Empat tahun kemudian.Seorang pria berpakaian mewah datang mendekatinya dan menimpa tubuhnya.Pakaiannya dirobek dan setiap inci tubuhnya diraba dengan lancang oleh pria itu, sementara dirinya tidak bisa mencegahnya sedikit pun ....Dia sangat ingin melihat wajah pria itu, namun wajah pria itu tidak jelas di dalam ruangan yang remang-remang tersebut. DIa hanya bisa melihat sepasang mata. Sepasang mata yang tajam seperti elang, yang meskipun mereka sedang melakukan hal yang sangat intim, sama sekali tidak terlihat goyah.Tatapan itu membuat Rachel kaget.Detak jantungnya tiba-tiba seolah berhenti berdetak, dan kemudian, dia membuka matanya tiba-tiba."Ma, Mama mimpi buruk?" Sebuah suara lembut terdengar di telinganya.Rachel kaget saat menyadari dia bermimpi seperti itu di pesawat.Dia memimpikan apa yang terjadi pada malam ulang tahunnya yang kedelapan belas lima tahun lalu, ketika dia dijebak oleh Shania ....Setelah bertahun-tahun, dia sudah mengikhlaskan kejadian itu. Dia benar-bena
Darren dibawa ke ruang VIP oleh pengawal.Seorang pria dengan aura yang berwibawa duduk di sofa kulit.Pria itu mengenakan setelan jas hitam. Sorot matanya dingin. Bahkan kalaupun dia tidak bersuara, aura yang memancar dari tubuhnya itu bisa membuat orang terintimidasi.Mata elangnya bergerak dan mendarat di Darren yang berumur empat tahun.“Papa sudah pernah bilang belum ke kamu, tanpa izin dari Papa, kamu nggak boleh keluar sendiri?”Darren menegakkan punggungnya dengan keras kepala, “Aku hanya keluar jalan-jalan, apa itu juga nggak boleh?”“Nggak boleh.” Suara Ronald tegas dan matanya sedingin es.Dia berdiri dan berjalan menghampiri Darren, “Apa kamu nggak tahu berapa banyak orang yang mengawasimu di luar sana? Bisa-bisanya kamu keluar begitu saja. Apa kamu tahu apa yang kemungkinan menunggumu di luar sana?”“Nggak tahu!” Darren menggelengkan kepala kecilnya.Dia teringat pada wanita yang baru saja dia temui.Kalau mereka sudah mendapatkan informasi mengenai wanita itu, dia masih i
Rumah keluarga Winata terletak di Lakefront Villa.Pemandangan di sini sangat elegan dan tenang, merupakan ciri-ciri khas kompleks perumahan orang kaya.Pelayan memimpin jalan masuk ke dalam vila dengan hormat. Rachel pun menggandeng kedua anaknya masuk.“Rachel, kamu akhirnya pulang juga ....”Rima Winata telah menunggu lama di pintu vila. Ketika melihat Rachel masuk, dia merasa seperti melihat putrinya yang mati muda. Putri cantiknya yang berumur pendek.Sekarang, nasib cucu perempuannya juga tidak baik ....“Nenek ....”Rachel bersandar di bahu neneknya dan merasakan kedamaian sesaat di hatinya.Jika dia harus menyebutkan orang yang masih dia pedulikan di dunia itu, maka orang itu adalah neneknya ....Dia tinggal di kota kecil di luar negeri, tetapi meskipun demikian, neneknya mengutus orang untuk mencarinya dan sering membujuknya untuk kembali.Namun, dia tahu banyak orang di keluarga Winata yang tidak menyambut kepulangannya, kecuali neneknya. Makanya dia terus menundanya ....“In
"Nenek, aku pulang untuk membicarakan bisnis dengan keluarga Winata.”Rachel membuka tas yang dibawanya dan mengeluarkan sebuah dokumen.Dia meletakkan dokumen di atas meja dan berkata dengan tenang, “Aku belajar pemrograman komputer waktu kuliah, belajar di Harvard selama empat tahun dan telah mengembangkan sebuah chip pintar. Chip ini belum ada di pasaran dan aku sedang mencari partner kerja sama. Aku berharap bisa bekerja sama dengan keluarga Winata.”“Hei, Rachel, kamu pikir kami langsung mau bekerja sama denganmu hanya dengan mendengarkan perkataanmu itu?” Siska mencibir dengan nada menghina, “Perusahaan keluarga Winata adalah salah satu dari sepuluh grup perusahaan terbesar di Suwanda. Apa kamu tahu ada berapa perusahaan yang ingin bekerja sama dengan kami? Kami bahkan nggak repot-repot mempertimbangkannya! Siapa kamu?”Rima baru saja ingin mengatakan sesuatu, tetapi disela oleh Hengky Winata, paman tertua Rachel.Hengky melangkah maju dan berkata, “Ma, Rachel adalah keponakanku.
Begitu Siska selesai bicara, tatapan tajam yang tak terhitung jumlahnya serentak tertuju padanya.Tatapan paling dingin dan tajam adalah tatapan dari Rima. Tatapan sang nenek seperti sedang memberinya peringatan keras serta memberitahunya kalau sang nenek marah. Seandainya bukan karena ada banyak orang di sana, Siska merasa neneknya akan memukulnya dengan tongkat.Siska menelan ludah dan mundur dengan perasaan kesal.Namun, Siska tidak sengaja menginjak putranya. Putranya spontan menangis karena kesakitan.Siska langsung menampar putranya dengan kesal, “Nangis apa kamu? Lagi berkabung?”Egi yang berusia sekitar lima atau enam tahun berteriak sambil menangis, “Mama jahat, Mama penyihir. Aku nggak suka lagi sama Mama!”Siska yang sejak awal sudah dalam suasana hati yang buruk, ditambah lagi putranya meneriakinya seperti itu di depan semua orang. Dia sangat marah sampai ingin menampar putranya lagi.Ibu dan anak itu membuat suasana ruang tamu menjadi ricuh.Rima terlihat sangat marah. Nam
Dengan secepat kilat, seseorang menyiramkan segelas air panas yang mengenai tepat di dada Siska.Siska spontan melompat karena kepanasan. Tamparannya pun tidak mengenai wajah Michelle.“Siapa? Siapa yang siram aku pakai air panas?!” bentaknya.Siska sangat marah. Begitu menundukkan kepala, dia melihat Michael yang memegang sebuah gelas kosong.Siska seketika tidak peduli tentang apa pun lagi. Dia bergegas menarik kerah baju Michael dan hendak menampar anak itu.Namun ….Tangan Siska yang terangkat dicekal oleh Rachel. Cengkeraman Rachel yang begitu kuat membuat Siska merasa tulangnya seakan telah hancur.“Kamu menindas kedua anakku selagi aku nggak ada. Setelah bertahun-tahun Kak Siska masih seperti dulu, nggak berpendidikan.”Rachel menghempaskan tangan Siska dengan kuat. Kemudian, dia membungkuk dan menarik Michael dan Michelle ke dalam pelukannya.Emosi Siska semakin meledak.Dia menunjuk Michelle dan berkata dengan marah, “Anakmu ini hebat sekali. Berani-beraninya dia nampar anakku
Rachel pergi ke Winata Group kali ini untuk menanamkan chip yang dia kembangkan ke dalam program produk Winata Group.Sopir mengemudikan mobil di depan, sedangkan Rachel dan dua anaknya duduk di kursi belakang.“Michael, nanti kamu sama Michelle main di ruang tunggu, ya. Kalau Mama sudah selesai kerja, Mama akan bawa kalian pulang, oke?”Michael mengangguk, “Mama, aku nggak akan biarkan Michelle diganggu. Mama kerja saja dengan tenang.”“Pintar sekali anak Mama.”Rachel mengelus kepala Michael, lalu dia mencium wajah putrinya.Wajah cantik gadis kecil itu begitu lembut, seperti permen kapas. Rachel tidak tahan untuk tidak mencubitnya.“Mama, kenapa Mama diam-diam ganggu Michelle?!”Michael cepat-cepat bicara untuk menghentikan ibunya.Rachel merasa sedikit bersalah, “Ehem, Michelle benar-benar sangat imut dan menggemaskan. Mama nggak tahan ....”Tiba-tiba, mobil direm mendadak.Tiga orang yang duduk di kursi belakang langsung tertarik ke depan pada saat bersamaan.Kemudian, terdengar b
Rachel yakin seratus persen kalau pria itu adalah Ronald.Namun, kenapa pria itu menyangkalnya?Rachel mengingat kembali kejadian barusan. Kemudian, wajahnya menjadi muram.Jangan-jangan Ronald mengira Rachel sengaja menggunakan Michelle untuk mendekatinya?Bisa tidak jadi orang tidak usah senarsis itu?Rachel memutar bola matanya dengan sangat anggun.Rachel menunduk untuk menatap putri dalam gendongannya, lalu dia mendapati mata besar Michelle masih menatap lekat mobil Ronald yang sudah pergi jauh.Rachel terkejut dan spontan bertanya, “Michelle, kamu kenal orang itu?”Namun, gadis kecil itu tidak menanggapi pertanyaannya.Sampai mobil itu telah menghilang di jalan, Michelle baru mengalihkan pandangannya dan memeluk leher Rachel dengan patuh.Rachel melihat ke punggung telapak tangan sopirnya dan merasa sangat bersalah, “Maaf, Pak. Michelle kadang bisa gigit orang kalau lagi panik. Kita ke rumah sakit obati dulu, ya ....”Sopir itu malah mengibaskan tangannya dan berkata, “Sangat waj