Share

Bab 5. SISI GELAP SEORANG ALFA

     “Ada apa ini!” bentak Alfa dengan suara menggelegar. Para pelayan segera berbaris rapi saat melihat majikannya sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah merah padam dan netra yang berkilat-kilat. Mereka semua hanya menundukkan kepala. Tak terkecuali Gladys yang tak kalah terkejut. Netra Alfa menatap tajam ke arah Gladys yang sedang dipegangi oleh Devan.

     “Devan!” seru Alfa. Devan segera melepaskan pegangannya pada Gladys. Begitu Devan melepaskannya, Gladys langsung mengambil kesempatan itu untuk kabur. Namun sayang, Alfa dengan sigap menangkap gadis itu dan membawanya ke dalam pelukannya.

     “Kau mau kemana, Sayang?! Sebentar lagi Tante Sherly datang lho!” ucap Alfa dengan nada dingin.

     “Alf ...  tolong lepasin aku. Aku harus ke rumah sakit,” mohon Gladys dengan suara memelas.

     “Tidak sekarang, Sayang. Kita harus fitting baju pengantin dan mempersiapkan pernikahan kita,” bisik Alfa. Membuat tubuh gadis itu meremang.

     “Bi Sani, antar Gladys ke kamar!” titah Alfa.

     “Mari Nona,” Bi Sani merangkul Gladys dan mengajaknya ke kamar. Lagi-lagi Gladys mencoba kabur hingga membuat Alfa benar-benar murka karena ulah gadis itu.

     “Sudah cukup GLADYS NATHANIA MAHESTRI!” seru Alfa dengan gigi bergemeletuk. Rahang pria itu mengetat. Tatapannya tajam dan dingin. Bi Sani yang menyadari kemurkaan majikannya tak bisa berbuat apa-apa selain merasa iba pada gadis itu.

     “Devan!” seru Alfa. Devan mengerti apa arti seruan majikannya. Dia segera menyerahkan benda yang diinginkan oleh Alfa.

     “Kamu yang memaksaku berbuat ini. Begitu susahkah untuk menuruti perintahku! Apa yang ada dalam pikiranmu sebenarnya, hah! Aku ingin bertanggung jawab atas apa yang kulakukan padamu. Tapi kamu ... kamu berkeras ingin pergi dariku. Sekarang ... rasakan akibatnya,” bisik Alfa dengan suara dingin setelah dia berhasil memeluk gadis itu dari belakang.

     “Argh!” jerit Gladys merasakan seperti ada sesuatu yang menyengat lehernya. Tak lama kemudian, tubuh Gladys pun terkulai dalam pelukan Alfa.

     “Devan! Batalkan janji dengan Tante Sherly hari ini. Katakan jika Gladys tidak enak badan. Katakan juga, aku yang akan datang ke butiknya saat Gladys sudah membaik!” ucap Alfa dingin dan datar.

     “Baik Tuan,” jawab Devan patuh dan segera menjalankan perintah dari majikannya.

     Sementara itu, Alfa segera menggendong tubuh Gladys yang sudah tak sadarkan diri karena obat yang disuntikkan oleh Alfa. Pria muda itu membaringkan tubuh kekasihnya di atas ranjang.

     “Aku sangat menyayangimu. Tapi kenapa ... kenapa kamu sangat berkeras ingin lari dariku. Aku sampai melanggar janjiku untuk menjagamu hingga kita menikah nanti. Semua itu aku lakukan karena aku tak ingin kehilanganmu,” Alfa bermonolog sambil terus memandangi wajah kekasihnya.

     “Maafkan aku, Sayang. Aku terpaksa melakukan ini padamu,” ucap Alfa. Dia mencium kening Gladys dan bergegas keluar dari kamar itu. Tak lupa dia mengunci kamar itu dari luar.

     “Bi ... tolong jaga Gladys. Aku akan kembali ke perusahaan. Ingat ya Bi! Hanya Bibi yang boleh masuk ke kamar itu dan mengurus Gladys. Aku juga nggak ingin kejadian siang ini terulang lagi!” ujar Alfa.

     “Baik Tuan!” jawab Bi Sani sambil menerima kunci dari Alfa.

     ***

     Alfa melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat Gladys praktek sebagai calon dokter. Dia mencari dokter yang selama ini menjadi pembimbing dari Gladys.

     “Selamat siang dokter!” sapa Alfa seramah mungkin.

     “Anda ... kekasih Gladys bukan?” tanya dokter itu sambil mengernyitkan dahi.

     “Anda benar dokter,” sahut Alfa sambil mengulas senyum.

     “Apa Anda tahu kemana dia? Sudah dua hari ini dia tidak datang ke rumah sakit. Padahal nilainya sudah keluar dan dia bisa mengikuti wisuda periode ini,” tutur dokter itu.

     “Itu juga tujuan saya menemui dokter. Karena saat ini dia sedang sakit. Jadi saya memintanya untuk beristirahat.

     Setelah menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan, Alfa segera berpamitan dan melajukan mobilnya menuju ke Apartement yang ditempati oleh Gladys. Karena Apartement itu juga miliknya, maka dia pun sudah hapal dengan kata sandi masuk ke Apartement itu.

     Dihempaskannya tubuhnya ke sofa yang ada di ruang tengah. Pemuda itu mengaca-acak rambutnya dengan frustasi. ‘Maafkan aku Sayang ... maafkan aku’ gumam pemuda itu.

     Drrrt! Drrrt! Drrrt!

     Tiba-tiba dia merasakan ponselnya bergetar. Ada nama Devan yang tertera di layar ponselnya.

     “Ya Halo!” jawabnya dingin. Tampak seringai mengerikan di wajahnya. Entah kabar apa yang disampaikan oleh asisten pribadinya itu, yang pasti begitu sambungan telepon itu terputus dia bergegas pergi dari Apartement yang selama ini ditempati oleh kekasihnya.

     Alfa melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Beruntung karena siang itu jalanan tampak lengang. Dia terus melajukan mobilnya bahkan ketika dia susah melewati mansionnya

. Pemuda itu membelokkan mobilnya ke halaman gedung yang sudah tampak tua. Ada banyak penjaga di gedung itu. Mereka langsung menundukkan badan begitu melihat Alfa turun dari mobil. Dengan langkah lebar pemuda itu bergegas memasuki gedung.

     Braak!

     Alfa membuka dengan keras pintu sebuah ruangan. Tampak seorang pria yang terikat pada sebuah tiang. Wajahnya babak belur dengan noda darah yang hampir mengering.

     “Jadi kau orangnya?! Yang sudah berani bermain-main dengan Alfa Shaquille Bimantara!” bentak Alfa. Alih-alih menjawab pertanyaan Alfa, tanpa rasa takut pemuda itu justeru tertawa mengejek pada Alfa, membuat Alfa semakin naik pitam dan melayangkan pukulan pada pria itu.

     “Alfa ... Alfa! Kasihan sekali kau! Bagaimana hem ... Apa Gladys sudah meninggalkanmu?! Aku dengar dia meminta putus denganmu!” cibir pemuda itu.

     “Kurang ajar! Apa sebenarnya maumu?! Kenapa kau mengganggu hubunganku dengan Gladys?!” bentak Alfa.

     “Aku mau Gladys,” ujar pemuda itu sambil berbisik namun masih jelas terdengar di telinga Alfa. Kemudian terdengar suara tawa mengejek dari pemuda itu. Alfa yang mendengar itu menjadi semakin geram. Namun, tiba-tiba Alfa menyeringai. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya kemudian terlihat sedang mengutak-atik ponselnya.

     “Jadi ... kau menginginkan Gladys?!” tanya Alfa sinis.

     “Iya! Kenapa? Kau mau menyerahkannya padaku?!” ujar pemuda itu masih dengan tawa mengejek.

     “Oke! Aku akan turuti mau kamu tapi ... coba lihat ini!” ujar pemuda itu sambil menunjukkan rekaman sebuah kamar di mana Gladys sedang terbaring karena tak sadarkan diri. Seketika tawa pemuda itu terhenti. Wajahnya berubah pias.

     “K-Kau ... Apa yang kau lakukan pada Gladys!” seru pemuda itu.

     “Ha ha ha! Apalagi yang di lakukan sepasang kekasih saat berduaan di dalam kamar. Apa perlu aku jelaskan detailnya!” sahut Alfa sinis sambil terkekeh.

     “Oh ya, satu lagi! Minggu depan kami akan menikah jadi ... jangan pernah ganggu hubungan kami atau aku akan habisi kamu!” bisik Alfa ke telinga pemuda itu.

     “Aku akan ampuni kau kali ini. Tapi ... kalo aku tahu kamu mengusik hubunganku dengan Gladys lagi, jangan harap aku akan mengampunimu lagi!” sambung Alfa lagi dengan suara tegas.

     “Devan ... Lepaskan dia! Dan ya ... lakukan seperti biasa, lalu kembalilah ke mansion!” titah Alfa kemudian berlalu dari ruangan itu tanpa menunggu jawaban dari Devan.

     Sementara itu diwaktu bersamaan, Gladys yang sudah sadar sedang menangis tanpa henti. Sedangkan Bi Sani, berusaha untuk membujuk calon nyonya rumahnya agar tak menangis lagi.

     “Non ... sudah, jangan menangis lagi. Tuan sangat sayang kok, sama Nona,” bujuk wanita paruh baya itu. Alih-alih mendengarkan Bi Sani, Gladys justeru makin kencang tangisnya bahkan saat ini, dia sedang memukuli dadanya sendiri.

     “Bibi mohon, jangan seperti ini, Non. Tuan akan makin murka jika Nona seperti ini,” kembali wanita itu membujuk gadis di hadapannya.

     “Aku harus apa, Bi?! Aku harus bagaimana?! Aku nggak mau hidup di sangkar emas ini. Aku ingin melakukan pekerjaanku, mengabdikan hidupku untuk menolong masyarakat,” lirih Gladys.

     “Bibi tahu, Non. Bibi juga mengerti. Percaya sama Bibi, jika Non Gladys menuruti perintah Tuan dan tidak berusaha kabur darinya, Tuan akan penuhi keinginan Nona. Tuan hanya tidak ingin kehilangan, Nona,” terang Bi Sani.

     Tiba-tiba Gladys tertawa meski terdengar sumbang. “Jika dia tak ingin kehilangan aku, kenapa dia masih bersama perempuan-perempuan itu!” sarkas gadis itu. Bi Sani menghela napas panjang. Wanita paruh baya itu sadar benar jika apa yang diucapkan oleh gadis itu memang benar adanya.

     “Mungkin Nona memang benar tapi ada hal yang Nona tidak tahu. Hanya Nona gadis yang Tuan inginkan untuk mendampinginya.

     “Bagaimana Bibi bisa seyakin itu,” lirih Gladys sambil tersenyum kecut.

     “Bibi sudah mengenal Tuan sejak Tuan dan Nyonya Besar masih ada. Dia anak yang baik. Semuanya berubah sejak Tuan dan Nyonya Besar meninggal. Dan sejak ...” Bi Sani menggantung kalimatnya.

     “ ... Sejak apa, Bi?!” tanya Gladys penasaran.

     “Ah maaf ... sebaiknya Nona sekarang makan, sebentar lagi Tuan pulang. Jangan sampai Tuan murka lagi, Nona,” ujar Bi Sani mengalihkan pembicaraan.

     “Bi, tolong ceritakan apa sebenarnya yang membuat Alfa berubah?” rengek Gladys.

     “Maaf Nona, Bibi hanya salah bicara. Apapun yang ingin Nona ketahui tentang Tuan Alfa, bisa Nona tanyakan sendiri kepada Tuan. Sekarang ... Nona makan dulu ya?!” bujuk Bi Sani.

     Gladys yang tak tega melihat wanita parush baya itu, akhirnya mengambil nampan makanan yang di bawa wanita paruh baya itu. Sambil sesekali menyuapkan makanan ke mulutnya, otaknya berpikir keras mencari cara agar dia bisa terlepas dari cengkeraman Alfa. Bukan untuk meninggalkan kekasihnya. Dia hanya ingin mengikuti wisuda dan menjalankan tugasnya sebagai dokter. Gadis itu sadar benar setelah apa yang terjadi, dia tak mungkin lagi bisa lari dari pemuda itu. Tak hanya itu, dia juga berpikir akan mencari tahu apa sebenarnya yang pernah dialami oleh kekasihnya itu. Ya, dia harus memikirkan caranya. Gadis itu teringat ucapan Bi Sani. ‘Mungkin aku harus menuruti saran Bi Sani’ batin gadis itu.

    

    

    

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status