Share

4. Pemandangan Menjijikkan

last update Last Updated: 2022-08-30 12:33:16

PEMB4LUT SUAMIKU (4)

"Ibuk ... Ibuk ...." 

Aku dan Mira sontak terperanjat mendengar teriakan Danu serta derap langkah kaki yang begitu keras. 

Danu menghampiri kami dengan wajah panik, ketakutan dan sepertinya juga shock. Dia begitu tegang.

"Danu, kenapa, Nak? Ada apa?" tanyaku ikut panik melihat raut wajah Danu. 

"B-buk ... i-itu di sana ...." Danu menunjuk arah kamar. 

"Kenapa? Ada apa di sana?" tanyaku penasaran.

"I-ibuk lihat aja sendiri. D-danu takut. Banyak darah." Sekujur tubuh Danu gemetar. Wajahnya pucat. Melihatnya seperti itu semakin membuatku khawatir.

"Astaghfirullah ... darah?" tanyaku terkejut.

"Mira di sini, ya. Jaga adik!" pintaku.

Tanpa menunggu lama, aku pergi ke kamar. Langkahku terpaku di ambang pintu yang hanya dibatasi kelambu. 

Lututku lemas. Tanganku gemetar melihat pemandangan di depan. Ubin kayu dipenuhi pembalut bekas yang menumpuk, tepat di sebelah ransel Mas Darma yang terbuka. Sepertinya Danu membuka ransel Mas Darma dan menemukan itu. 

"P-pembalut?" Aku sungguh shock melihat tumpukan sampah itu. Perutku terasa diaduk-aduk dan hendak memuntahkan seluruh isinya. 

"Ada apa, Buk?" tanya Mira yang hendak masuk. Namun, dengan tegas kucegah. Aku tidak mau dia melihat pemandangan menjijikkan ini. 

"Mira keluar dulu. Duduk di tangga lihat Bapak apa sudah keluar dari kamar mandi. Nanti bilang Ibuk kalau sudah keluar," pintaku pada Mira. 

Beruntungnya tanpa banyak bertanya, anak itu segera melakukan yang kupinta. 

Tanpa membuang waktu, aku segera memasukkan tumpukan pembalut bekas pakai yang penuh dengan noda darah yang sudah mengering itu ke dalam kantung kresek. Sebagian d4rahnya masih memerah. 

Namun sebelum itu, aku membungkus tangan dengan kantung plastik berlapis-lapis. Tak mungkin aku memegang pembalut-pembalut itu dengan tangan telanjang.

Aku tak tahan aromanya. Anyir bercampur busuk. Rasanya aku tidak tahan dan hendak memuntahkan isi perutku di sini. Namun, aku harus melakukan ini. Aku tidak mau Mas Darma sampai tahu jika ranselnya sudah dibuka oleh Danu. 

Meski, setelah mengetahui ini aku makin dibuat penasaran dan menyimpan sejuta curiga pada suamiku sendiri. 

Apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Jika perihal fisik, okelah wajar ada banyak perubahan. Namun, dari sifat dan perilaku anehnya seperti ini, aku yakin ada yang tidak beres. 

Aku mulai merasa takut dan merasa bahwa Mas Darma bukanlah suamiku yang dulu. 

Beruntungnya semua sudah beres. Tak lupa ku-lap ubin kayu supaya tidak amis dan meletakkan ransel Mas Darma di tempat semula. Berkali-kali kupastikan bahwa semua barang miliknya berada di tempat semula. Jangan sampai Mas Darma curiga. Aku tak mau anak-anak mendengar bentakan kerasnya seperti tadi malam.

Untuk apa sebetulnya Mas Darma mengumpulkan barang-barang bekas ini? Dan milik siapa ini? Tak mungkin punyaku karena aku belum mendapati jadwal haid. Sementara Mira, anak itu belum mendapatkan haid pertamanya di usianya yang kini hampir dua belas tahun. 

Kepalaku sungguh pusing memikirkan semua ini. Aku merasa ini sudah bukan lagi hal yang wajar. Namun, hendak bertanya pun aku tak ada keberanian. Sebaiknya kuselidiki ini sendiri. Aku harus tetap berpura-pura baik-baik saja. Aku tak boleh menunjukkan sikap aneh yang membuat Mas Darma curiga padaku. 

Ya, aku harus menyelidiki ini. 

"Buk, ssstt! Udah belum?" Terdengar desisan yang rupanya Mira melongok dari balik kelambu. 

"Eh, i-iya, Mir," sahutku gugup. Jantungku berdetak lebih kencang. Aku tak sadar sampai melamun memikirkan semua ini. 

"Ibuk ditanya malah melamun!"

"Bapak sudah keluar?" 

Mira menggeleng. "Belum, Buk." 

Aku mengernyitkan dahi. Lama sekali Mas Darma di sana. 

Lagi-lagi aku tidak mendengar percikan air dari dalam kamar mandi. Hening. Kuputuskan untuk mendekat ke arah pintu dan menajamkan pendengaran, mataku terbelalak kaget mendengar suara seperti orang yang tengah mengendus dan mendes4h. 

"Ehm, Mira sama Danu Ibuk boleh minta tolong? Belikan telur dan gula buat Bapak di warung Bi Santi, ya?" pintaku pada mereka berdua. 

Mira dan Danu setuju. Kuberikan sejumlah uang, dan meminta mereka membeli jajanan dengan uang kembaliannya nanti. Mereka begitu girang dan segera berlarian keluar rumah. 

Seperginya mereka, aku kembali mendekatkan telinga ke arah pintu kamar mandi. Suara itu masih terdengar. Tidak salah lagi! 

Meski ragu, dengan jantung berdebar kencang, kuberanikan mengintip dari celah pintu kamar mandi yang berlubang. 

Lagi-lagi aku dibuat terkejut bukan kepalang melihat Mas Darma tengah mengendus-endus pemb4lut bekas yang penuh dengan noda d4rah sembari melakukan on4n*i. 

Aku menjauh dari pintu, khawatir Mas Darma sadar akan kehadiranku. Jantungku makin berdebar kencang. Aku sungguh shock. Berkali-kali aku yakinkan diri bahwa aku tak salah lihat barusan. Mas Darma mengendus-endus barang bekas itu dan begitu menikmatinya. Bahkan tak segan dia menjilatinya.

Ya Tuhan! Astaghfirullah ....

"Siapa sebenernya lelaki itu, Ya Tuhan? Tidak mungkin dia suamiku!" 

Tak ada orang waras yang melakukan hal menjijikkan seperti itu. 

Untuk memastikan, sekali lagi kuberanikan melangkah mendekat. Aku menahan napas, mengintip melalui lubang kecil. 

Seketika jantungku hampir lolos dari tempatnya ketika mendapati sebelah mata juga tengah menatapku dengan melotot tepat di depan lubang. 

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yeni Rosdiani
aduuhhhh.... carita naon deui wae ieu teh, pembalut dikumpulkeun, geleuh aing ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kematian Wanita Perawan Setelah Suamiku Pulang    45. Rumah Baru

    Makam Mas Darma benar-benar kacau. Seolah ada yang sengaja menggali dan mengeluarkan jasad Mas Darma. Tak jauh dari makam Mas Darma, aku memang melihat sebuah cangkul. Kuduga itu akat yang digunakan pelaku untuk mengeruk makam Mas Darma. "Buk, ini tulang apa, Buk? Katanya kita ke makam Bapak. Kok banyak tulang besar-besar, Buk?"Aku mengusap dada, menahan sesak dan juga air mata yang hendak meluap. Siapa? Siapa yang tega melakukan ini, Tuhan! Aku yakin ini perbuatan orang-orang yang masih menaruh dendam terhadap Mas Darma. "Buk, Danu takut, Buk," lirih Danu. Kulirik mereka berdua yang kemudian saling berpegangan tangan. Pandangannya menatap sekeliling dengan raut wajah tegang. Allah ... Allah .... Terus kubisikkan nama Allah dalam hati. Aku harus kuat. Perlahan, aku bangkit. Menghampiri Danu dan Mira, mencoba menjelaskan sesederhana mungkin berharap bisa mereka pahami. "Nak, perlu kalian tahu. Tidak semua orang suka sama kita. Seperti kali ini, ada yang gak suka sama Bapak sehin

  • Kematian Wanita Perawan Setelah Suamiku Pulang    44. Makam Mas Darma Rusak!

    Sampai di rumah, rupanya Pak Ustad dan beberapa orang masih ada di sana. Aku jadi tak enak hati, kasihan Pak Ustad menunggu lama.Mataku terfokus pada karung yang tergeletak di sebelah tangga. Hatiku berdenyut, aku ingat karung itu."Alhamdulillah kalian sudah pulang. Bagaimana keadaan Mira, Pak?" tanya Pak Ustad."Alhamdulillah sudah mendingan, Pak Ustad.""Syukurlah. Jadi bagaimana keputusan Ibu dan Bapak? Tulang belulang Almarhum sudah diambil oleh bapak-bapak ini. Jika memang setuju, pukul sepuluh kita lakukan pemakaman dengan layak. Lebih cepat lebih baik." "Alhamdulillah, terima kasih, Pak Ustad. T-tapi, bagaimana dengan warga? Apa mereka setuju untuk dimakamkan di desa ini?" tanyaku ragu."InsyaAllah mereka tidak keberatan. Sudah kami bicarakan sebelumnya. Untuk salat jenazah, saya pribadi tidak bisa memaksakan mereka. Jika pun mereka tidak mau, tidak apa-apa. Siapa yang mau saja. Yang penting sudah kita perlakukan jenazah dengan baik dan sesuai anjuran." "Baik, Pak Ustad. Al

  • Kematian Wanita Perawan Setelah Suamiku Pulang    43. Pemakaman Kedua

    "IBUK! IBUK! MBAK MIRA, IBUK!" Penjelasan Pak Ustad sontak terpotong karena teriakan Danu yang begitu histeris.Dia menghambur memelukku sembari menangis. Napasnya terpenggal."IBUK, MBAK MIRA, IBUK .... CEPAT!" Astaghfirullah! Kenapa Danu sehisteris ini. Apa yang terjadi dengan Mira?Kasak-kusuk warga kembali terdengar. Namun, tanpa memedulikan itu aku langsung masuk ke rumah menghampiri Mira yang terbaring di kasur. "Astaghfirullah, Nak!" pekikku kaget melihat Mira dalam keadaan kejang parah. Suhu tubuhnya panas tinggi. Matanya terbuka dengan bola mata menghadap ke atas. "PAKDHE, BUDHE!" teriakku sekencang mungkin. Aku tak kuasa menahan tangis. Aku tahu menangis bukan solusi. Namun, siapa yang tak khawatir melihat putrinya demikian. Aku khawatir sumpah serapah ibu-ibu barusan tentang karma Mas Darma menjadi kenyataan. "Ya Allah, Mira!" gumam Budhe tak kalah khawatir.Mira mengerang. Wajahnya pucat kemerahan. Aku begitu panik. Kami semua tidak bisa melakukan apa pun karena tidak

  • Kematian Wanita Perawan Setelah Suamiku Pulang    42. Teror Hantu Mas Darma

    "LAKSMI! LAKSMII! KELUAR KAMU!" Pagi buta aku dikejutkan dengan teriakan warga. Apalagi ini? "LAKSMI CEPAT KELUAR ATAU KAMI BAKAR RUMAHMU?!" Astaghfirullah! Mira terkesiap. Namun, matanya masih terpejam. Dia tidak mengeluh. Namun dari ekspresi wajahnya aku tahu dia kesakitan. Bagaimana tidak, kemarin tubuh Mira dihantam ke sana ke mari saat Nyai berusaha melepaskan diri dari cekalan Pakdhe. Dia juga menendangi barang-barang di dapur hingga berserakan. Tentulah tubuhnya terasa sakit dan ngilu. "LAKSMI JANGAN MENGHINDAR KAMU! KAMU HARUS KELUAR DARI DESA INI!" "USIR LAKSMI! USIR LAKSMI!" sorakan warga makin terdengar heboh. Aku gemetar. Danu pun sampai terbangun dan ketakutan. "Buk, itu kenapa, Buk?" tanyanya risau. "Biar Ibuk yang lihat keluar, ya. Danu di sini jagain Mbak Mira," pintaku. Aku menoleh pada Mira yang masih berbaring dengan mata terpejam. Dia meringkuk sembari memeluk tubuhnya sendiri. Seperti kedinginan. Terpaksa aku harus membuka pintu, khawatir amarah

  • Kematian Wanita Perawan Setelah Suamiku Pulang    41. Mira Kerasukan

    Tok tok tok!Deg! Siapa itu? Siapa yang bertamu maghrib-maghrib begini.Apa jangan-jangan Pakdhe?Setelah malam itu, saat Mas Darma datang padaku, aku menjadi begitu trauma. Aku khawatir kejadian yang sama akan terulang.Tok tok tok!Entah kenapa, detak jantungku makin berpacu dengan hebat seiring ketukan pintu yang terdengar."Assalamualaikum, Nduk. Ini Budhe."Seketika aku bernapas lega ketika mendengar ucapan salam dari luar sana. Rupanya benar, Pakdhe dan Budhe di depan. Ah, aku terlalu paranoid saat ini. Menjadi begitu penakut. Gegas aku membuka pintu. "Waalaikumussalam, Budhe," sahutku sembari membuka pintu."Ini, dimakan." Budhe menyodorkan rantang. "Budhe, aku mohon jangan repot-repot. Aku jadi gak enak. Budhe dan Pakdhe sudah mau membantu kami itu sudah sangat terima kasih," kataku tak enak hati. Kuletakkan rantang itu di meja bulat sudut ruangan. "Sudah sudah, itu namanya rezeki. Wong Budhe juga gak kerepotan kok," timpal Pakdhe. "Oh iya, di mana benda itu, Nduk? Kita bis

  • Kematian Wanita Perawan Setelah Suamiku Pulang    40. Mira Diincar!

    *Dia tidak terima dan ingin mengambil raga Mira sebagai tempat bersemayamnya. Rupanya ruh Nyai itu belum sepenuhnya pergi sebab ada barang miliknya yang tersisa. Yang jelas benda itu memiliki kesamaan dengan mahkota miliknya. Kita harus membakar benda itu sebelum dia berhasil merebut raga Mira. Karena jika sampai terlambat, maka ...." Pakdhe menggantung ucapannya."Maka apa, Pakdhe?" tanyaku tak sabar."Mira yang jadi korbannya, Nduk. Pakdhe tanya kepada Mbah Samun, kenapa makhluk itu begitu mengincar Mira. Katanya, mungkin Mira memiliki aura lebih yang membuat makhluk itu tertarik. Apa kamu ingat weton Mira?" Aku terdiam sejenak. Mengingat-ingat tanggal lahir Mira. "Kalau tidak salah, hari Selasa, Pakdhe. Tapi sebentar, aku lihat dulu. Aku ingat dulu Mas Darma pernah mencatat hari lahirnya di buku nikah kami."Aku beranjak. Membuka lemari dan mengambil tas kain yang berisi hal-hal penting milik kami. "Ini, Pakdhe." Aku menyerahkan buku nikah milikku. Ah, melihat itu aku jadi teri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status