Home / Romansa / Kekasih Simpanan / Bab 3. Menolak

Share

Bab 3. Menolak

Author: RedVelved
last update Huling Na-update: 2021-07-08 16:36:01

"Becca, ikuti saya!" perintah Yandi tegas.

"Ba - baik," saut Becca terbata, ia sungguh tidak siap menghadapi apa yang terjadi pada dirinya.

Dengan langkah gemetar, Becca memasuki sebuah ruangan yang didesain mewah dan elegan. Jika tidak dalam situasi seperti ini, Becca pasti akan mengagumi ruang kantor Tuan Arga. Tapi untuk saat ini, ruangan ini malah seperti mimpi buruk untuknya.

Becca memberanikan diri mendongakkan kepalanya, memandang orang yang selama ini hanya dapat didengar namanya saja, Arga Armando.

Aura yang terpancar dari wajah dan matanya terasa berkharismatik. Tidak salah jika ia telah menjadi pengusaha sukses di usianya yang masih muda.

Untuk beberapa detik, waktu terasa berhenti saat mata tajam Tuan Arga menatap lekat mata Becca. Deg ... Jantung Becca berdetak kencang, terbius oleh pandangan mata yang tak dapat ia artikan.

Becca membuang nafasnya panjang, mengatur detak jantungnya yang tak beraturan. Ia memaki dirinya sendiri, tak seharusnya ia merasa tertarik dengan Tuan Arga sementara posisinya saat ini seperti di ujung tanduk.

Yandi berdiri tegap di samping Tuan Arga yang semakin membuat Becca merasa terintimidasi.

"Jadi kamu yang merusakkan kalung milikku?" tanya Tuan Arga tenang namun menakutkan.

"Ya, tapi saya tidak sengaja, Tuan. Saya akan berusaha menggantinya," kata Becca dengan berani menatap wajah Tuan Arga.

"Haha ... Kamu membuat saya tertawa." Tuan Arga tertawa keras. Sementara itu, Yandi terlihat berbisik di telinga Tuan Arga, yang Becca tidak bisa mendengarnya. Becca berdiri tegar, mengumpulkan keberaniannya.

"Kau tahu nilai kalung itu? Mungkin seumur hidup, kau tidak akan bisa membayarnya," kata Tuan Arga masih tersenyum di ujung bibirnya.

"Saya akan bertanggung jawab walaupun harus melunasinya seumur hidup saya." Becca berkata tegas. Bagaimanapun juga ini adalah kesalahannya.

"Hem ... Tapi ada satu cara agar kamu bisa membayarnya dalam satu hari." Tuan Arga berdiri, berjalan mendekati Becca.

"Bagaimana caranya, Tuan?" tanya Becca dengan mata berbinar. Mungkin Tuan Arga memang baik hati, tidak seperti perkiraan banyak orang.

"Kamu menemani saya selama sehari," kata Tuan Arga menatap lurus mata Becca.

"Itu saja? Menemani bagaimana?" tanya Becca bingung.

"Haha ... Kau ini memang masih polos atau ingin menggodaku?" Tuan Arga tertawa terbahak-bahak.

"Tuan Arga, tolong jelaskan maksudnya. Saya benar-benar tidak mengerti," kata Becca memohon, berharap ini adalah jalan keluar baginya.

"Haruskah? Kamu akan menyanggupinya?!" Mata Tuan Arga memicing menatap Becca.

"Saya mohon, Tuan. Saya akan berusaha untuk menyanggupinya," ucap Becca memohon.

"Oke, saya akan jelaskan. Kamu hanya menemani makan siang, lalu menunggu sementara saya bermain golf. Malamnya kita makan malam bersama dan setelah itu kamu menemani saya tidur hingga pagi. Sudah jelas?" Tuan Arga tersenyum senang.

"Ti ... Tidur bersama?!" kata Becca menelan ludahnya.

Tuan Arga kini tertawa terbahak-bahak, seakan Becca adalah seorang badut lucu. Sementara Yandi tetap berdiri di tempatnya, mengamati apa yang terjadi.

Namun Becca merasakan amarah mulai naik ke ubun-ubun kepalanya. Becca sadar jika ia orang tidak mampu, tapi ia tidak sudi jika harga dirinya diinjak-injak seenaknya.

"Tuan Arga, saya sanggup menemani Tuan hingga makan malam. Selebihnya saya tidak bisa," ucap Becca menahan emosinya, berusaha agar suaranya setenang mungkin.

"Haha ... kamu ingin bernegoisasi dengan saya? Kamu ini lucu sekali. Kamu tidak punya apa-apa untuk ditawarkan, saya sudah berbaik hati padamu. Tunangan saya pasti akan mencincangmu jika tahu kalungnya yang indah sudah putus ditanganmu." Tuan Arga tertawa mengejek.

"Maaf Tuan Arga, jika memang begitu, saya menolaknya. Saya masih punya harga diri. Saya akan bekerja lebih keras untuk mengganti kalung berlian itu walaupun harus menghabiskan waktu seumur hidup saya." Becca berkata yakin, ia tidak akan menyesalinya.

"Kamu yakin menolak tawaran saya? Saya ini sudah berbaik hati padamu lho," ucap Tuan Arga terdengar mengejek di telinga Becca.

Becca semakin merasakan darahnya mendidih. Ia ingin memukul Tuan Arga yang berdiri sombong di depannya, seakan Tuan Arga membantu dan berbuat baik padanya.

Berbuat baik dengan tidur dengannya? Apa dia sudah gila jika menerimanya?

"Sekali lagi saya sangat berterima kasih untuk kebaikan hati Tuan Arga. Tapi saya tidak sanggup melakukannya. Saya akan membayarnya walaupun harus mencicilnya seumur hidup saya," kata Becca tegas.

Becca berbalik dari hadapan Tuan Arga. Dengan kepala tegak ia berjalan keluar kantor. Dadanya terasa sesak menahan marah. Ia selalu tidak bisa menahan diri jika ada yang menginjak harga dirinya.

Tuan Arga dan Yandi memandangi kepergian Becca dengan bingung. Selama ini belum ada yang berani meninggalkan Tuan Arga tanpa ijin.

"Tuan , apa perlu saya memanggil kembali gadis itu?" tanya Yandi pada Tuan Arga.

"Tidak perlu, biarkan saja. Gadis itu cukup berani menentangku. Sepertinya menarik jika aku bermain-main sebentar dengannya," kata Tuan Arga dengan senyum di sudut bibirnya yang nyaris tak terlihat.

Sebenarnya dalam hati, Tuan Arga merasa ada perasaan aneh karena selama ini belum ada seorang gadis pun yang berani menolak keinginannya. Tapi di hadapan gadis yang terlihat lugu, kenapa ia ditolak mentah-mentah seperti ini?

Tuan Arga berjalan ke jendela besar di samping meja kerjanya. Hari sudah mulai sore, matahari sudah tidak terasa menyengat di kulit. Tuan Arga mengamati pemandangan di bawahnya, namun ia sendiri tidak tahu apa yang dicarinya.

Dahi Yandi mengernyit, heran melihat Tuan Arga yang tidak seperti biasanya. Tuan Arga bukanlah orang yang pemaaf dan sabar seperti yang ditunjukkannya saat ini. Apalagi penampilan gadis itu bukanlah tipe kesukaan Tuan Arga. Dengan bingung, Yandi kembali bertanya," Apa yang hendak Tuan Arga lakukan padanya?"

"Hem ... Aku tidak tahu, tapi sepertinya dia gadis yang pemberani. Kau lihat tadi? Lututnya gemetar tapi matanya tajam menatapku, seperti mengingatkanku pada seseorang."

Yandi terdiam mencerna apa yang dikatakan Tuan Arga.

"Yan, siapa nama gadis tadi?" tanya Tuan Arga yang masih mengamati pemandangan luar.

"Rebecca, Tuan. Tapi biasanya dia dipanggil 'Becca' saja. Baru 3 bulan ini dia bekerja di Jewelry Gallery. Apa perlu saya menyelidiki latar belakangnya?" tanya Yandi.

"Oke, kamu selidiki saja dia. Tapi aku yakin tidak akan ada hal istimewa. Aku malah curiga dia tidak sepolos yang ditampilkannya tadi. Apa kamu punya pendapat yang sama?"

"Maaf Tuan, tapi saya tidak yakin. Mengetahui jalan pikiran wanita itu suatu kesulitàn buat saya, Tuan," kata Yandi bingung. Ia sendiri belum pernah memiliki pacar, apalagi istri.

"Ah kamu ini. Cari pacar sana lah, Yan."

"Baik, Tuan." Yandi hanya mengiyakan saja apa yang dikatakan Tuan Arga daripada nanti malah Tuan Arga mencarikannya jodoh. Itu malah akan membuat dirinya dalam bencana.

"Apakah Tuan Arga akan menemui Becca?" tanya Yandi lagi.

"Sepertinya akan menarik, gadis itu lumayan manis tapi bukan tipeku. Hem ... aku sudah tidak sabar melihat matanya yang indah jika marah seperti tadi. Yandi, pastikan gadis itu berangkat ke galeri besok pagi. Aku akan memberi sedikit kejutan untuknya. Haha .... " Tawa Tuan Arga terdengar senang. Yandi hanya mengernyit heran. Tapi ia harus melaksanakan apapun perintah Tuannya.

"Baik, Tuan," kata Yandi, ia akan memastikan Tuan Arga bertemu Becca besok.

-

-

-

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kekasih Simpanan   Bab 50. Menangis Bersama

    Mobil Arga melaju dengan kecepatan sedang, perlahan menjauh dari vila yang selama dua hari ini mereka tinggali. Becca menatap pemandangan indah yang terhampar didepan matanya dengan mata kosong. Pikirannya melayang tak menentu. Sementara Arga yang menyetir di sebelahnya pun tampak terdiam. Pandangannya fokus menatap jalan aspal yang tampak berkelok di hadapannya. Perlahan menuruni perbukitan dan melaju menuju kota tempat tinggalnya.Becca sama sekali tidak ingin memulai percakapan apapun dengan Arga. Bahkan kepalanya berpaling seakan sedang menikmati pemandangan indah yang mereka lewati sepanjang jalan. Namun siapa sangka jika pikirannya melayang memikirkan diriya sendiri. Entahlah Becca harus marah atau bagaimana. Terus terang ia kecewa dengan sikap Arga yang ingin menjadikannya seperti wanita simpanan. Rasanya ia ingin memaki Arga, namun nyalinya seakan menciut saat ingat siapa Arga. Bagaimanapun Arga adalah bosnya walaupun saat ini statusnya adalah pacar Arga.Heh ... Benarkah a

  • Kekasih Simpanan   Bab 49. Disekap

    Ponsel Becca berdering seakan menjerit minta segera diangkat. Dengan setengah hati, Becca pun mengambil ponsel yang masih tersimpan di dalam tasnya.Mila? Ada apa dia telpon? Tanya Becca dalam hati.Segera Becca menggeser tombol hijau di layar ponselnya.- "Hallo, Mila."- "Becca!!! Kamu masih hidup kan?!"- Ha??? Kamu lagi ngigau ya?"- "Enak aja, aku ini lagi di galeri. Kamu kemana sih kok udah 2 hari menghilang? Habis pulang kerja ini rencana aku mau laporin kamu ke polisi loh."- "Aku nggak ngilang, Mila. Aku lagi dalam misi penting."- "Apaan misi-misi! Bec, kalau kamu nggak pulang malam ini, beneran deh aku bakal lapor ke kantor polisi."- "Hahaha ... Kamu kangen sama aku ya, Mil?"- "Becca! Aku nggak bercanda!"- "Iya iya, sabar dong, Mil. Jangan ngegas mulu' ntar kecenya ilang loh. Sabar ntar malem aku pasti pulang kok. Don't worry be happy, okey ... "- "Beneran loh ya ... Awas ntar kalau ka

  • Kekasih Simpanan   Bab 48. Masih Hidup?

    Tubuh Becca menggeliat, rasa geli mengusik ketenangan tidurnya. Ia merasakan lehernya diciumi dengan mesra. Apakah ini mimpi?"Aaaaaaa ... " Sekuat tenaga Becca bangun dari tidurnya dengan berteriak histeris."Astaga, Becca! Apa-apaan sih kamu?! Kamu mimpi buruk?" tanya Arga terkejut, ia sedang asyik-asyiknya menciumi leher putih mulus milik Becca eh ... yang punya malah berteriak membuat jantungnya serasa melompat."Eh sayang, kamu disini?" tanya Becca kebingungan.Nampaknya ia lupa jika semalam tidur bersama Arga. Dan saat ini mata Arga seketika membeliak dengan pemandangan indah yang terpampang di depan matanya. Becca yang polos tanpa sehelai benang pun.Tanpa sadar, Arga menelan salivanya dan seketika gairah kembali membuncah dalam tubuhnya. Juniornya seketika mendesak ingin dipuaskan."Istigiii!" teriak Becca saat menyadari jika kedua bukit kembarnya terlihat menantang minta dibelai. Reflek tangannya langsung menarik selimut untuk menutupi

  • Kekasih Simpanan   Bab 47. Pemilik Hati

    Candle light dinner, begitulah kata orang saat melihat Becca dan Tuan Arga makan bersama di balkon villa. Suasana begitu romantis dengan kerlip lilin dan cahaya bulan yang redup.Becca sangat menikmati makan malam yang telah disiapkan Tuan Arga. Bagi Becca tentu saja ini adalah candle light dinner pertamanya. Menu makanan apapun malam ini pasti terasa sangat enak di lidahnya. Selesai makan, Becca meminum segelas lemon tea sambil memandang lampu kerlap kerlip di sekitar villa. Pemandangan malam ini memang sungguh menakjubkan."Kamu suka, Bec?" tanya Tuan Arga yang terus menatap mata Becca."Suka banget, Tuan.""Kenapa panggil 'Tuan' terus sih? Panggil Sayang bisa kan?!" pinta Tuan Arga."Uhuk ... harus ya?""Ah kamu ini, terserahlah kalau gitu," ucap Tuan Arga yang menampakkan wajah cemberut."Hehe ... maaf soalnya lidah saya udah terbiasa panggil 'Tuan', jadi susah ngubahnya.""Iya iya, terserahlah. Tapi yang penting kamu sayan

  • Kekasih Simpanan   Bab 46. Fobia

    "Kalau gitu langsung kita nikahkan saja bulan depan, Pak," sahut Bu Rima antusias."Apa?!" teriak Mila dan Yandi berbarengan."Tapi ... " Yandi tergagap, seperti kehilangan kata-kata. Otaknya buntu nggak bisa berpikir."Ah Yandi, kamu ini kok kurang gercep sih," omel Bu Rima gemas.Sementara Mila sudah bisa menguasai diri dan kini hanya menampilkan senyum manisnya."Kok Ibu tau gercep segala?" Yandi sewot sendiri."Jangan salah, tua-tua begini Ibu juga sering nonton sinetron. Tau lah kalau cuma istilah begituan. Memang Ibu tinggal di dalam hutan," balas Bu Rima tidak mau kalah."Gimana Yandi?" tanya Pak Wisnu, mengembalikan ke topik pembicaraan semula."Gimana apanya?" tanya Yandi bingung."Aduh Yandi, kenapa kamu jadi lemot sih! Itu soal nikah bulan depan. Ah ... tanya kamu kelamaan. Nak Mila, gimana menurutmu? Setuju nggak kalau nikah bulan depan?" tanya Bu Rima tersenyum berharap."Ya Bu," sahut Mila santai.

  • Kekasih Simpanan   Bab 45. Nikahkan saja

    Tuan Arga menghentikan mobilnya di sebuah halaman rumah villa yang terlihat mewah namun tidak terlalu besar."Rumah siapa ini, Tuan?" tanya Becca sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah."Tentu saja rumahku. Kalau sedang butuh rehat, biasanya aku ke sini," ucap Tuan Arga sambil keluar dari mobilnya.Becca pun mengikuti. Mereka langsung disambut pengurus rumah, sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi."Ini beneran rumah Tuan Arga?" tanya Becca terkagum-kagum saat memasuki dalam rumah. Ternyata desain di dalam rumah terasa nyaman, walaupun minimalis."Kamu nggak percaya amat sih kalau aku bisa beli rumah disini? Kamu lupa kalau aku ini kaya?!" ucap Tuan Arga sedikit kesal."Hehe iya lupa. Habis rumahnya bagus banget." Becca hanya bisa melemparkan senyum manisnya agar Tuan Arga tidak semakin kesal padanya."Tuan Arga, Nona, silahkan ke taman belakang. Sudah ada minuman dan makanan kecil," ucap Pak Marto, pengurus r

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status