Compartilhar

2 Hati yang Terluka

Autor: Pena Qalbu
last update Última atualização: 2025-08-10 19:06:53

Di kantin kampus, Alsya yang tadinya melamun seketika terkejut karena ulah Keysa yang mengagetkan dari arah belakang. Membuat sang empu menatap kesal. "Kebiasaan, deh."

Keysa hanya senyum kecil, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. "Lagian kenapa sih, melamun mulu? Jangan keseringan melamun, nggak baik, Sya."

Alsya memutar bola matanya malas." Aku nggak melamun, cuma bengong aja." Keysa yang mendengarkannya pun seketika menganga, rasanya ingin mencakar-cakar wajah Alsya sekarang juga jika saja dia tidak ingat perempuan yang di hadapannya saat ini masih seorang sahabat.

"Sya, kamu pilih deh. Mau ditimpuk sama buku ini atau sama sepatu ini?"

Alsya benar-benar senang melihat wajah geram Keysa yang menurutnya lucu. "Nggak ada yang lucu, Sya! Nggak usah ketawa!"

"Hehe, maaf deh maaf, lagian sih kamu pakai acara kagetin aku."

Keysa tersenyum kecil sambil menunjukkan cengiran serta jari tangan yang berbentuk huruf V. "Salah siapa melamun mulu? Ada apa Sya, coba cerita."

Terdengar helaan nafas panjang. "Key, besok ... ada yang mau lamar aku." Tentu saja perkataan Alsya membuat Keysa membulat. "Ah, yang benar, kamu?"

"Masa iya aku bohong soal begini? Buat apa, Key?"

"Terus kamu mau?" Pertanyaan Keysa mampu membuat hati Alsya seketika sesak. Dia sekarang bingung harus bagaimana.

"Nah, melamun lagi."

"Aku juga nggak tahu apa yang harus kulakukan, sekarang." Air matanya pun kembali luruh. Dengan sigap Keysa memeluk Alsya, mencoba menenangkan.

Di satu sisi lain, Reyhan merasakan dilema yang begitu besar. Dia masih ragu soal besok, akankah keputusannya itu tepat ataukah tidak. Ini ujian cinta saya, jadi saya harus bisa melakukannya. Ya Allah, tolong bantu saya menemukan jalan keluar,

"Dokter Reyhan, Mama saya ingin bertemu dengan Dokter nanti sore. Apa Dokter bisa?"

Helaan napas panjang pun terdengar. "Insyaallah, kalau saya tidak sibuk dan tidak ada jadwal di rumah sakit." Selepas mengatakan itu, dia pergi meninggalkan Najma sendiri.

Seperti biasa, Alsya ke rumah Kevin untuk menjemput sang kakak. Dia ingin menceritakan semua padanya dan mencoba meminta saran apa yang harus dia lakukan. Rencana mereka akan pergi ke kafe tempat biasa makan. Mereka berangkat menggunakan mobil Abel. Dalam perjalanan pun Alsya hanya diam sambil menikmati pemandangan dari arah kaca mobil.

"Aku juga mau bilang sesuatu ke kamu, Sya."

Alsya pun menoleh sambil mengerutkan kening. "Apa, Kak?"

"Nanti saja di Kafe." Alsya menjadi penasaran apa yang akan dikatakan oleh kakaknya ini. Karena Alsya melihat keseriusan dari wajah Abel.

Abel memang suka begitu, dia tidak suka membicarakan sesuatu yang penting dalam mobil. Pasti akan menunggu sampai tiba di tempat yang dijanjikan. Karena menurutnya, cerita hal penting dalam mobil itu kurang mengenakkan. Suasana juga kurang mendukung. Tapi ada juga banyak orang yang suka membicarakan sesuatu dalam mobil.

Sesampainya di kafe, mereka memesan makan dan minuman. Beberapa saat setelahnya pesanan diantar. "Kak, kata Ayah dan Bunda besok ada seseorang yang mau lamar aku. Tapi aku bingung, Kak. Harus gimana, dia anak dari sahabat Ayah."

"Kalau dia memang baik, nggak ada salahnya kan Sya kamu terima?"

Pertanyaan Abel memang ada benarnya, tapi Alsya sulit jika harus menerima karena di hatinya sudah bersemayam dengan seseorang. "Atau kalau nggak, kamu nanti istikharah dulu aja. Minta yang terbaik untuk dunia akhirat." Alsya pun mengangguk.

Baru beberapa suap, Alsya teringat sesuatu. "Oh ya, Kak Abel tadi di mobil mau bilang sesuatu. Sesuatu apa?"

"Oh itu ... kamu masih ingat dengan Dokter Reyhan, kan yang di rumah sakit, waktu itu?"

Seketika Alsya mengerutkan kening seraya mengangguk. Ada apa dengan Dokter Rey?batinnya bertanya-tanya.

"Kemarin aku nggak sengaja ketemu ketemu Dokter Reyhan dengan seseorang gitu. Kudengar mereka membicarakan soal lamaran Dokter Reyhan. Dia mau melamar seseorang, Sya, besok. Kudengar diantara mereka sebut nama Najma, gitu."

Dada seketika sesak, jantung seakan-akan berhenti berdetak. Hati begitu sakit kala mendengar fakta itu. Seseorang yang selalu membuat jantungnya berdetak kencang sejak pertama kali bertemu, akan melamar wanita lain. Alsya jadi berpikir, mungkin ini termasuk sebuah jawaban dari pertanyaannya kalau dia harus menerima lamaran dari anak sahabat ayahnya.

Kenapa hatiku sakit? Padahal kan aku dengan Dokter Reyhan nggak ada apa-apa. Hanya sebatas kenal saja, kan?

Malamnya, Reyhan termenung sendiri di balkon kamarnya. Dia masih ingat jelas yang terjadi pada siang itu.

Siang itu, Reyhan harus kembali ke rumah sakit. Tapi sebelum itu dia mampir ke kafe dulu untuk makan siang, karena di rumah tidak sempat makan.

Selesai makan, niatnya ingin langsung pergi, tapi diurungkan karena dia melihat orang yang dikenali masuk ke kafe. Siapa lagi kalau bukan Abel dan Alsya. Awalnya Reyhan ingin menyapa, tapi tidak jadi. Karena mendengar Alsya ingin membicarakan sesuatu. Dengan setia, Reyhan mendengarkan jadi kejauhan.

"Kak, kata Ayah dan Bunda besok ada seseorang yang mau lamar aku. Tapi aku bingung, Kak. Harus gimana, dia anak dari sahabat Ayah."

Deg

Mendengar perkataan Alsya membuat hatinya seketika sakit, dada pun ikut sesak. Alsya termasuk orang pertama yang membuat hati Reyhan bergetar setiap kali bertemu. Orang pertama yang membuat Reyhan bisa merasakan apa itu cinta. Karena sebelum-sebelumnya, Reyhan belum pernah merasakan hal itu kepada siapapun. Ternyata wanita idamannya besok ada dilamar oleh seseorang.

Ya Allah, tolong kuatkanlah hati hamba, jika memang dia bukan jodoh hamba, hapuslah perasaan ini padanya, Ya Allah,

"Kalau dia memang baik, nggak ada salahnya kan Sya kamu terima?" Reyhan melirik Alsya yang tidak ada jawaban. Entah Alsya akan terima atau tidak.

Reyhan merasa jika dia terus ada di sini, hatinya akan terus merasakan sakit. Akhirnya dia meninggalkan kafe tanpa disadari oleh kedua gadis itu.

"Huh!"

Pikirannya berkecamuk, memikirkan soal lamarannya besok, belum lagi soal Alsya. Reyhan berpikir, andaikan Alsya tahu soal perasaan ini, entah apa yang akan terjadi. Kepalanya menjadi begitu berat, belum lagi soal pasien-pasiennya. Untuk besok, Reyhan akan mencoba membicarakan dengan kedua orang tuanya.

Mengingat sudah tengah malam, Reyhan masuk kamar sembari menutup kembali jendela balkon kamarnya.

"Lebih baik saya sholat malam dulu, sebelum tidur. Agar lebih tenang," gumamnya pelan lantas mengambil air wudhu.

"Ya Allah, berikanlah hamba petunjuk untuk besok. Apapun keputusan hamba, semoga semuanya bisa menerima. Lapangkanlah hati hamba, Ya Allah ... gantilah rasa sakit yang ada di hati hamba ini dengan sebuah kabar baik. Jangan biarkan hamba terlalu larut dalam kesedihan, Ya Allah. Rasa cinta ini datang dari-Mu, maka tidak sulit bagi-Mu menghapusnya Ya Allah. Hamba yakin, akan ada jalan yang terbaik untuk hamba yang sudah Engkau tuliskan. Robbana atiina fidzun ya Hasanah, wafil akhiroti Hasanah, faqina adza bannar, aamiin."

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Kritis

    Sedari ijab beberapa jam lalu, Alsya hanya diam. Reyhan yang melihat itu hanya bisa menghela napas panjang, dia tahu, pasti ini berat bagi istrinya. "Dek, kamu capek?" hanya gelengan yang Reyhan dapat. "Kalau capek, kita istirahat saja. Jangan terlalu memaksakan diri, nanti sakit." "Aku nggak papa," jawabnya sedikit acuh, dengan pandangan lurus ke depan. Bohong jika Alsya tidak capek, kakinya sedari tadi terasa pegal, dirinya terlalu naif untuk berkata jujur pada Reyhan. Reyhan yang melihat Alsya sering mengangkat kaki segera bergantian pun berkata, "Kita istirahat sekarang!" Menurut Alsya itu seperti perintah tegas, mau tidak mau, dia menurut. Berlahan tangan Reyhan menggenggam tangan mungil Alsya, tapi ditepisnya."Aku bisa sendiri!" tukasnya seraya meninggalkan Reyhan. Reyhan hanya bisa menatap sendu sang istri. "Apa saya akan kuat menghadapi ini semua?" lirihnya mengikuti Alsya. Dalam kamar, Alsya juga masih diam saja. Dirinya tak tahu, apa yang harus dilakukan. Semuanya teras

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Menikah Lagi?

    Alhamdulillah, acara lamaran berjalan dengan lancar. Alsya tak menyangka, jika Reyhan akan menjadi suaminya, 1 minggu lagi. Walaupun dia masih bertanya-tanya kenapa bisa Reyhan yang melamarnya. "Bun, kenapa Bunda nggak bilang, jika yang mau melamarku itu Dokter Reyhan?""Kamu sudah mengenal dia, Sya?""Iya, Bun, aku sudah mengenalnya, dari dulu." Alsya seketika ingat pertama kali bertemu di rumah sakit, hingga waktu jogging di taman kala itu. "Dia itu Dokter yang menangani Kak Abel waktu aku mengantarkan dia periksa.""Abel sakit apa, Sya?"Alsya menuruti kebohongannya sendiri, dia lupa orang tuanya tidak tau jika Abel sakit. "Itu Bun, asam lambung Kak Abel kambuh, jadinya dia meminta aku mengantarkan ke Dokter Reyhan, dokter yang selalu dia datangi kalau lagi sakit, gitu." Terpaksa, harus berbohong kepada sang bunda. Entah apa yang akan terjadi jika semua keluarga tahu yang sebenarnya, tentang penyakit yang diderita Abel. "Oh gitu, Bunda kira Abel sakit apa sampai periksa ke dokter

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Khitbah

    Ketukan pintu tak membuat Alsya terbangun dari tidurnya. Dia masih tak habis pikir dengan jalan pikiran kedua orang tuanya. "Alsya, Bunda masuk, ya?""Nak, Bunda tahu kamu masih menunggu Nak Arkan, tapi kamu tau sendiri, kan belum ada tanda-tanda sampai sekarang? Apa kamu nggak kasihan nanti sama anakmu? Seandainya nanti dia tanya di mana, ayahnya, apa yang akan kamu jawab? Apa kamu akan jujur, jika ayahnya hilang dan belum ditemukan? Nggak mungkin, kan?""Alsya, Bunda dan Ayah nggak mungkin nemenin kamu sampai nanti, Ayah dan Bunda juga akan tua, anakmu juga butuh sosok ayah, Nak. Kamu juga butuh seseorang la-gi dalam hidupmu. Bunda tahu, pasti berat buat kamu, tapi apa boleh Bunda meminta 1 permintaan ke kamu? Tolong, bersedialah menikah lagi, dan pelan-pelan ikhlaskan Nak Arkan. Kalau Nak Arkan memang masih hidup, sudah dari dulu datangin kamu, kan, Sya? Tapi ini, dia masih nggak ada kabar sama sekali.""Kasihanilah anakmu, Sya. Bunda minta tolong, pikirkan lagi semuanya dengan ten

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Dipaksa Menikah Lagi

    Mengingat perkataan Dokter Silla di RS beberapa jam lalu, membuat Alsya terus saja berpikir, dia takut, takut terjadi sesuatu pada janinnya. "Sya, jangan terlalu dipikirkan, ya. Berdoa saja, semua baik-baik saja. Yang ditakutkan Dokter Silla tadi nggak terjadi.""Bagaimana mungkin aku nggak berpikir, Key.""Besok USG aja ya, aku temenin. Usia kandunganmu kan sudah 10 minggu."Alsya hanya menganggukkan kepala. ***"Bunda Alsya jangan sering kecapekan, jangan angkat-angkat berat dulu, kalau sering sakit itu bisa jadi karena kandungannya lemah. Harus dijaga sendiri, apalagi kandungan bunda masih awal, dan itu rentan keguguran. Jadi harus lebih hati-hati.""InsyaAllah saya akan hati-hati, Dok.""Bunda sudah bisa USG kalau mau, untuk memastikan keadaan janinnya. Ini ada vitamin dan asam folat yang harus bunda minum.""Terima kasih, Dok. Kalau begitu saya pamit, assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam."Seperti yang dikatakan Keysa kemarin, hari ini Alsya akan USG, dia harus tau keadaan janinny

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Suatu Kabar 2

    Hampir 2 bulan, Alsya terus mencari keberadaan Arkan, tapi masih sama. Dia mencari ke sana, ke mari, tak ada tanda-tanda. "Mas, aku rindu," lirihnya pelan sambil memandang foto Arkan. "Kenapa kamu ninggalin aku seperti ini? Kalau kamu masih hidup, tolong kembalilah, Mas Ar, hari-hariku sepi tanpamu. Apa kamu tak merindukanku?" Air mata kembali mengalir deras, dada bergemuruh hemat, dan sesak. Alsya terkejut saat ada yang mengelus ubun-ubunnya. "Sya, makan yuk, kamu dari tadi pagi belum makan, nanti sakit loh." Syifa sendiri mereka nggak tega dengan Alsya, karena setiap hari keceriaannya berangsur hilang. Alsya yang dulu terkenal ceria, sedikit jahil, sekarang jadi pendiam dan sering melamun. Syifa takut, jika Alsya terlalu larut dalam kesedihan, apalagi sampai tidak semangat seperti kala itu. "Aku belum lapar, Bun. Bunda aja duluan sama yang lain, entar aku nyusul kalau udah lapar.""Bunda bawa ke sini ya, makanannya. Nggak boleh nolak, entar Bunda temenin makan." Mau tak mau, Alsy

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Akad Sederhana

    Kabar baik untuk Sandra, Arian sudah diperbolehkan pulang, karena kondisinya sudah membaik. "Kamu serius melakukan ini semua, San? Kalau keluarganya tahu, bagaimana? Apa nggak kasihan, kamu?""Sudahlah, Ra, aku capek. Iya aku serius melakukan ini semua."Aku juga salah, Ra. Tapi aku harus melakukannya, lanjutnya dalam hati.Tiara yang mendengarnya, hanya menghela nafas panjang. Sudah tak tahu lagi, menjelaskan kepada sahabatnya ini. Entah apa yang ada di pikiran Sandra, hingga dia sampai seperti sekarang. Dia bukan Sandra yang Tiara kenal, Sandra tidak seperti itu. Kali ini, Sandra benar-benar berubah."Mas, bagaimana jika kita melakukan akad lagi? Kita ulang semuanya, sederhana saja, di KUA. Siapa tahu, dengan seperti itu, Mas akan ingat lagi." Sejujurnya, Sandra takut, jika Arian memang benar mengingat semuanya. Tapi ini harus dia lalukan."Emm, boleh Dek. Apa sih yang nggak boleh buat kamu. Tapi nunggu Mas pulih dulu, ya, biar maksimal nanti waktu ijabnya." Sandra mengangguk mantap

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status