Share

Kekasih Kontrak Sang Superstar
Kekasih Kontrak Sang Superstar
Penulis: Rcancer

Tentang Aktor Ternama

"Tidak!" Pria itu berteriak histeris.  "Bangun, Sayang, aku mohon, bangun, jangan tinggalkan aku seperti ini. Sayang!"

"Sudah, kamu ikhlaskan saja dia, ya?" Seorang wanita paruh baya datang dan menasehati si pria dengan terisak.

"Tidak, dia tidak boleh pergi. Tidak, tidak!"

Cukup lama suasana sedih terjadi di bangsal rumah sakit itu, hingga tiba-tiba dari salah satu rudut ruangan seseorang berteriak, "Cut! Bagus!"

Seketika  gemuruh tepuk tangan pun memenuhi rungan tersebut.

Bintang Heinze, pria yang tadi menangis, pun mengubah ekspresi wajahnya menjadi senyum yang ceria.

Begitu juga dengan wanita yang tadi sekarat, juga langsung ikut tertawa, merayakan keberhasilan syuting mereka bersama dengan para kru yang lain.

Mereka yakin drama yang diperankan aktor berusia 27 tahun itu akan mendapat sambutan yang luar biasa dari para penggemarmya, seperti biasa.

Sejak empat tahun lalu, Bintang memang menjadi rebutan para production house. Iklan, sinetron, hingga film--berebut untuk merekrut Bintang.

"Good job, Bintang, akting kamu sungguh luar biasa," puji sang sutradaara yang sudah beberpa kali bekerja sama dengan aktor ternama tersebut.

"Anda bisa saja, Pak Sut," balas Bintang yang memang selalu merendah jika mendapat pujian.

Cukup lama, pria itu berbasa-basi dengan kru yang telah bekerja sama dengannya hingga drama yang baru saja dia perankan berakhir, hingga dia tak sengaja melihat jam.

"Baiklah, Pak sut dan semuanya, saya permisi dulu ya?" pamitnya yang ditanggapi dengan senang oleh yang lain.

Melihat itu, Bintang pun melangkah bersama sang manajer menuju sebuah ruangan yang disediakan khusus untuk dia selama syuting berlangsung.

Hanya saja, begitu sang manajer begitu mereka memasuki ruangan khusus itu, dia menghentikan langkahnya.

"Bintang, sepertinya kita harus cari jalan lain. Para wartawan sudah menunggu kamu sejak tadi di lobby rumah sakit," ucapnya.

Aktor tampan itu sontak merengut kesal. "Kenapa aku harus menghindar terus?" balasnya, "Kan tinggal klarifikasi saja, kalau aku tidak ada hubungannya dengan Yura, beres kan?"

"Tidak sesimpel itu," ucap Jona tak kalah menggebu. Asisten Bintang itu menggelengkan kepala melihat anak asuhannya.

"Bukankah kamu juga sudah melihat sendiri buktinya seperti apa? Apa mereka akan percaya jika kamu mengelak? Lagian Yura juga mana mungkin akan tinggal diam jika kamu buka suara," tambahnya lagi.

Bintang meletakkan pantatnya pada sofa yang ada di sana. "Terus aku harus bagaimana? Masa aku harus diam terus, sementara semua berita semakin memojokkanku? Bukankah tindakanku yang diam tanpa klarifikasi, akan semakin membuat aku terlihat salah di mata masyarakat?"

"Ya setidaknya kamu bertahan sampai orang-orang suruhan kita menemukan bukti yang kuat."

"Mau sampai kapan, Jona? Sudah hampir satu bulan sejak berita itu beredar, mana hasilnya? Yang ada aku dapat banyak komplain dari para sponsor, karena aku dinilai tidak berperilaku baik. Kamu mau aku gulung tikar?"

Jona terbungkam. Tentu saja dia tidak mau kehilangan pekerjaannya ayang sudah dia jalani selama lebih dari lima tahun tersebut.

"Sudah, nggak perlu banyak mikir, kita hadapi saja berita itu, ayo!"

Tidak ada pilihan lain, Bintang memang harus bertindak tegas atas apa yang terjadi kepadanya.

Masalah yang sedang dihadapi bintang memang bukan masalah sembarangan. Pria itu sungguh sampai frustasi dengan berita tentang skandal yang sama sekali tidak dia lakukan dengan seorang artis pendatang baru.

"Makanya, kalau dinasehatin itu nurut. Nggak semua cewek mau dipermainkan sesuka hati kamu," gerutu Jona sambil merapikan barang bawaannya bersama dua asistennya yang menunggu sejak tadi. Bintang sendiri hanya bisa melengos.

Bintang melangkah dengan sikap yang seakan menunjukan kalau dia sangat tenang. Di belakangnya ada sang manager bersaama dua asustennya, bersiap-siap untuk menghalau para wartawan yang telah berkumpul di lobby rumah sakit tempat syuting dilaksanakan.

"Itu Bintang!" seru salah seorang wartawan, dan seruannya langsung mengundang perhatian wartawan yang lain. Mereka pun segera bergegas mengerumuni bintang dan melempar banyak pertanyaan.

"Bintang, apa benar, anda pernah depresi? Katanya anda pernah depresi karena seseorang selama dua tahun, apq itu benar?"

"Bagaimana hubungan anda dengan Yura? Apakah foto itu benar kalau kalian sudah sering tidur bersama?"

"Apa karena anda sama sekali tidak percaya akan cinta, jadi anda menganggap hubungan anda dengan Yura hanya hubungan saling memuaskan saja. Apa itu benar?"

Berbagai pertanyaan langsung meluncur begitu saja, membuat Bintang yang sudah menghentikan langkah kakinya bingung hendak menjawab pertanyaan yang mana terlebih dahlu.

Dengan mengenakan kacamata hitam, Bintang mengedarkan ke semua penjuru lobby, tempat Bintang berdiri, sembari berusaha menenangkan gemuruh dalam benaknya.

Namun, pandangan mata Bintang mendadak terpaku kala dia melihat sosok yang sangat dia kenal berada satu tempat dengannya. Bintang pun terdiam dengan mata menatap tajam sosok itu.

Tak lama setelahnya, entah apa yang sudah dia pikirkan, Bintang sontak menunjukkan seringai jahatnya.

"Kalian, ikuti saya, jika ingin tahu kehidupan pribadi saya," ucap Bintang pada para wartawan, lalu pria itu menerobos kerumunan, melangkah ke arah sosok yang Bintang kenali.

Tentu saja tindakan Bintang yang di luar dugaan, membuat semua orang yang mengeruminya pada penasaran.

Diluar dugaan, begitu sampai di tempat yang dituju, Bintang langsung menarik tangan sosok yang sedang berbincang dengan petugas admistrisi hingga tubuh sosok itu berbalik, dan Bintang juga langsung melingkarkan tangannya pada pinggang sosok tersebut.

"Inilah kekasih saya yang sebenarnya. Kekasih saya yang saya rahasiakan keberadaannya karena tidak mau terekspos oleh media."

"APA?"

Pernyataan Bintang jelas sukses membuat semua orang ternganga termasuk sosok wanita tersebut!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status