Share

Rindu

Jam menunjukan sudah pukul sembilan, tak terasa satu jam aku menghabiskan waktu di mejakan sendiri. Saatnya aku bersiap untuk kekampus.

Dert..dert..dert...

Handphone di tanganku bergetar menandakan ada panggilan masuk. Aku melihat layar ponsel dan tersenyum manis melihat nama siapa yang terpangpang di layar ponselku.

"Ya halo.."

.....

"Aku rindu sayang.."

.....

"Baiklah sepulang dari kampus kita ketemu di cafe biasa ya"

"See you honey"

Panggilan aku akhiri, rasanya mood di hati kembali bagus, bagaimana tidak, kekasih yang ku tunggu-tunggu kini sudah kembali ke Indonesia. Beberapa bulan ini dia pulang ke tempat orang tuanya di Paris. Rasa rindu yang luar biasa akhirnya bisa aku lepaskan nantinya. Tak sabar rasanya menunggu sore.

Aku telah siap untuk berangkat ke kampus, seperti biasa kemana pun aku pergi mang ojinlah yang setia menemaniku, bukan tak bisa menyetir mobil sendiri, tapi papa tidak mengijinkanku untuk membawa mobil sendiri.

" Mang, nanti setelah pulang kuliah, mamang gak usah jemput aku ya, nanti aku mau ketemu teman dulu, jadi pulangnya agak lama.." seruku pada mamang ojin, aku tidak mungkin berkata jujur ingin bertemu dengan Tommy, pasti nanti mang Ojin cerita ke papa. Papa sangat membenci Tommy karena kami berbeda agama. Itulah sebabnya kenapa papa tidak merestui hubunganku dengan dia. Tapi rasa cinta kami yang besar hingga saat ini kami masih bertahan walau tanpa sepengetahuan papa.

" Baik non, nanti pulangnya non sekalian sama mas Azzam kan? Jadi mamang bisa ngomong ke bapak kalau non Dina pulang agak telat hari ini"

" gak mang, aku pulang bareng teman aja, entar aku telfon papa deh kalau aku pulang telat."

Dua puluh menit perjalanan yang kami tempuh menuju kampus, sepuluh menit lagi mata kuliah pertamaku akan berlangsung. Aku bergegas kekelas, agar tidak terlambat.

" Dek, kamu sudah sampe, di anter sama siapa?"aduh, apa-apan sih nih orang, bisa-bisanya di kampus sok- sok akrab lagi, gimana kalau teman-temanku curiga.

" eem... maaf pak, bisa tidak kalau di kampus jangan panggil saya dek gitu, sebut saja nama saya kaya memanggil mahasiswa lainnya. Kan semalam saya sudah jelaskan. Jangan buat suasana jadi kacau deh pak.." aku sedikit berbisik padanya supaya tidak ada yang mendengarnya.

" Tapi..."

" udahlah, tidak ada tapi-tapi. Sesuai kesepakatan kita semalam, oke pak.."

" Dina..Din.."

Maria teman dekat ku memanggilku, semoga saja dia tidak mendengar ucapan kami.

" Eh ia mar, yuk masuk kelas, maaf pak kami permisi dulu"

Aku tetap berusaha menjaga kehormatan dengan Dosen walaupun dia masih buat aku jengkel. Hanya aku tidak ingin teman-teman tau hubunganku dengan dia.

" kamu tadi ngomong apa sama pak Azzam, sepertinya dekat banget, pake acara bisik-bisik segala.."

" oh itu, sebenarnya bukan bisik-bisik sih, cuma ada yang ditanyakan pak Azzam soal pekerjaan ini untuk papaku, tapi papa lagi sibuk jadi gak bisa di hubungi. Sudahlah, gak penting juga kita bahas ini.."

" Oia Din, kamu sudah dapat kabar belum, kalau Tommy sudah di Jakarta loh, tapi ada kabar tidak baik sih aku lihat dari sosmednya. Kayanya beberapa minggu yang lalu dia menikah deh.."

" jangan ngaco kamu Mar, tadi pagi Tommy telfon aku nagajak ketemuan di cafe tempat kami biasa. Bahkan dia masih bersikap biasa kok, mungkin kamu salah orang kali.."

" Gak mungkin aku salah orang Din, jelas-jelas itu foto Tommy dan wanita bule berpakaian pengantin di sebuah Gereja, tapi kemarin itu aku lupa buat scranshoot untuk nunjukin kekamu."

" aku gak percaya itu Mar, aku tau betul Tommy itu gimana cintanya sama aku, kami pacaran itu sudah hampir delapan ,tahun, gak mungkin Tommy menikah tanpa memberitahuku.."

Sebenarnya ada rasa sedih di hati begitu mendengar penjelasan dari Maria, tapi aku berusaha tegar. Aku yakin ini cuma berita hoax.

Jam pertama matakuliah telah berlangsung, aku tidak fokus pada Dosen yang mengajar, beberapa kali namaku di panggil tapi aku tidak mendengarnya.

Akhirnya jam kuliahku berakhir, aku bergegas untuk berangkat ke cafe yang sudah kami janjikan dengan Tommy, pada saat ingin memesan taxi online, tiba-tiba saja..

" Dek, pulang bareng mas yuk, kamu sudah tidak ada mata kuliah lagi kan, kebetulan mas juga sudah siap.."

" maaf pak, saya mau ketemu teman dulu, kalau bapak mau pulang silahkan duluan"

"Mas anter ya, kamu kan sudah menjadi tanggung jawab mas sekarang.."

" udah deh pak, gak usa sok akrab di kampus, aku tuh gak mau orang-orang pada tahu hubungan kita"

" Tapi dek, apa kata papa nanti kalau dia tau kamu pulang sendiri"

" urusan papa nanti biar aku yang menelfon, sudah sana kalau bapak mau pulang, pulang saja duluan!!"

Tiba-tiba saja maria datang mengagetkanku

" Din, kamu ya aku cariin gak taunya lagi berduan dengan pak Azzam"

" tumben kamu akrab banget sama Azzam"

" pas kebetulan aja Maria, ini nih pak Azzam mau nyampein sesuatu buat papa ku. Papaku itu kan sibuk, jadi susah di hubungi. Pak Azzam minta tolong aku buat sampein ke papa. Ia kan Pak?" Aku pura-pura bohong supaya maria tidak curiga.

" Din, kamu jadi ketemu Tom..."

Aku buru-buru menutup mulut Maria agar tidak keterusan berbicara, walau bagaimana pun aku harus menjaga perasaan pak Azzam.

" Maksudnya mau ketemu siapa Din?" Tanya pak Azzam penasaran

" Eh bukan pak, cuma mau ketemu teman lama aja kok, ya kan Maria?" Sambil mengedipkan mata sebelah, sebagai isyarat agar maria tidak keceplosan lagi.

" ia teman lama tapi sangat berarti kan?" Kembali Maria berkata jujur di depan pak Azzam

" apa sih Mar, ngomong kok ngaco sih" aku memukul lengan maria memberi kode, tapi sepertinya ini anak tidak paham juga. Bisa gawat aku kalau pak Azzam ngomong ke papa.

Tidak lama taxi onlineku sudah sampai, aku segera berlari menuju taxi dan pergi. Tanpa memperdulikan Maria dan pak Azzam.

" Din.. Dina titip salam ya buat Tommy..." teriak Maria yang buat aku semakin kesal oleh ulah Maria. Bakalan ada pertanyaan baru lagi nanti setelah di rumah. Ahk.. sudahlah itu nanti saja aku pikirkan.

***

" Maria, boleh saya bertanya sesuatu?" Tanya pak Azzam pada maria yang masih berada di parkiran kampus.

"ya pak, mau tanya apa? Mau tanya lebih juga boleh.." senyum genit maria kepada pak Azzam. Banyak wanita yang tergila-gila akan ketampanannya. Namun tidak untuk Dina saat ini.

" itu Dina mau ketemu siapa ya? Kok keliatannya buru-buri banget.."

" oh itu, katanya sih tadi mau ketemu pacarnya, mau melepas rindu, udh 1 bulan gak ketemu pak"

" kamu tau mereka mau ketemuan di mana?"

" katanya sih di cafe pak, tapi nama cafenya saya tidak tau pak"

" oke, makasih Maria.. oia saya pamit dulu ya"

"Sama-sama pak ganteng" sambil melambaikan tangan pada pak Azzam

Di sisi lain hati pak Azzam bertanya-tanya, ingin rasanya dia mengikuti istrinya, melihat secara langsung pertemuan mereka, tapi dia sendiri tidak tau di mana istri dan kekasihnya itu ketemu. Ada rasa sakit di hatinya mendengar ucapan Maria kalau istrinya bertemu dengan pacarnya.

Pak Azzam melajukan motor besarnya menuju rumah, jam sudah menunjukan pukul lima sore, rasa lelah setelah mengajar ingin segera beristirahat. Namun kembali dia terpikir dengan istrinya Dina, apa yang mereka lakukan.

"Ampuni Hamba ya Allah, belum bisa menjadi suami yang baik buat Dina, kuatkan hamba agar bisa membimbing istri hamba" ucapan doa yang keluar dari lubuk hatinya. Sepanjang perjalanan menuju rumah dia berusaha berdoa untuk istrinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status