Home / Romansa / Kekasih Bayaran / Pertemuan Pertama

Share

Pertemuan Pertama

Author: Red Ruby
last update Last Updated: 2024-05-18 21:23:08

Sore itu juga Irish pergi bersama Nyonya Wina. Ia menurut saja ketika diminta memasuki mobil hitam yang tampak mewah nan mengilat. Bajunya juga telah berganti, bukan lagi seragam putih hitam. Ya, Irish menerima tawaran sang pemilik toko.

Roda-roda mobil bergerak meninggalkan area toko cake. Kedua tangan Irish saling meremas di atas pangkuan. Wanita itu masih menimbang dalam hati apakah keputusannya tepat.

"Saya melakukan ini demi Darren. Dia kehilangan penglihatan sejak kecelakaan tiga bulan lalu," ujar Nyonya Wina tanpa ditanya.

"Tapi kenapa Ibu memilih saya?"

"Karena secara fisik kamu sangat mirip dengan Thea."

Demi kepercayaan Irish, Nyonya Wina mengambil ponsel dari dalam handbag dan membuka galeri. Tampak foto-foto wanita yang berpose sendirian dan juga bersama seorang pria. Irish berasumsi jika pria itulah putra Nyonya Wina.

"Lihat ini." Nyonya Wina mengarahkan ponsel dengan layar menampilkan foto Thea. Benar, ia dan Thea sangatlah mirip. Yang membedakan hanyalah model rambut mereka.

"Ini kebetulan yang aneh," ujar Irish tanpa sadar.

"Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan, Irish," sanggah wanita paruh baya itu. "Kita dipertemukan agar kamu bisa menolong saya."

"Apa yang harus saya lakukan?"

"Bujuk Darren agar mau menerima donor mata. Saya sudah kehabisan cara agar dia mau dioperasi." Nyonya Wina menghembuskan napas berat, terlihat lelah.

"Tapi di mana Thea?" Akhirnya Irish melontarkan pertanyaan yang tersimpan sejak mereka keluar dari ruangan lantai dua toko cake.

"Thea ... tewas dalam kecelakaan itu ...."

Pembicaraan mengenai Thea terhenti. Namun Nyonya Wina terus memberi pengarahan tugas-tugas apa yang harus Irish lakukan. Untuk langkah pertama, si Nyonya mengajak Irish ke salon terbaik di kota untuk menata rambut.

"Bu, apa ini tidak apa-apa?" Irish tidak yakin untuk masuk mengingat salon itu bukan salon biasa.

"Tentu saja, ayo kita masuk," ajak wanita paruh baya itu.

Irish menatap sayang pada rambut panjangnya yang harus dipotong bawah bahu. Tak hanya itu, rambut yang semula hitam kelam dalam satu jam telah berubah menjadi coklat gelap.

"Bagus, ini yang saya mau," puji Nyonya Wina pada hair stylish berwajah oriental.

Selanjutnya, dua wanita berbeda generasi itu menuju salah satu butik desainer ternama. Sang Nyonya bersemangat memilih dress layaknya seorang ibu yang putrinya akan mengikuti prom night.

Irish tidak memahami kenapa ia harus berdandan sedemikian rupa. Bukankah Darren tidak bisa melihatnya? Ingin rasanya Irish bertanya, tapi ia tak ingin merusak senyum di wajah Nyonya Wina.

"Meskipun Darren tidak bisa melihatmu. Kita tidak akan mengambil resiko. Mulai detik ini, kamu adalah Theana Waverly. Tidak hanya di depan Darren tapi juga orang-orang di sekeliling Darren," ucap Nyonya Wina seakan mengerti isi hati Irish.

**

Irish dibuat tak berkedip begitu mobil yang membawanya berhenti di depan mansion lantai tiga. Bangunan mewah bergaya Eropa klasik itu bagaikan kastil yang Irish lihat di dalam film.

"Mulai sekarang panggil saya Tante dan kamu akan tinggal di sini hingga dua bulan ke depan," Nyonya Wina berucap setelah mereka turun dari mobil.

Belum habis rasa kagum Irish pada bangunan mansion, ia telah digiring masuk melalui teras samping. Terdapat kolam penuh ikan koi yang pada bagian sampingnya dihiasi tanaman begonia berdaun merah.

"Selamat datang Nyonya, dan ...." Seorang pelayan yang menyambut di depan pintu terkejut melihat Irish. Ia bahkan memperhatikan wanita itu dari ujung kaki hingga kepala. "N-nona Thea?"

"Siapkan kamar untuk Thea." Nyonya Wina mengajak Irish masuk dengan gerakan mata.

"Baik, Nyonya." Pelayan bernama Tina mengangguk patuh lalu bergerak menuju lantai dua. Diam-diam ia masih mencuri pandang pada Irish di antara langkahnya.

"Ayo, kita temui Darren. Dia pasti senang kamu datang."

Irish pun mengikuti Nyonya Wina yang berjalan mendahului. langkah demi langkah terrlampaui, dan semakin mendekati tujuan Irish merasakan debaran aneh.

Tok. Tok. Tok.

"Darren?"

Nyonya Wina membuka pintu setelah mengetuk. Ruangan bercat abu-abu muda itu tertata rapi dengan perabot bernuansa putih. Irish menyembulkan kepala demi melihat suasana di dalam.

Di satu sudut, pria duduk menghadap langit sore keemasan melalui jendela lebar dengan tirai setengah terbuka. Irish tak bisa mengamati wajahnya dengan jelas. Hingga kemudian Nyonya Wina menariknya masuk.

"Darren, tebak siapa yang Bunda bawa?"

"Siapapun itu, Darren tidak akan menemuinya." Suara bariton pria itu semakin membuat detak jantung Irish bertalu.

"Benarkah? Bagaimana jika itu Theana?"

"Thea? Bunda bersama Thea sekarang? Di mana dia?" Darren segera bangkit dari sofa bersamaan dengan Nyonya Wina meminta Irish maju.

Dua orang itu saling berhadapan. Irish menatap pria dengan aura pangeran itu. Mata indah Darren yang kini tak bisa melihat, cukup membuat Irish terpukau. Tubuhnya mendadak kaku, terlebih ketika tangan hangat Darren menyentuh pipi, mata lalu bibirnya. Aroma mint yang menenangkan menguar samar.

Tanpa Irish duga, Darren memeluknya. Pelukan hangat yang tak pernah Irish rasakan dari seorang pria sebelumnya. Maklum saja, wanita itu tak pernah mengijinkan kisah cinta memasuki hidupnya yang kelabu. Selama ini Irish hanya sibuk bekerja dan bekerja.

"Sayang, aku merindukanmu. Ke mana saja kamu selama ini?" Darren melepas pelukan dan bertanya.

Irish yang kebingungan memandang Nyonya Wina. Mereka belum membicarakan skenario bagaimana seorang Thea bisa sampai di sini.

"Bunda tidak sengaja bertemu dengannya. Setelah kecelakaan itu keluarganya membawa Thea berobat ke luar negeri. Benar, 'kan Thea?" sambar Nyonya Wina.

"I-iya, itu benar," respon Irish terbata.

"Tolong temani Darren sebentar, Thea sambil menunggu makan malam," pesan si Nyonya besar sebelum beringsut.

Irish menggeleng, mulutnya bergerak tanpa bersuara. Ia tak ingin ditinggalkan hanya berdua saja dengan Darren. Namun Nyonya Wina hanya tersenyum, seakan yakin jika Irish akan memainkan perannya dengan baik.

Blam! Pintu hitam yang terbuat dari kayu solid itu tertutup kembali. Tersisa Irish yang masih berdiri canggung. Wanita dengan dress putih itu baru menyadari jika Darren tak melepas tangannya sama sekali.

"Kemarilah, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan." Darren duduk di sofa dan menariknya lembut agar mau duduk di sampingnya juga.

Satu jam yang sangat menyiksa. Setidaknya itulah yang Irish rasakan. Ia hanya menjadi pendengar dan sesekali menjawab, 'oh', 'benarkah?', dan 'aku tidak ingat'. Sedari tadi pria charming di sampingnya itu membicarakan hal yang tak ia mengerti. Hingga akhirnya seorang pelayan datang dan mengingatkan mereka jika makan malam telah siap.

Irish mendesah lega, ia mengira setelah ini situasi akan lebih mudah untuknya. Wanita itu belum mengetahui takdir yang akan mengubah hidupnya tak lama lagi.

Dengan langkah tenang, Irish berhasil menuntun Darren menuju ruang makan. Nyonya Wina tak bisa menyembunyikan raut bahagianya karena kini putranya itu mau menikmati waktu makan di luar kamar.

Tiga orang duduk bersama. Hanya Iris yang merasa canggung. Sementara itu di depannya telah tersaji berbagai menu makan malam lezat dan mewah.

"Kamu mau coba udang asam manis buatan Tante, Thea?" Nyonya Wina menawarkan.

"Boleh, Tante," jawab Irish senang, sejak dulu ia sangat menyukai udang.

"Sayang, bukankah kamu alergi udang?" Darren bersuara dan sontak saja dua wanita berbeda generasi itu saling pandang.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Bayaran   Dalam Helai Rahasia

    Malam harinya, di ruang kerja pribadinya, Arthur menatap arsip pelayan yang sudah ia simpan sejak beberapa hari lalu. Tangannya berhenti pada nama.IVORY (12 Oktober 2000) (Jalan Nusa Elok No. 21)Pemilik rumah : Ratna Soedharsono (Perawat senior)Kini Arthur mendalami identitas dan informasi tambahan tentang wanita paruh baya bernama Ratna itu. Melalui informan suruhannya, data dengan mudah masuk."Bu Ratna tidak mempunyai anak kandung hingga suaminya meninggal. Dia mengadopsi anak perempuan sejak setahun lalu, Tuan," terang anak buahnya dari seberang sana. 'Tahuh 2000? Sama dengan tahun kelahiran Irish. Cara tertawa, tersentak, bahkan bersedih—semuanya, terlalu mirip,' batin Arthur. Ia letakkan buku arsip itu dan berjalan ke arah jendela dengan tirai yang tersibak angin.“Siapa kau sebenarnya, Ivory?”**Keesokan harinya. Langit sore di kota mulai kelabu ketika Arthur tiba di apartemennya. Bukan mansion keluarga Cornell yang mewah dan sibuk itu, tapi apartemen dengan perabotan sim

  • Kekasih Bayaran   Bukti dalam Sunyi

    Siang itu, matahari tergantung redup di langit. Seolah ikut menyimpan rahasia, sembunyi di balik awan yang menggumpal pekat. Hawa lembap menyusupi sela-sela jendela tua ketika Ivory melangkah ke dalam kamar Thea.Ia mendapat tugas dari kepala pelayan untuk membersihkan ruangan itu, menggantikan pelayan pribadi Thea yang sedang izin. Kesempatan langka seperti ini jelas tak akan ia sia-siakan. Bukan karena Ivory suka mengusik privasi seseorang, tapi karena dalam hatinya, ia tahu: monster tak pernah menaruh kebenaran di ruang tamu. Mereka menyembunyikannya—di balik laci, di balik senyum.Dengan gerakan hati-hati, Ivory menutup pintu perlahan dan menguncinya dari dalam. Hening. Napasnya berbaur dengan aroma parfum mahal yang menyengat dan wewangian bunga palsu. Ia mulai bekerja, atau berpura-pura bekerja. Tangannya mengusap permukaan meja rias, tapi matanya menyapu seisi ruangan seperti pemburu kelaparan.Laci-laci rias. Koleksi lipstik. Botol-botol parfum dari Prancis. Lingerie mahal dal

  • Kekasih Bayaran   Benih Retak di Balik Gaun Mewah

    Langit pagi itu seperti turut berkabung. Awan kelabu menggantung rendah, menumpahkan gerimis tipis yang tak kunjung reda. Hening menyelimuti mansion, seolah waktu pun enggan bergerak.Ivory memperhatikan Arthur dari jauh. Pria itu mengenakan jas hitam pekat dan kemeja putih tanpa motif. Rapi. Formal. Tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Ivory tak sanggup menatap terlalu lama—semacam kehilangan yang tak selesai.Di tangannya tergenggam buket bunga peony putih dan baby's breath, dibalut kain renda kelabu pucat.Tidak ada yang tahu ia akan pergi hari itu. Bahkan Darren pun tak diberitahu. Ia hanya menyelipkan pesan singkat ke asistennya, 'Hari ini aku cuti. Jangan hubungi.'Area makam Irish terletak di dataran tinggi, tersembunyi di balik perkebunan teh yang nyaris tak terjamah. Arthur berdiri diam di depan sebuah batu nisan marmer krem.Irish Magnolia2000-2023Belahan jiwaku, bahkan setelah dunia memisahkan kita.Tangannya gemetar saat meletakkan buket di depan nisan. Udar

  • Kekasih Bayaran   Hukuman dan Martabat yang Terkoyak

    Keesokan harinya Ivory telah kembali pada kegiatan dapur. Ia membuat sup merah atas pesanan Arthur. Salah satu pelayan membantunya menabur kacang polong berwarna cerah dan hanya tinggal menunggu hingga sup matang.Ivory mengira paginya akan tenang. Sayangnya Thea tiba-tiba memasuki dapur sembari memanggil namanya lantang. "Ivory!!""Nona Thea, apa ada yang Anda inginkan?" Kepala pelayan yang kebetulan berada di dapur menyambutnya."Di mana Ivory? Kenapa kau menerima bawahan bodoh sepertinya? Huh?!"Merasa namanya dipanggil, Ivory segera maju menampakkan diri. Ia menghadapi Thea dengan senyum sopan khas pelayan lainnya."Ada apa Nona mencari saya?""Tidak perlu bersikap manis. Kau yang membuat jus melon untukku? Lihat, apa ini?!" Thea mengangkat gelas panjang yang isinya tersisa setengah. Terdapat seekor serangga yang mengambang. Mati."Saya yakin telah memastikan semuanya bersih," Ivory menjawab tanpa takut."Kau! Ini buktinya! Bagaimana jika aku keracunan?! Kau mau bertanggungjawab?"

  • Kekasih Bayaran   Darren Tertarik

    Malam belumlah larut, tapi suasana di mansion cukup sepi. Darren memijat tengkuk yang terasa pegal. Netranya terfokus pada laptop. Karena deadline singkat yang diberikan sang ibu, mau tak mau Darren membawa pekerjaannya ke rumah meski tak menyukai ide tersebut.Tap. Tap. Tap.Terdengar langkah kaki mendekat. Darren melirik guna memastikan siapa yang masih berkeliaran di sekitarnya. Ia tidak suka ada yang mengganggu di ruang kerja pribadinya yang bernuansa putih dan abu-abu."Tuan, silahkan," Ivory berujar seraya meletakkan secangkir kopi hitam yang masih mengepul."Aku tidak meminta kopi. Siapa yang menyuruhmu?" Darren menatap kopi dan wajah pelayan itu secara bergantian."Nyonya Wina, Tuan. Beliau khawatir melihat Anda begitu sibuk akhir-akhir ini." Ivory berbohong, nyatanya membuat dan mengantar kopi adalah idenya sendiri."Baiklah."Darren sudah bersiap mengetik saat tanpa diduga langkah Ivory melambat dan hampir pingsan. Gerakan cepat Darren menangkapnya sehingga kepala Ivory tid

  • Kekasih Bayaran   Mata yang Pernah Dicintai

    Udara siang itu terasa lebih padat dari biasanya. Langit menggantung abu-abu, dan burung-burung enggan bersuara.Di halaman depan mansion keluarga Cornell, sebuah mobil hitam berhenti perlahan. Dari dalamnya, seorang pria tinggi dengan jas abu dan aura tenang turun dengan langkah mantap. Rambutnya sedikit lebih panjang dari terakhir kali ia terlihat, dan wajahnya yang dulu hangat kini terlihat seperti dipahat dingin oleh waktu dan luka yang belum sembuh.Arthur William Cornell.Pulang, setelah hampir lima bulan menghilang tanpa kabar.Begitu ia memasuki mansion, seseorang bergegas menyambutnya dengan senyum lebar dan gaya yang terlalu dibuat-buat.“Arthur!” seru Selina, sepupunya—gadis muda dengan rambut pirang lembut yang mengilau, dan aroma parfum manis yang terlalu kuat.Ia langsung memeluk lengan Arthur, membiarkan tubuhnya sedikit bersandar.“Senang sekali kamu akhirnya kembali. Aku hampir bosan karena tak ada teman mengobrol di sini!” ujarnya manja.Arthur tak menarik diri, tapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status