แชร์

Bab 7 Tidak Ada Pujian

ผู้เขียน: Noona Y
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-10 12:22:44

"Coba ini, Bella sayang."

Arabella membuka mulutnya, "Mmm... Aku suka, ini enak!"

Kemudian Arabella membalas, ia memasukkan sepotong sayuran ke dalam mulut Samuel. Mereka berdua tertawa dan berbicara dengan nada yang lembut, seolah-olah tidak ada orang lain di sekitar mereka.

Adelia merasa sangat iri ketika melihat Samuel dan Arabella saling suap-suapan saat makan malam. Keromantisan mereka membuat Adelia merasa seperti sebuah bayangan yang tidak diinginkan.

"Kalian benar-benar romantis, pasangan yang sangat serasi," ucap Devina dengan nada yang gembira.

"Arabella sangat tahu caranya membuat Samuel bahagia. Jarang sekali melihat kak Samuel, bisa tersenyum saat makan malam di rumah, pasti dia sangat bahagia bisa punya istri yang cantik dan berpendidikan tinggi." tambah Selly, sengaja menyinggung Adelia.

Selly menatap Adelia penuh tantangan, seolah-olah ingin melihat reaksi Adelia atas kata-katanya yang menusuk.

Tapi Adelia pilih menunduk, menyembunyikan wajahnya yang sedih, ia sendiri tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengubah keadaan ini. Hanya bisa duduk dan menyaksikan keromantisan antara Samuel dan Arabella, sambil merasa semakin tidak berharga.

"Kamu harus belajar dari Arabella, Adelia. Dia tahu cara membuat Samuel bahagia." Devina menyinggung, seolah-olah ingin mengingatkan Adelia bahwa dia tidak lagi menjadi prioritas Samuel.

"Ekhem!" Jusuf berdehem, memberikan kode, agar istrinya berhenti memojokkan Adelia.

Arabella merasakan ketegangan yang mulai merayapi meja makan. Ia melihat Adelia yang tampak menghindar dari pandangannya, ia merasa tidak enak hati.

"Menurutmu, bagaimana dengan menu makan malam kali ini?" Arabella coba tersenyum, meskipun terkesan dipaksakan. "Aku rasa daging iga garang asam ini enak sekali, bukan?"

Adelia mengangkat wajahnya sedikit, menatap Arabella sejenak, lalu melirik Samuel yang duduk di samping Arabella. Berharap Samuel memuji masakannya malam ini.

"Tentu, masakan ini lezat. Tapi kurasa masakanmu akan jauh lebih lezat dari pada masakan Adelia," jawab Samuel dengan nada santai, membuat Adelia tercengang.

"Yang benar? Masa kamu sudah memujiku sebelum mencoba masakan ku... Jujur saja daging garang asam ini enak sekali, sepertinya aku harus minta resep dari Adelia." ucap Arabella yang malah memuji masakan Adelia.

"Adelia itu tidak pintar masak. Masak telur saja tidak matang," celetuk Selly kembali menyingung masalah yang lalu.

Adelia merenggut, komentar Selly terdengar menyakitkan. Dia tahu bahwa dibalik kejadian itu, Selly lah yang menukar telur setengah matang miliknya dengan telur matang untuk Samuel. Akibatnya, Adelia dimarahi habis-habisan oleh Devina.

Namun, Adelia tidak ingin memperburuk situasi saat makan malam. Dengan tersenyum tipis, dia melanjutkan makannya, memilih untuk tidak mempermasalahkan komentar Selly.

"Demi suamiku, besok pagi aku yang akan masak sarapan besok pagi," seru Bella penuh semangat.

"Tentu saja sayang, aku tak sabar mencicipinya," ujar Samuel, sembari mencubit gemas pipi Arabella.

Lagi-lagi Adelia melihat keromantisan mereka, hatinya sangat cemburu, perhatian suaminya terus-menerus diberikan hanya kepada Arabella.

'Seandainya kita bisa bertukar posisi,' batin Adelia, ingin sekali dirinya menjadi Arabella. Menjadi wanita yang cantik, muda, dan memiliki perhatian penuh dari Samuel. Menjadi wanita yang membuat Samuel terus tersenyum dan dicintai dengan sepenuh hati.

Tapi, Adelia tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengubah keadaan. Dia hanya bisa menonton dari jauh, dan memendam kesedihan.

****

"Kakak belum tidur?" tanya Amelia, melihat kakaknya masih sibuk di ruang laundry.

"Sebentar lagi, masih ada yang harus kakak kerjakan." jawab Adelia, sambil memisahkan baju-baju kotor sesuai warnanya.

"Ya sudah, Amel tidur duluan ya kak," pamit Amel.

Saat sedang memasukkan pakaian ke mesin cuci, Adelia berhenti sejenak, menatap mesin cuci yang sedang berputar. Ia baru ingat kalau belum sempat mengambil pakaian kotor di kamar suaminya.

Segeralah, Adelia berjalan menuju kamar tidur suaminya. Setibanya disana, Adelia membuka pintu dan melangkah masuk, lalu melihat tumpukan buku dan kertas berantakan di meja kerja Samuel.

Tanpa berpikir panjang, Adelia langsung merapikan meja kerja suaminya dengan teliti. Buku-buku yang berserakan ia susun rapi, kertas-kertas yang terlipat tidak beraturan ia lipat dengan hati-hati, dan pena serta pulpen yang tersebar ia kumpulkan dalam satu wadah.

Saat sedang sibuk, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, diikuti dengan suara tawa riang pasangan pengantin baru, Samuel dan Arabella.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 188 Lokasi Penyekapan

    “Gang ini sempit sekali…” Devina menggerutu pelan, menyingkirkan sarang laba-laba dari pundaknya.“Memang jalurnya cuma ini, Nyonya,” sahut Doni tanpa menoleh. Doni berjalan di depan, senter kecil di tangannya memantul-mantul di atas jalan tanah yang becek. Gang itu memang sempit—cukup untuk dua orang berdiri berdampingan, tapi gelapnya seperti menelan cahaya senter.“Tempatnya sengaja jauh dari pemukiman, kata bang Marlan biar aman nggak ada yang curiga.” lanjut Doni, sambil terus berjalan dalam gelap.Devina menutup hidungnya dengan syal. Bau lembap, karat, dan sampah menusuk masuk. Tentu saja ia tak pernah mau datang ke tempat seperti ini… kalau bukan karena dendamnya pada Adelia.Dalam hati, ia mendesis, “Perempuan sialan… akhirnya aku bisa memastikan sendiri kau tidak akan bisa keluar hidup-hidup. Kau harus membayar semuanya dengan nyawamu.”Dibelakang mereka, Satrio terus mengikuti, cahaya senter sesekali memperlihatkan wajahnya yang menegang, rahangnya mengeras. Ia tidak boleh

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 187 Rencana Satrio

    "Bagaimana bisa! Kenapa Mama tega… melakukan hal ini!?" Suara Satrio meledak, mengiris keheningan malam yang dingin.Satrio menatap ibunya dengan mata menyala, seolah api kemarahan membakar setiap sudut hatinya. Devina terguncang, lututnya melemas, dan dia jatuh ke tanah."Satrio… tolong… jangan laporkan Mama… Nak… Mama menyesal," suaranya bergetar, memohon dengan putus asa, tapi kata-katanya terasa hampa di telinga Satrio."Kalau memang menyesal, buat apa menculik Adelia!" Satrio membentak, suaranya bagai petir di siang bolong, membuat Devina semakin takut hingga menunduk.Hati Satrio dipenuhi amarah yang membara—sakit karena pengkhianatan datang dari orang yang paling ia percayai. Ia sudah berjuang sebisanya, melakukan segala cara agar sang ibu bisa bebas dari jerat hukum, memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan… tapi kenapa!? lagi-lagi, Devina kembali berbuat jahat, bahkan kali ini lebih parah.Satrio menahan napas, kesal bercampur frustasi. “Setan macam apa yang sudah mengu

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 186 Dalang Penculikan

    Di mana aku?Apa yang terjadi?Kesadaran Adelia kembali perlahan, seperti muncul dari dasar air yang dalam. Kepalanya berdenyut hebat, seperti dipukul berulang kali.Ia ingat sedikit—para penculik memberinya obat bius, rasa lemas yang tak tertahankan, lalu pingsan. Kelopak matanya berat, tapi dinginnya lantai keras di pipinya memaksanya tersadar.Adelia melihat sekelilingnya, ia disekap di gudang yang gelap dan berdebu. Cahaya tipis masuk dari celah jendela tinggi, hampir tidak cukup untuk melihat sekeliling. Udara lembap dan berbau apek, dengan aroma logam dan oli dari drum-drum tua di sudut ruangan.Ruangan remang, lembap, bau tajam menusuk hidungnya, membuat perutnya bergejolak ingin muntah. Tapi tangan dan kakinya terikat, membuatnya tak bisa bergerak.Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari balik pintu kayu yang sudah usang. Jantungnya berdegup kencang, Adelia menelan ludah, mencoba menenangkan diri, menyadari kalau dia membuat suara, bisa berakibat fatal.“Aman, tenang saja,

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 185 Laporan Penculikan

    “Di mana Adelia!? Apa yang terjadi?!”Teriakan Samuel memecah suasana kantor polisi begitu ia masuk tergesa. Napasnya terputus-putus, wajahnya penuh ketakutan.Baru saja ia tiba di kantor polisi, setelah mendengar kabar Adelia diculik. Satrio yang sejak tadi ada di ruangan, langsung melangkah mendekat pada adiknya.“Sam, tenang dulu… Aku sudah lapor. Kasus hilangnya Adelia sudah ditangani. Polisi lagi bergerak.” ucapnya, sambil menepuk bahu, hendak menenangkan.Samuel menatapnya kosong wajah Satrio, seperti seseorang yang baru kehilangan pijakan. “Siapa yang berani membawa istriku!? Siapa mereka!? Aku harus cari dia sekarang juga! Sekarang!”Sebelum Satrio sempat menjawab, seorang polisi mendekat. Tubuhnya tegap, tapi sorot matanya menunjukkan ia mengerti betapa hancurnya situasi ini. "Pak Samuel, kami paham kepanikan Anda. Tapi tolong, tenangkan diri sebentar. Kami sudah kirim tim buat penyisiran beberapa daerah dan lagi ambil data awal dari lokasi terakhir mobil itu terlihat."Samue

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 184 Adelia Diculik

    "Kasihan, sepertinya kita harus bantu dia cari ibunya,” seru Rania sambil menekuk badan mendekat ke anak itu, nada suaranya cemas tapi hangat."Iya Adel, kamu tolong bantu dulu anak itu, kita tunggu kamu disini kok.” Celetuk Devina, yang sedang asyik mencoba tas kulit. Matanya berbinar menatap Adelia, kali ini ada perhatian lembut terpancar di wajahnya.“Kamu tenang yah, Tante bantu kamu cari Mama bareng-bareng, ya,” kata Adelia sambil mengangkat tangan anak itu, memegangnya dengan hangat.Rania sigap mengambil beberapa belanjaan yang ada di tangan Adelia. “Biar aku saja yang pegang belanjaan ini. Sebaiknya kamu bawa anak itu ke petugas pasar, biar mereka bisa bantu cari ibunya lewat pengumuman,” Rania memberikan saran sambil tersenyum menenangkan anak itu.Adelia mengangguk, lalu pergi sambil menggandeng anak perempuan itu. Saat menuju ke arah resepsionis, tiba-tiba anak itu menunjuk ke arah lain.“Itu Mamaku, Tante!” serunya dengan suara keras.Sontak Adelia menoleh, namun hanya mel

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   183 Belanja Kepasar

    “Berbelanja… bersama?” ulang Adelia dalam hati, separuh tidak yakin, separuh ingin menolak. Tapi sebelum ia sempat membuka suara, Rania sudah menepuk tangannya.“Sudah, mari kita pergi ke pasar sekarang, nanti akan terlalu siang,” ucap Rania sambil tersenyum.Adelia, Rania, dan Devina meninggalkan dapur, bersiap untuk pergi ke pasar. Saat hendak keluar villa, mereka berpapasan dengan Satrio yang baru saja masuk.Satrio menoleh, alisnya terangkat sedikit. “Kalian mau pergi ke mana?”“Kami mau ke pasar, belanja bahan masakan untuk nanti malam,” jawab Devina, sambil memakai syal dan jaketnya."Kalau begitu, biar aku sekalian antar kalian." tawar Satrio dengan nada ramah.Adelia memutar bola matanya malas. “Tidak perlu repot kak, kami bisa pergi sendiri,” sahutnya ketus. Rasa enggan akan keberadaan Satrio masih mengganjal di dadanya, trauma atas perlakuan buruk kakak iparnya dua tahun lalu belum benar-benar hilang. Bekasnya menempel kuat, seperti bayangan yang enggan pergi.Devina, yang m

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status