Share

Bab 4. BIARKAN AKU PULANG!

     Gladys merasakan sakit pada seluruh tubuhnya. Pelan-pelan dia beringsut turun dari ranjang. Dengan tertatih dia beranjak menuju kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, dinyalakannya shower dan dibiarkannya air yang mengucur membasahi seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

     Tubuhnya terjajar ke belakang dan perlahan merosot ke bawah hingga jatuh terdudu di lantai. ‘Ya Tuhan, bagaimana harus kuhadapi dunia ini sekarang. Aku sudah hancur, aku juga kotor’ rintih gadis itu. Dia telungkupkan wajahnya dikedua lututnya yang tertekuk. Air mata terus saja membanjiri wajahnya, bercampur dengan guyuran air dari shower. Hatinya benar-benar remuk redam. Dia tak pernah menyangka, pria yang dicintainya begitu tega melakukan hal menyakitkan itu padanya. ‘Aku benci kamu Alfandra Shaquille Bimantara’ geram Gladys dengan suara tertahan.

     Tok! Tok! Tok!

     “Sayang! Kamu ada di dalam?!” terdengar suara ketukan pada pintu kamar mandi bersamaan dengan suara panggilan untuknya. Gadis itu hanya diam membisu. Enggan rasanya menjawab panggilan dari kekasihnya itu. Kekasih yang sebenarnya sangat dicintainya namun menjadi orang yang paling kejam baginya.

     “Sayang! Kamu nggak pa pa, kan?!” terdengar nada cemas dari suara itu. Namun, Gladys tetap diam tak bergerak ataupun menjawab panggilan itu.

     “GLADYS NATHANIA MAHESTRI! Buka pintunya atau aku dobrak!” tiba-tiba Gladys merasakan tubuhnya menggigil saat mendengar suara itu berubah dingin. Perlahan-lahan dia bangkit dan melangkah mengambil bathrobe yang tergantung di sana. Gadis itu tersentak manakala mendapati sorot mata tajam yang begitu mendominasi. Gladys hanya menunduk. Entah kenapa nyalinya berubah ciut mendapat tatapan tajam dari Alfa.

     “Kenapa, kamu suka sekali aku berlaku kasar padamu, hem?” ucap Alfa sambil merapikan rambut Gladys.

     “Alf ... aku ingin pulang,” lirih Gladys.     

     “Kamu sudah di rumah. Mau pulang kemana lagi?!” tanya Alfa datar dan dingin.

     “Alf, aku mohon,” lirih gadis itu memohon. Matanya mulai berkaca.

     “Tidak! Mulai sekarang, kamu akan tinggal di sini bersamaku. Aku sudah memanggil butik langgananku. Nanti siang kita fitting baju pengantin dan minggu depan kita akan menikah. Hari ini, kamu tinggal di rumah. Aku akan mengurus segalanya. Apa kau mengerti Sweetheart?!” tutur Alfa dengan nada suara mendominasi.

     Gladys merasakan tubuhnya membeku dan suaranya tercekat di tenggorokan. Tiba-tiba dia teringat bahwa kurang dua minggu nilai ujiannya akan keluar dan bulan depan dia akan bisa mengikuti wisuda kelulusannya yang akan membuatnya menyandang gelar dokter yang sangat diidamkannya.

     “B-ba-bagaimana w-wisudaku, A-Alf?” tanya gadis itu dengan suara pelan.

     “Kamu akan tetap mengikuti wisudamu asal ... kamu menurut padaku!” ucap Alfa tegas. Kemudian Alfa menuju ke interkom yang ada di kamar itu.

     “Bi Sani, tolong bawa sarapan Non Gladys ke kamar!” titahnya.

     “Sambil menunggu sarapanmu, pakailah gaun ini!” ujar Alfa sambil menyodorkan gaun berwarna peach pada Gladys. Gadis itu menerima gaun itu dan menuju ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Tepat dengan dia yang selesai mengganti pakaian, sudah ada seorang wanita paruh baya yang mengantarkan nampan makanan ke kamar itu.

     “Letakkan saja di meja, Bi!” titah Alfa.

     “Oh ya Bi! Nanti aku akan pergi karena ada yang harus aku urus. Kalo Tante Sherly datang antar dia menemui Gladys. Biar dia dulu yang fitting baju. Dan ya ... tolong jaga dia baik-baik. Jangan biarkan dia pergi dari mansion ini. Mengerti Bi!” ucap Alfa penuh dominasi.

     “Saya mengerti, Tuan,” sahut wanita itu patuh.

     “Oke, Sayang, aku pergi dulu. Kamu habiskan sarapanmu!” kemudian pria muda itu memeluk tubuh Gladys.

     “Jangan coba-coba melanggar perintahku karena aku akan mengetahuinya,” bisik Alfa ke telinga Gladys. Membuat gadis itu semakin membeku. Dia tak menyangka harus hidup dalam sangkar emas kekasihnya.

     “Sssst! Jangan menangis, Sayangku,” ucap Alfa sambil menghapus air mata Gladys.

     “Aku membencimu, Alf,” lirih gadis itu. Alfa hanya tersenyum miring mendengar ucapan gadis itu. Kemudian dia mengecup kening gadis itu dan berlalu dari sana.

     Sebelum benar-benar meninggalkan mansionnya dia telah berpesan kepada semua anak buahnya untuk berjaga dan tak membiarkan Gladys bisa kabur dari sana.

     “Non ... ayo dimakan sarapannya. Nanti Tuan bisa murka, kalo Nona tidak makan,” bujuk Bi Sani. Ya, sejak Alfa pergi Gladys memilih untuk berdiam diri dan tak mau menyentuh makanannya.

     “Bi ... tolong bantu saya keluar dari sini. Saya mau pulang,” lirih Gladys.

     “Maaf Non, saya di sini hanya boleh menuruti perintah Tuan Alfa,” ujar wanita paruh baya itu tak enak hanti. Gladys mendesah kecewa. Selama tiga tahun menjalin hubungan dengan Alfa dia mengetahui fakta sebenarnya tentang seorang Alfandra Shaquille Bimantara. Awalnya, dia hanya tahu jika Alfa hanyalah sekadar pengusaha muda yang sukses.

     “Non, saya hanya bisa berpesan tolong patuhi perintah Tuan dan jangan buat Tuan murka,” ucap Bi Sani.

     “Saya hanya ingin pulang, Bi,” sahut Gladys.

     “Rumah ini, sengaja dibangun oleh Tuan untuk Nona. Karena bagi Tuan Alfa, hanya Nona yang pantas menjadi Nyonya di rumah ini,” ujar Bi Sani. Membuat Gladys tersentak.

     “Maksud Bibi, apa?” tanya Gladys tak mengerti.

     “Iya Nona. Saya sudah lama ikut Tuan Alfa. Sejak beliau masih sangat muda. Dulu, saya ikut orang tua Tuan ketika dia masih berusia remaja. Hingga suatu ketika, kedua orang tua Tuan Alfa meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sejak saat itu Tuan hanya tinggal bersama saya dan beberapa pengawal. Sejak saat itu juga, Tuan berubah. Sebenarnya dia orang yang baik dan lembut. Tiga tahun lalu, tiba-tiba Tuan datang dengan wajah bahagia. Tuan mengatakan jika dia sudah menemukan belahan jiwanya. Tuan juga bilang bahwa dia akan membangunkan istana untuk belahan jiwanya, calon ratu hatinya. Orang itu adalah, Nona,” papar Bi Sani yang secara singkat menceritakan tentang Alfa.

     “Bi ... tolong ceritakan semua tentang Alfa yang tidak saya ketahui,” ucap Gladys dengan tatapan memohon. Bi Sani hanya mengulas senyum lembut.

     “Nona bisa tanyakan langsung kepada Tuan. Saya yakin, Tuan akan dengan senang hati menceritakannya. Sekarang ... sebaiknya Nona makan ya. Lihat! Makanannya sudah dingin,” bujuk Bi Sani.

     “Setidaknya, minumlah susu ini!” kembali Bi Sani membujuk Gladys. Namun, gadis itu tetap keukeuh tak mau memakan makanannya.

     “Nona ... kenapa Nona menyulitkan diri Nona sendiri,” gumam Bi Sani. Gladys bukannya tak mendengar gumaman itu tapi dia sengaja tak memperdulikannya.

     ***

     Sementara itu, Alfa yang saat ini sedang berada di perusahaannya mencoba menahan geram melihat apa yang dilakukan Gladys melalui laptopnya yang sudah dirakit dengan disambungkan ke kamera CCTV di kamarnya. Andai saja saat ini dia tidak sedang menunggu klien penting, mungkin dia sudah melesat kembali ke mansionnya. ‘Gadis ini, masih ingin menguji kesabaranku’  batin pemuda itu. Devan tadi telah melaporkan padanya bahwa urusan pendaftaran pernikahannya sudah beres. Dia pun tersenyum miring. ‘Sepertinya aku memang harus segera mengikatnya’ batin pemuda itu lagi.

     “Devan! Kamu ke mansion sekarang juga. Awasi Gladys!” perintahnya pada Devan yang merupakan asisten pribadinya sekaligus orang kepercayaannya.

     “Baik Tuan!” sahut Devan dengan patuh.

     “Tunggu dulu!” seru Alfa ketika Devan baru saja menyentuh gagang pintu.

     “Ya Tuan!” sahut Devan.

     “Bilang sama Bi Sani untuk fokus mengurus Gladys. Pekerjaan lain limpahkan pada yang lain!” titah Alfa.

     “Baik Tuan,” jawab Devan sebelum akhirnya dia benar-benar pergi dari ruangan itu.

     Tepat pukul sebelas siang, tamu yang ditunggu oleh Alfa pun datang. Tak kurang dari dua jam mereka telah mencapai kesepakatan. Kepiawaian seorang Alfa dalam memikat klien-kliennya memang patut diacungi jempol.

     Waktu menunjukkan jam dua siang saat Alfa memasuki halaman mansionnya. Dahinya mengernyit saat mendengar seperti ada keributan dari dalam mansion.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status