Gerakan canggung dengan tubuh besar sebenarnya tak terlalu nyaman. Namun untuk beberapa alasan, hati yang sebelumnya terasa seperti hancur berkeping-keping, kini telah disembuhkan secara ajaib.
"Jangan menangis, Kalista.""Itu semua salah paman. Seharusnya paman mendengarkan ceritamu terlebih dahulu sebelum membuat keputusan." suara akrab yang ditangkap gendang telinga terasa mengikis hati nurani."Apa longsor salju ini juga sesuatu yang kau lihat dalam mimpimu?" pertanyaan bernada lembut diajukan.Meski dalam kenyataannya, hanya ada ekspresi tajam yang lebih intens yang terlihat. Beruntung si nona kecil telah aman dalam pelukan sang paman. Jika tidak, gadis cantik itu pasti kesulitan menjaga ekspresi tenangnya saat melihat wajah mengerikan wali resminya.Bagaimanapun juga, meski hanya cerita yang dikarang oleh orang lain, Devondion merasa ingin mencabik seseorang yang mungkin merencanakan pembunuhan kakak dan iparnya. Dua orang yang Ia sayangi dan hormati seharusnya hidup dalam kemuliaan.Jika memang ada campur tangan seseorang pada kematian kakak perempuannya dan suaminya, dia bersumpah akan membuat hidup mereka lebih buruk daripada kematian.Sebagai anak yang tidak tahu apa-apa, Kalista hanya bisa menganggukan kepala dalam pelukan sosok jangkung pamanya. Tak lama sampai Ia merasakan belaian halus dari telapak tangan besar yang penuh dengan kapalan."Kalau begitu paman akan mendengarkanmu.""Apakah kau memiliki cara untuk mengurangi dampak kerusakan yang diakibatkan oleh longsoran salju?"Dengan pertanyaan itu, Kalista dapat memastikan jika rencananya kali ini akan berjalan lancar.Gadis cantik itu tidak tahu, jika secara bersamaan, Ia juga telah membangunkan singa yang sudah lama tertidur.***(Tok.. tok.. tok..)Ketukan lembut terdengar di ruang minimalis yang cantik. Di setiap rak yang tersedia, terlihat buku-buku ditata dengan rapi. Sofa lembut menempati tengah ruangan. Dengan meja kecil yang telah dihaluskan setiap ujungnya. Menjadikan benda kasar itu kini tampak lembut dan tak bisa menyakiti siapapun.Kalista meletakan buku yang sedari tadi Ia baca. Setelah mengetahui kebiasaanya mengunjungi perpustakaan setiap hari, pamanya meminta penanggung jawab villa untuk merenovasi tempat itu dengan preferensi anak-anak. Dengan kata lain keamanan, kenyamanan dan keselamatan menjadi prioritas utama dalam pembaharuan ruang penyimpanan buku tersebut.Meski warna-warni yang digunakan cukup mencolok mata, namun kenyamanan memang telah meningkat pesat. Terlebih dengan pelayan yang dengan sigap membawakan minuman dan cemilan kecil begitu Ia menginjakan kaki di tempat favoritnya.Itu benar. Sekarang perpustakaan adalah tempat kesukaanya. Karena di tempat itu, Ia bisa mempelajari banyak hal dari setiap buku yang ada. Dan terpenting, dia harus mempersiapkan diri guna pertarungan kata yang mungkin terjadi di kemudian hari.Dalam kehidupan masa lalunya, Ia adalah anak yang pemalu. Terlebih dengan bekas luka di mata kirinya, itu menjadikan dirinya merasa rendah diri. Tampil di depan umum adalah sesuatu yang mustahil bagi dirinya.Itu sebabnya dia sangat berterimakasih kepada orang-orang yang mau mendekatinya terlebih dahulu. Ia menganggap mereka adalah orang baik dengan hati yang tulus. Saking tulusnya, sampai berani mengklaim setiap penemuanya sebagai prestasi diri.Dirinya yang bodoh dengan senang hati membagikan hasil kerja kerasnya kepada orang lain. Berharap orang itu bisa menyampaikan kepada orang lain penemuanya tanpa menghilangkan dirinya sebagai kontribusi utama.Namun tentu saja, semua tak berjalan seperti keinginanya. Orang baik itu dengan bangga menyatakan hasil penemuan yang Ia sampaikan sebagai prestasi dirinya sendiri. Dengan kata lain, mencuri kerja keras dan usahanya tanpa ragu.Kali ini, Ia akan memastikan tak ada yang bisa mengambil keuntungan darinya seperti itu. Setiap kali dia mendeklarasikan penemuanya, Ia sendiri yang akan menyampaikan pidato. Dalam pertemuan sosial, dia akan melawan siapapun yang dengan maksud tersembunyi maupun terang-terangan ingin menyerangnya.Untuk itu, dibutuhkan pengetahuan luas guna membentengi diri. Dan cara tercepat untuk melakukanya adalah membaca, menyerap dan mempraktekan pengetahuan dalam buku yang Ia baca. Setidaknya sebelum dia kembali ke mansion utama di ibukota, Ia harus selesai membaca setiap buku yang ada di perpustakaan pribadinya.Itu benar. Perpustakaan pribadi. Sebenarnya tidak ada perbedaan besar dengan tambahan kata pribadi itu. Paman yang terlalu menyayanginya itu khawatir konsentrasinya akan terganggu jika terlalu banyak orang yang berlalu-lalang di sekitarnya.Oleh karena itu, perpustakaan yang sejatinya jarang dikunjungi oleh orang lain itu mendapat aturan baru. Siapapun yang ingin memasuki tempat penyimpanan buku tersebut harus mendapat izin terlebih dahulu darinya. Sungguh pertimbangan yang manis.Mengapa dirinya yang dulu tak dapat melihat segala perhatian adik dari ibunya itu. Bukankah akan sangat nyaman jika ada orang yang merawatnya dengan penuh pertimbangkan. Mengingat itu semua membuat Ia ingin menampar dirinya sendiri di masa lalu.(Tok.. tok.. tok..)Ketukan kedua di pintu kayu membuat Kalista kembali dari segala pemikiran masa lalu."Masuk.." gadis berusia sebelas tahun itu memberi izin kepada si pengetuk pintu.(Ceklek.)Terlihat seorang pelayan wanita begitu pintu dibuka. Dengan sikap sopan, si pelayan mendekati putri tunggal pasangan Duke dan Duchess terdahulu."Ada apa Granet?" Kalista bertanya dengan tenang. Tak ditemukan sikap rendah hati ataupun kesombongan dalam tingkah lakunya.Gadis cantik itu bertindak seperti seorang bangsawan sejati. Bahkan Ia telah memiliki karismanya sendiri yang membuat orang-orang merasa hormat.Ada kekaguman tersendiri melihat anak sekecil itu telah mempelajari setiap etika dengan benar. Bahkan, Ia juga terlihat memancarkan aura misterius yang membuat orang-orang sulit mendekat.Bagai bulan di langit malam. Keindahanya tak dapat dibandingkan dengan bintang-bintang yang bertaburan. Tak tersentuh, namun membuat orang-orang mengagumi dan menginginkanya.Diam-diam, pelayan senior bernama Greta itu menyembunyikan kekaguman terhadap nona muda yang Ia layani. Sebenarnya, setelah putri Duke dan Duchess terdahulu sembuh dari sakitnya yang parah, banyak orang yang merasa nona muda menjadi anak yang sangat sulit.Bukan berati sulit dilayani. Hanya saja, para pelayan tak bisa menebak suasana hati sang nona muda.Hal tersebut membuat mereka merasa was-was dan selalu menjaga sikap di hadapan sang nona muda. Berbeda dengan dahulu dimana mereka masih bisa memberi bujukan kepada seorang anak yang sedang bersedih.Ada yang berpendapat jika nona muda akhirnya sudah bisa menerima kepergian kedua orangtua nya. Itu sebabnya sikapnya menjadi seperti nona muda sebenarnya dari sebuah keluarga besar.Ada juga yang beranggapan jika setelah sakit parah, sang nona muda menjadi lebih menghargai hidup nya sendiri.Apapun alasannya, banyak orang yang sebenarnya diam-diam mengagumi sang nona dan ingin menjadi pelayan ekslusif nya. Termasuk dirinya sendiri. Namun, hal tersebut cukup menjadi rahasia pribadi. Orang lain tak perlu mengetahui nya."Lapor Nona Kalista.""Tuan Devon meminta Anda untuk menemui beliau di ruang kerja." pelayan bernama Greta menjawab hormat."Aku mengerti.""Sampaikan kepada paman aku akan segera kesana." balas Kalista."Baik, Nona Kalista.""Kalau begitu saya permisi." si pelayan membungkuk dengan cara yang santun sebelum keluar dari ruangan.'Saat ini, hanya ada satu alasan mengapa Paman memanggilku.''Dan Itu berarti, sekarang sudah waktunya.'“Lalu, apa alasan yang kau berikan atas penyembunyian luka bekas aura yang tidak stabil?” Kalista bertanya datar. “Itu..” “Sebenarnya itu tidak terlalu sakit. Saya juga selalu mendatangi Nona Muda bukan?” suara Leon terdengar sekecil nyamuk. “Setelah kondisinya sudah parah.” Kalista menatap tajam pada Leon. “Lupakan saja.” pada akhirnya Kalista menghela nafas pelan. “Aku tau apa yang kau khawatirkan. Tapi itu semua tidak akan terjadi. Aku masih lebih kuat darimu. Jadi, kau tidak perlu menahan apapun lagi. Segera datang padaku saat kondisimu tidak stabil. Kau mengerti?” suara Kalista terdengar lebih lembut dari sebelumnya. Sebenarnya, masalah ini juga terkait dengan dirinya. Beberapa bulan sebelum datang ke ibukota, dia menemukan jika tubuh Leon telah menumbuhkan beberapa resistensi terhadap sihir miliknya. Itu sebabnya dia memutuskan mencoba sihir tingkat tinggi untuk melakukan penyegelan. Saat itu dia terlalu meremehkan perbedaan kekuatannya di masa lalu dengan t
“Siapa yang Anda lihat dengan tatapan lembut seperti itu, Nona Ruliazer?” suara rendah tiba-tiba menyapa saat Kalista lengah. Sontak, sang nona muda segera menengok ke arah asal suara. Begitu Ia melakukannya, Kalista segera dihadapkan dengan wajah putra mahkota yang tengah duduk di hadapannya. “Ada urusan apa Yang Mulia mendatangi saya seperti ini?” suara Kalista terdengar sangat dingin. Ia masih belum lupa apa yang telah dilakukan oleh pemuda di hadapannya. Jika saat itu seniornya tidak datang dan menyadarkannya dari sihir aneh yang dilakukan oleh putra mahkota, dia pasti sudah masuk ke dalam fraksi putra mahkota tanpa Ia sendiri sadari. “Sebelumnya saya minta maaf karena membuat Anda merasa tidak nyaman, Nona Ruliazer. Saya terus merasa gelisah karena sepertinya Anda menghindari saya setelah kejadian sebelumnya.” Putra mahkota meminta maaf dengan rendah hati. “Itu bukan sepertinya, Yang Mulia. Saya memang sengaja menghindari Anda.” ekspresi Kalista masih sedingin sebe
Hal pertama yang Kalista lakukan setelah sampai di ruang bawah tanah yang rahasia adalah menyetel alarm. Dia tak ingin memancing keributan dengan seseorang yang mengatakan jika dia kehilangan banyak berat badan hanya karena melewatkan satu kali makan siang. Itu sebabnya dia membuat janji dengan orang tersebut untuk makan siang bersama. Seperti biasa, Kalista menghabiskan semua waktunya untuk membaca. Menurut perhitungannya, dia dapat menyelesaikan buku-buku di rak dalam kurun waktu satu tahun. Itupun jika dia tidak melewatkan satu haripun dengan sia-sia. Mengingat seberapa banyak buku yang tersusun pada rak ruang rahasia. Setelah membaca beberapa buku di sana, Kalista dapat memahami bagaimana Profesor Ray membuat seniornya menjadi pemilik menara termuda. Semua buku itu menjelaskan secara rinci bagaimana segala sesuatu tentang sihir berjalan dan cara yang paling efektif untuk penggunaannya. Dan dengan bakat seniornya yang sama-sama memiliki manik lavender seperti dirinya, hanya but
“Jadi, apa ada alasan yang lainya?” Kalista bertanya pada pemuda yang masih terbaring di atas ranjang. “Itu..”“Bisa saja berbahaya, Nona Muda.” suara yang rendah menunjukan ketulusan hati.Kalista yang melihat itu semua merasa hatinya melembut. Kucing hitam yang Ia besarkan ternyata sudah bisa mengkhawatirkan pemiliknya. Pada akhirnya, senyum lembut tak bisa ditahan. Kalista kemudian mengacak helai hitam Leon sebelum berkata, “Istirahatlah.”“Aku akan datang besok pagi.” ucap gadis itu sebelum pergi. Setelah malam itu, Kalista memang menepati janjinya. Keesokan paginya, dia mengunjungi kamar Leon dan mulai memeriksa keadaan pemuda itu. Setelah memberi beberapa perawatan, Kalista akan mulai membaca beberapa buku di samping Leon.Hal tersebut berlangsung selama tiga hari. Tidak seharipun Kalista tak mengunjungi kamar Leon dalam kurun waktu tersebut. Jika itu hari biasa, Leon akan sangat senang karena bisa menghabiskan banyak waktu dengan nona mudanya. Namun saat ini, dia memiliki k
Malam semakin larut. Dengan bulan yang seakan berada di atas kepala. Hal tersebut menunjukan jika saat ini sudah hampir tengah malam. Di sebuah kamar dengan ranjang king size di tengah ruangan. Terlihat seorang pemuda yang sedang berbaring dengan nyaman. Wajahnya yang tampan tampak pucat. Seolah-olah darah telah dikuras dari tubuhnya. Meski begitu, nafas yang terdengar begitu tenang. Di sisi pemuda itu, duduk sosok cantik dengan rambut hitam yang berkilau. Manik lavender nya tak sekalipun teralihkan dari wajah tampan sang pangeran tidur.Kalista yang membawa pulang Leon secara pribadi masih merasa menyesal saat melihat keadaan pemuda yang tengah terbaring di tempat tidur. Jika dia bukan majikan yang perhatian, bukankah pemuda itu akan mati dengan kondisinya yang sangat mengerikan tersebut. Tulang rusuk patah, pendarahan di hidung, mata dan telinga. Belum lagi batuk darah yang membuat pemuda itu kehilangan banyak darah. Jika hanya itu saja, dia akan merasa lebih baik. Namun, lebih
“Sekarang, apa kau mau mengatakan yang sebenarnya?” Leon bertanya dengan ramah.Jika orang-orang tak melihat apa yang pemuda itu lakukan sebelumnya, mereka akan berpikir pemuda itu adalah orang yang sangat tampan dengan kepribadian yang baik. Tak akan terbersit sedikitpun dalam benak mereka jika anak muda setampan itu telah melakukan hal yang sangat kejam terhadap orang yang dianggapnya musuh. “I..”“Itu adalah seorang wanita paruh baya.” dengan suara gemetar, satu-satunya sosok berbaju hitam yang masih tersisa menjawab. “Wanita paruh baya?” Leon bertanya memastikan. “Itu benar.”“Saya sama sekali tidak berbohong.”“Seorang wanita paruh baya datang dan mengatakan hal penuh omong kosong seperti membuat rekaman yang berisi perbuatan tidak senonoh Nona Muda Ruliazer.” sosok berbaju hitam menjelaskan dengan tergesa-gesa. “Ah..”“Jadi, kau berencana untuk menyentuh nona mudaku dengan tanganmu yang kotor.” senyum ramah sebelumnya berubah menjadi senyum dingin. “Tidak.”“Saya tidak ber