Share

Kembalilah Padaku
Kembalilah Padaku
Author: Meminger

Bab 1

Author: Meminger
Hari ini, aku memutuskan untuk memasak makanan kesukaan suamiku. Aku selalu suka membuatnya senang dan menjaga pernikahan kami. Aku ingin dia tahu betapa aku mencintainya dan betapa bahagianya aku karena dia menikahiku.

Kami langsung menikah setelah lulus kuliah dan kami sudah menikah selama lima tahun. Suamiku yang merupakan seorang miliarder, Jason Santoso, agak dingin dan tidak peduli padaku, tapi setiap hari aku terus mencoba untuk memenangkan hatinya. Kukira aku sudah membuat kemajuan hingga hari penentuan itu yang membuat semuanya berantakan.

Malam itu, Jason masuk ke rumah kami dan langsung pergi ke dapur untuk mencariku. Kehadirannya begitu mencolok. Dia tinggi, tampan, dan berpakaian bagus dengan pakaian CEO-nya. Dia terlihat menarik, terutama ketika dia mengenakan dasi cokelat tua yang senada dengan mata cokelatnya dan rambutnya yang hitam legam. Aku jatuh cinta padanya saat pertama kali bertemu dengannya.

Aku tersenyum dengan hangat ketika aku melihatnya di pintu masuk dapur dan menyambutnya pulang. “Oh, kamu pulang cepat,” kataku sambil berjalan ke arahnya untuk memeluknya dan memberikan kecupan seperti biasanya. Namun, kali ini dia menjauh, menolak kasih sayangku yang membuatku kebingungan.

“Kita harus bicara. Bisakah kamu ikut denganku?” tanyanya, memintaku ikut dengannya ke ruang kerjanya. Aku menyadari dia sedang memegang amplop persegi panjang di tangannya dan dia tampak mengatupkan rahangnya, menandakan bahwa ini adalah urusan yang serius.

“Apakah ada masalah?” tanyaku, merasa tidak tenang. Dia menghela nafas, terlihat tidak nyaman dan mengangguk.

“Aku tunggu di ruang kerjaku,” katanya lalu meninggalkan dapur.

Aku meminta koki pribadi kami untuk mengawasi saus spesialku agar tidak tumpah dan merusak makan malam yang sudah kusiapkan dengan teliti untuk Jason. Lalu, aku meninggalkan dapur dan pergi ke ruang kerja suamiku.

Kami tinggal di rumah besar di perumahan elit di Jakarta Selatan, dikelilingi oleh banyak pelayan dan kemewahan. Walaupun begitu, aku senang memasak untuk suamiku dan melayaninya.

Aku memperbaiki rambut cokelatku yang panjang dan bergelombang di depan cermin di lorong. Aku terlihat cukup menarik. Seharusnya aku tetap tersenyum, tapi aku terlihat cemas karena permintaan suamiku yang tiba-tiba. Dia tidak pernah memperlakukanku begitu dingin.

Aku memegang gagang pintu dan perlahan membukanya, melangkah masuk ke ruang kerjanya. Di sana, Jason sedang duduk di sisi lain meja kerjanya. Amplop itu masih ada di tangannya.

“Duduklah,” katanya, menunjuk salah satu kursi kosong di depannya. Aku setengah tersenyum dengan wajah yang masih kebingungan. Dia bukan merupakan suami terbaik tahun ini, tapi dia tidak pernah memperlakukanku dengan tajam sebelumnya.

“Ada apa, Jason? Apakah ini ada hubungannya dengan perjalananmu ke Surabaya baru-baru ini?” tanyaku sambil duduk seperti perintahnya.

Beberapa bulan yang lalu, dia sempat pergi ke Surabaya untuk urusan bisnis. Sejak dia kembali, dia terlihat begitu sibuk sampai dia jarang pulang ke rumah. Hari ini, dia bilang akan pulang ke rumah, jadi aku menyiapkan makan malam yang spesial untuk merayakan kepulangannya. Aku sudah belajar untuk menangani perjalanan bisnisnya, mengingat dia orang yang penting dan berpengaruh.

“Aku tidak sedang membicarakan pekerjaan. Ini tentang kita,” jawabnya, menyodorkan amplop persegi panjang yang dari tadi dia pegang.

Aku mengambil amplop itu dan membukanya. Terlihat ada setumpuk cetakan kertas. Tanpa bayangan apa pun tentang isinya, dengan enggan aku membaca isi halaman pertamanya. PERJANJIAN PERCERAIAN. Aku terkesiap begitu membaca isi dokumennya.

“Apa maksudnya ini?” tanyaku masih terkejut.

“Jika kamu membuka halaman terakhir, kamu akan melihat tanda tanganku di sana, yang berarti aku sudah menyetujui perceraian ini. Aku hanya membutuhkanmu untuk menandatanganinya juga,” katanya dengan tenang sambil menyodorkan pulpen padaku.

“Apa yang kamu bicarakan, Jason? Kenapa cerai?” tanyaku dengan suara yang gemetar dan jantung yang berdegup. Kenapa dia meminta cerai? Apa yang terjadi? Kenapa dia berubah pikiran seperti ini?

Dia menghela nafas sebelum menjawab, “Ada saatnya ketika pernikahan sebuah pasangan mencapai batasnya, kita sebaiknya bercerai dengan damai. Kamu bisa mempertahankan semua hak perkawinanmu dan memulai kembali hidup baru yang kamu inginkan. Cukup tanda tangani ini dengan hormat.”

“Tidak, Jason. Aku tidak akan tanda tangan apa pun.” kataku, menggeleng kepala tidak percaya. “Sungguh, apa yang terjadi? Setelah semua yang kita lalui, kamu tiba-tiba memintaku menandatangani perceraian? Kamu tidak bisa mengejutkanku seperti ini dan bertingkah seolah-olah ini adalah masalah sepele. Kita sedang membicarakan kehidupan kita dan hubungan kita!”

“Hubungan apa, Laura? Tidak ada hubungan di antara kita. Aku ingin cerai, titik!” Jason melontarkan kata-kata kasar itu padaku.

Tingkahnya begitu dingin tanpa mempertimbangkan perasaanku sedikit pun. Jason yang aku tahu tidak pernah memperlakukanku seperti itu.

“Karena apa, Jason? Bisakah kamu setidaknya memberitahuku kenapa kamu ingin menceraikan aku?” Air mata mengalir dari mataku. Aku masih tidak percaya apa yang sedang terjadi. Terlebih lagi, aku tidak menyangka suamiku akan begini.

Dia menghantamkan tangannya ke meja dan tiba-tiba berdiri. “Cukup tanda tangani dokumen ini!” teriaknya padaku dan aku menangis, menggelengkan kepalaku.

“Aku tidak akan tanda tangani apa pun, Jason! Kamu sudah gila, kisah kita tidak bisa berakhir seperti ini. Aku adalah istrimu, aku mencintaimu, dan kamu mencintaiku juga. Kita menikah supaya kita bisa bersama selamanya. Kisah kita tidak bisa berakhir seperti ini…” tangisku dengan sedih.

Aku bangkit dari kursi dan mendekatinya yang sedang melihat ke luar jendela ruang kerja. “Jason, apa pun kesalahanku, tolong maafkan aku dan mari kita bicarakan.” Aku memohon, menggenggam tangannya. Dia menarik tangannya, menolak menyentuhku.

“Berhenti memaksa, sialan! Tidak bisakah kamu melihat aku sudah tidak tertarik?” Dia begitu kasar, memperlakukanku seolah-olah aku bukan apa-apa. Memperlakukanku seolah-olah aku bukan wanita yang dia bawa ke altar dan berjanji untuk mencintai dan menjagaku sampai akhir hayatnya. Beraninya dia memperlakukanku seperti ini setelah berjanji akan membuatku menjadi wanita paling bahagia di dunia ini?

Termakan oleh amarah, aku mengambil dokumen perceraian itu dan merobek-robeknya. Aku mencoba menyingkirkan hal yang merusak pernikahanku.

“Apa yang kamu lakukan, wanita gila?” Dia mencoba menahanku, tapi sudah terlambat.

“Aku tidak akan menandatangani perjanjian perceraian apa pun, Jason Santoso!” Aku bersikeras dan dia mengumpat sebelum memperbaiki rambut pendeknya dan menatapku.

“Kamu boleh saja merobek dokumen itu, tapi aku masih punya salinannya,” katanya dengan penuh kemenangan, “dan sebanyak apa pun dokumen yang kamu sobek, aku akan terus memintamu menandatanganinya sampai kamu menyerah dan membebaskan aku darimu, Laura.”

“Tidak…”

“Para pelayan pasti sudah mengemas barang-barangku seperti perintahku. Aku pergi. Kamu hanya bisa menghubungiku melalui pengacaraku. Aku akan menunggumu untuk mengumumkan perceraian ini secepatnya,” katanya.

Setelah itu, dia berbalik dan meninggalkan ruang kerjanya, meninggalkan aku yang masih menangis sendirian di sana.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Threis Gantaheng
niatnya pingin baca tapi Pas Liat kata awal Aku jadi males
goodnovel comment avatar
Owoh Lee Lea
berlapang dadah laura,ada hikma nya.
goodnovel comment avatar
Musniwati Elikibasmahulette
sakit juga ya , ikhlaskan saja ,Laura
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kembalilah Padaku   Bab 515

    AnnaAku sedang bersandar di toilet kamar kecil itu, memuntahkan semua yang telah kumakan hari itu. Aku mual dan seluruh tubuhku gemetar, merasa sangat buruk. Aku seharusnya benar-benar tidak minum alkohol sebanyak itu.Lalu, aku mendengar ketukan di pintu bilik. “An, apakah kamu butuh bantuan?” Itu adalah Panca. Dia berada di sisi lain pintu, mengkhawatirkan aku.“Tunggu sebentar. Aku akan keluar,” kataku dengan suara yang tercekat. Aku menyiram toiletnya dan hampir pingsan di lantai. Saat itu sudah pagi. Panca dan aku sedang berada di dalam klub malam, mencoba bersenang-senang. Aku telah memintanya melakukan itu karena aku ingin melupakan masalah-masalah si*lanku, tapi rupanya aku tidak cukup kuat untuk minum alkohol sebanyak itu dalam sekali minum.“Kalau kamu butuh aku, teriak saja,” kata Panca lagi. Dia mengkhawatirkan aku.Aku menghela napas berat dan meninggalkan bilik, beranjak ke wastafel untuk mencuci wajahku. “Ini adalah kamar kecil wanita. Kamu tidak boleh ada di sini,

  • Kembalilah Padaku   Bab 514

    LauraAku duduk di ranjangku sambil memandang ponsel di tanganku. Aku sedang menelepon Anna lagi, setelah ratusan panggilan yang kucoba lakukan. Dia menolak menjawab semua panggilan teleponku. Ponsel dia di luar jangkauan, tapi aku tetap menelepon karena jika tidak, aku akan merasa benar-benar tidak berguna.Aku belum melakukan apa-apa sejak Anna pergi. Berhari-hari telah berlalu dan Anna belum pulang. Kami bahkan tidak bisa menemukan dia. Meskipun kami memiliki kuasa dan pengaruh yang besar, itu semua terlihat tidak berguna ketika berurusan dengan menemukan seseorang yang tidak ingin ditemukan. Tampaknya, Anna berusaha keras sekali untuk tidak ditemukan.Aku meletakkan ponselku di pojokan ranjangku dan menghela napas dengan bahu yang merosot ke depan, merasa sangat kehilangan arah. Ini tampaknya terlalu kejam. Cara putriku bertingkah tidak normal, setidaknya tidak bagi anak perempuan yang jatuh cinta dan pada umumnya membuat keputusan buruk atas nama cinta. Anna mungkin mencintai a

  • Kembalilah Padaku   Bab 513

    AnnaPanca dan aku harus meninggalkan hotel itu karena orang-orang yang dikirimkan ayahku sudah hampir sampai di pintu kami dengan niat untuk menangkap kami.“Bagaimana mereka bisa menemukan kita?” tanya Panca, gundah, seraya dia dan aku berlari pergi dari penginapan itu.Aku juga sangat kebingungan. Aku yakin kami tidak meninggalkan apa-apa. Kami berlari dan bersembunyi di balik sebuah gang, melihat bawahan-bawahan ayahku berlari ke arah yang berlawanan tanpa mengetahui bahwa kami ada di balik pojokan itu.“Apakan mereka akan kembali?” tanyaku, melihat orang-orang itu menghilang.“Jika mereka berhasil menemukan kita di sini, aku yakin mereka akan menemukan kita lagi,” ujar Panca. “Sepertinya ada yang kita lewatkan ….” Dia berpikir, lalu dia menoleh ke arahku dan mulai meraba-rabaku.“Hei! Apa yang kamu lakukan?’ tanyaku, terkejut dengan cara dia merogoh-rogoh tubuhku.“Pasti ada GPS pada dirimu. Itu akan menjelaskan segalanya,” katanya, meraih tasku, membuka ritsletingnya, dan

  • Kembalilah Padaku   Bab 512

    AnnaPanca dan aku berakhir harus pergi ke sebuah penginapan karena saat itu sudah larut malam dan orang-orang yang dikerahkan ayahku tersebar ke seluruh penjuru kota. Kami harus tetap bersembunyi dan menunggu orang-orang itu pergi supaya mereka bisa memberikan kami minuman agar kami bisa melanjutkan perjalanan kami.Ruangan itu biasa saja dengan dekor kasar dan dua kasur di tengah. Karena uang kami menipis, kami tidak bisa pergi ke tempat yang lebih baik. Bukan hanya itu, jika kami melakukan itu, kami bisa menarik perhatian. Begitu kami tiba di sana, Panca langsung mengintip melalui gorden jendela.“Bisakah kamu melihat mereka?” tanyaku, masih ketakutan. Ingatan tentang apa yang terjadi di taman masih segar di dalam diriku.“Sayangnya tidak,” jawab Panca sambil masih melihat-lihat. “Kita berhasil melarikan diri dari mereka. Namun, kita sebaiknya pergi dari kota ini sesegera mungkin.”Aku menghela napas sambil mengangguk dan duduk dengan berat di ranjang, merasa lelah dan kehabisa

  • Kembalilah Padaku   Bab 511

    Anna“Namaku tidak penting,” jawabnya, dengan ketenangan yang membuatku curiga. “Ayahmu menyuruhku untuk menjemputmu. Waktunya pulang.”Jantungku berdegup di dalam tulang rusukku. Bagaimana bisa ayahku menemukanku? Panca dan aku telah sangat berhati-hati hingga sekarang, kami tidak meninggalkan banyak petunjuk yang akan membuat dia atau siapa pun menemukan kami dengan mudah, tapi pria yang dikirimkan oleh ayahku ini mengatakan bahwa dia ada di sana untuk menjemputku pulang.“Dengar, pasti kamu salah orang, oke? Aku bukan orang yang kamu cari,” kataku pada pria itu, tetap waspada.“Ayolah, Nona Santoso,” jawab pria itu. “Ikutlah bersamaku. Keluargamu membutuhkanmu.” Dia mengulurkan tangannya dan mencoba menggenggam lenganku, tapi aku dengan cepat menghindarinya, menyembunyikan lenganku di balik tubuhku.“Sudah kubilang kamu salah orang. Aku bukan orang yang kamu cari,” kataku lagi, dengan cepat melihat ke arah Panca pergi. Aku telah meminta minum di waktu yang tidak tepat.“Untung

  • Kembalilah Padaku   Bab 510

    AnnaTamannya terang, disinari oleh ribuan lampu berwarna-warni. Aku melihat-lihat ke sekitar, terkagum oleh tempat itu. Aku tidak pernah pergi ke taman hiburan di malam hari dan suasana yang semarak membuatku seperti sedang berada di dalam film. Panca terlihat sama gembiranya seperti diriku, dengan mata yang berbinar dan senyuman lebar di wajahnya.“Jadi, apa rencananya?” tanyanya, menawarkan lengannya untukku seperti seorang tuan.“Bianglala,” jawabku dengan cepat. “Aku ingin melihat semuanya dari atas!”Panca tertawa dan membuat gestur dramatis dengan tangannya. “Sesuai keinginan Anda, Nona An!” candanya. Kami pun beranjak ke arah bianglala.Di samping kami, taman itu sangat ramai. Anak-anak tertawa dan berlari di mana-mana. Seorang penjual berondong jagung, mengenakan topi yang besar dan penuh warna, berteriak untuk menarik lebih banyak pembeli. “Berondong jagung panas, berondong jagung manis, berondong jagung asin! Ayo, ayo, jangan lewatkan!”Aku menatap Panca dan tertawa. “

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status