untuk bangun dari tidurnya yang panjang. Pandangannya kabur, tapi saat fokusnya mulai kembali, ia melihat sosok yang duduk di samping tempat tidurnya.Tangannya yang rapuh dan gemetar perlahan terangkat, mengelus pipi Rania Shevanka dengan gerakan lambat dan penuh kasih.“Maafkan aku…” ucapnya serak, nyaris hanya desahan. “Karena sering membuatmu sedih... aku tak selalu jadi suami yang baik…”Air mata mengalir dari mata Rania. Ia menggelengkan kepala berulang kali, menunduk memeluk tangan suaminya.“Jangan bicara begitu… Kamu ini Suami yang baik, aku belum siap kehilangan kamu,” isaknya.Tuan Shevanka tersenyum tipis, menatap langit-langit sejenak lalu kembali menatap istrinya. “Sebentar lagi… aku bisa b

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 146 Rindu Ayah Ibu

    Ting Tong...“Nenek Rania datang!” seru Isabella, berlarian dengan wajah berseri.Pintu terbuka, dan Nyonya Shevanka muncul dengan kacamata hitam di tangan dan senyum lebar di wajah.“Halo cucuku yang, cantik!” sapanya hangat sambil merentangkan tangan. Isabella langsung memeluknya erat.Adelia berdiri dan tersenyum. “Halo apa kabar, Bu.”“Halo juga, calon ibu dua anak,” seru Rania, sambil memeluk Adelia singkat. “Gimana kabarmu? Bayimu sehat, ibunya juga bahagia, kan?”Adelia mengangguk. “Tentu saja sehat, Bu. Sedikit pegal-pegal, tapi semuanya lancar.”Mereka masuk ke ruang keluarga, Rania duduk di sofa, memangku Isabella yang langsung bercerita soal mainan barunya. Sesekali, wanita paruh baya itu mencuri pandang ke arah perut Adelia, lalu tersenyum haru.“Waktu cepat berlalu ya. Rasanya baru kemarin kamu datang ke rumahku, sekarang udah hamil lima bulan.”Adelia tersenyum. “Saya juga nggak nyangka, Bu. Awalnya saya dan Samuel berencana menunggu sampai Ica lima tahun. Tapi teRnyata

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 145 Perpisahan Sementara

    “Selamat ya, Amel... Kakak bangga banget sama kamu, tapi…” suara Adelia tercekat.Tiba-tiba ia menutup mulut, menahan isak yang mulai pecah. Dadanya sesak—antara bahagia, tapi juga takut kehilangan.Amelia yang peka langsung memeluknya erat. “Kakak jangan khawatir, ya. Aku akan baik-baik saja disana.”Adelia mencoba tersenyum, tapi air matanya tak bisa berbohong. “Singapura itu jauh. Kamu bakal sendirian di sana... Kakak enggak bisa lagi jagain kamu.”Amelia menggenggam tangan Adelia. “Aku tahu Kak... Tapi ijinkan aku belajar hidup mandiri. Aku ini sudah besar. Enggak mungkin selamanya bergantung sama Kakak terus kan.”“Amel... gimana kalau kamu kuliah di Jakarta aja? Kalau disana nggak ada yang bangunin kamu. Siapa yang akan masakin sarapan?”Amelia tertawa, lalu tangannya mengelus perut Adelia yang mulai membesar. “Ih Kakak ini… Aku udah gede, bisa jaga diri. Kakak jangan cuma mikirin aku terus... Ingat loh Kakak sedang hamil empat bulan.”Air mata Adelia tak tertahan lagi, jatuh me

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 144 Hari Kelulusan

    Dua tahun berlalu cepat.“Selamat! Atas kelulusan siswa dan siswi angkatan 2024!"Prok! Prok! Prok!Gedung sekolah dipenuhi sorak-sorai dan tepuk tangan para orangtuanya siswa dan guru, juga para murid di aula sekolah.Balon warna-warni menghiasi aula, dan kilatan cahaya kamera tak berhenti sejak pagi.Adelia berdiri terpaku dengan mata berkaca-kaca, menatap barisan siswa dan siswi yang duduk di depan, dekat panggung.Tangannya menggenggam erat buket bunga. Samuel berdiri di sampingnya, menunduk sedikit agar bisa menyamakan tinggi dengan putri kecil mereka, Isabella.Gadis kecil itu kini berusia empat tahun, mengenakan gaun pink kecil dengan pita merah di pinggang, tengah memegang balon berbentuk bintang. “Pa, kenapa Mama diam terus dari tadi?” tanyanya polos, matanya bergantian menatap Adelia yang tengah menahan air mata haru.Mendengar celotehan putrinya, Adelia menggeleng, lalu menunduk dan mengecup pipi Isabella. “Mama cuma... bangga sama Tante kamu.”“Amelia Laraswati.”Begitu na

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 143 Honeymoon Dadakan 21+

    "Aku bahagia sekali bisa berduaan begini sama kamu," Ucap Samuel, penuh kehangatan.Sore hari, sinar matahari meredup di ufuk barat. Di kaki Gunung Puncak Pass, Adelia dan Samuel berdiri di balkon, saling berpelukan, menikmati pemandangan matahari yang tenggelam.Keduanya tengah menikmati kedamaian alam yang tampak berpihak pada mereka, seakan memberi kesempatan untuk merasakan kebahagiaan duniawi. Tangan Samuel tak mau lepas dari rangkulan bahu istrinya, dan Adelia pun tak ketinggalan, memeluk pinggang suaminya penuh cinta.Lalu, Samuel mendekatkan keningnya pada kening Adelia, di bawah langit yang dipenuhi warna jingga kemerahan akibat terbenamnya matahari. Mereka berdua tak ingin melepaskan momen indah ini, sebelum hari esok dimana mereka harus kembali ke Jakarta."Aku sangat bahagia bersamamu. Aku bersyukur kamu masih mau terima aku apa adanya. Aku harap kita bisa terus bahagia selamanya, seperti ini, Mas." Adelia menatapnya penuh harapan, matanya bersinar.Setelah matahari menghi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status