Short
Cinta yang Kamu Katakan, Datang Terlambat

Cinta yang Kamu Katakan, Datang Terlambat

By:  Handstand MouseCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10Chapters
64views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Pacarku meninggal karena sakit. Sebelum menghembuskan napas terakhir, dia menitipkan satu-satunya adik lelakinya, Dilan Pratama, kepadaku. Aku membiayai kuliahnya hingga lulus, bahkan membantunya mendirikan perusahaan. Namun, suatu malam, setelah dia pulang dari jamuan dan mabuk berat, kami justru berakhir di ranjang yang sama. Saat aku masih diliputi kebimbangan tentang hubungan kami, pandanganku terhenti pada sebuah foto diriku yang dia pajang di meja kerja. Di sampingnya, tergeletak sebuah cincin pertunangan. Hatiku bergetar hebat. Dengan perasaan penuh harap, aku mendorong pintu ruang istirahat untuk mau membicarakan hubungan kami. Namun, begitu pintu terbuka, sebuah kamisol putih jatuh tepat di kakiku. Aku tertegun di tempat. Sementara Dilan buru-buru menyelimuti tubuh asisten wanitanya yang panik. "Riana, nggak bisakah kamu mengetuk pintu dulu?" Wajahku mendadak pucat. Aku melangkah mundur dengan kikuk, tetapi langkahku tertahan oleh suara pelan sang asisten. "Kak Riana, bisa tolong ambilkan pakaianku?" Aku tidak memedulikan sorot permusuhan di matanya. Sambil berusaha menutupi kegugupanku, aku melemparkan pakaiannya ke tempat tidur, lalu buru-buru melarikan diri. Begitu keluar dari gedung perusahaan, ponselku berdering. Peneleponnya adalah Dilan. "Kak Riana, lain kali jangan seenaknya membuka pintu kamarku." Aku hanya tertawa kecil dan mengiyakan. Sejak hari itu, aku tidak pernah lagi melangkahkan kaki ke dalam dunianya.

View More

Chapter 1

Bab 1

Aku pulang ke rumah dan menutup tirai rapat-rapat.

Ruang tamu yang gelap gulita tanpa celah cahaya sedikit pun justru memberiku rasa lega.

Aku meringkuk di sofa, lalu menekan nomor manajerku. "Kak Arya, tentang tawaranmu agar aku belajar melukis di luar negeri, aku setuju."

Manajer tertawa riang. Dia memuji masa depanku yang cerah, sambil mengajukan pertanyaan, "Kamu yakin bisa meninggalkan adikmu itu dengan tenang?"

"Bukannya selama ini kamu selalu menganggapnya masih kecil dan perlu dijaga?"

Aku menarik selimut lebih erat, lalu berkata dengan pelan, "Dia sudah dewasa. Dia nggak butuh aku lagi."

Pikiranku menerawang.

Dulu, ketika Raka Pratama meninggal, satu-satunya kekhawatirannya adalah aku dan adik lelakinya.

Aku tidak punya keluarga, Dilan juga sebatang kara. Karena itu, aku merawatnya dan menjadikannya pusat hidupku. Hanya dengan begitu aku bisa terus bertahan.

Setelah malam yang kacau itu, aku bangun lebih dulu dan sempat memandangi Dilan sebentar sebelum akhirnya kabur dengan panik.

Untuk pertama kalinya, aku benar-benar menyadari bahwa dia sudah dewasa.

Perubahan perasaan yang tiba-tiba itu membuatku panik. Aku memutuskan untuk pergi berlibur, menenangkan diri dan merapikan hubungan yang rumit ini.

Namun, Dilan tetap memanggilku dengan sebutan kakak seperti biasa, menanyakan ke mana aku pergi.

Aku tidak menyangka, bukannya menerima kenyataan, Dilan justru sudah melupakannya.

Dia sudah menyukai seseorang. Sementara aku, sang kakak dengan status ambigu ini, tentu tidak lagi berhak mengganggu kehidupannya.

Setelah menutup telepon dengan manajer, aku menghubungi Dilan.

Dia mengangkat dengan cepat. "Kak Riana, ada apa?"

Aku ingin menjelaskan padanya tentang kejadian malam itu, lalu mengakhiri semua yang ada di antara kami.

Namun, sebelum sempat bicara, terdengar suara wanita di ujung telepon. "Dilan, sudah larut begini Kak Riana masih meneleponmu? Dia sepertinya nggak bisa menjaga batasan antara pria dan wanita. Jangan-jangan dia menyukaimu?"

Lani Triyono tidak menyembunyikan nada permusuhannya.

Suara Dilan berubah dingin. "Kak Riana, lain kali jangan telpon aku kalau sudah terlalu malam. Nanti bisa menimbulkan prasangka. Aku tutup dulu."

Dilan tidak pernah berbicara seperti itu padaku sebelumnya. Saat aku tersadar, telepon sudah lama terputus.

Aku melihat jam, bahkan belum pukul delapan malam.

Mana bisa disebut larut malam?

Dulu, sekalipun aku menelponnya pukul tiga atau empat dini hari, Dilan akan langsung mengangkatnya dan bertanya ada apa.

Sekarang, dia menganggap panggilanku mengganggu.

Aku tersenyum getir sambil menarik selimut lebih kencang.

Mungkin karena terlalu lelah, suara gemuruh petir dan hujan badai pun tidak bisa membangunkanku dari mimpi.

Sampai akhirnya, kaca jendela pecah. Dalam keadaan setengah sadar, aku jatuh ke dalam pelukan hangat yang masih basah oleh hujan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status