Share

Bab 3

Rachel bahkan tidak punya waktu untuk berduka atas kematian kedua anaknya tadi. Dia berbaring di lantai yang berlumuran darah itu dan kram di perutnya kembali muncul.

Rasa sakit seperti ini sangat familier. Sakitnya sama seperti ketika dia mau melahirkan tadi ….

Dia menyentuh perutnya dan merasa ada yang aneh.

Jangan-jangan, masih ada anak di perutnya ….

Mata Rachel tiba-tiba melebar.

Dia tidak berani menunda lebih lama lagi. Dia dengan cepat mengerahkan kekuatannya untuk mendorong, dan darah pun menyembur keluar lagi.

Dia merasa tubuhnya terkoyak-koyak lagi. Kalau bukan karena seperti ada suatu kekuatan yang mendukungnya, dia mungkin sudah pingsan dari tadi.

Namun, dia tahu dia tidak boleh pingsan.

Kalau dia tidak sadarkan diri, maka anak di perutnya akan mati lemas.

Dia menggigit ujung lidahnya sampai lidahnya terluka, dan akhirnya menjadi lebih terjaga.

“Uwaaa ….”

Sebuah tangisan samar-samar terdengar.

Kilatan harapan muncul di mata Rachel yang penuh dengan air mata.

Dia bersusah payah untuk mendudukkan diri sedikit dan melihat ke bawah ….

Dua anak lagi!

Dia ternyata melahirkan anak kembar empat!

Pantas saja perutnya besar sekali!

Pantas saja nafsu makannya selalu meningkat setiap harinya!

Ternyata dia hamil anak kembar empat. Bagaimana bisa dia melahirkan anak kembar empat ….

Namun, dua anak pertamanya tadi sudah tiada ….

Kalau Shania membawa dua anak pertamanya ke rumah sakit dengan tepat waktu, kedua anak itu mungkin bisa selamat.

Namun, dia baru tahu sekarang bahwa semua hal yang terjadi padanya dulu adalah rencananya Shania.

Demi merebut statusnya sebagai pewaris harga keluarga Hutomo, Shania ternyata bisa segila itu.

Rachel tidak akan membiarkan keluarga Hutomo lepas begitu saja ….

Dia menguatkan dirinya dan merangkak ke arah kedua anaknya itu.

Satu laki-laki dan satu perempuan.

Kedua anaknya itu berlumuran darah, tetapi darahnya itu tidak bisa menutupi pupil mata mereka yang indah.

Kedua anak ini adalah darah dagingnya. Dia akan menggunakan nyawanya untuk melindungi mereka.

Rachel menggendong kedua anak itu ke dalam pelukannya ….

Tiba-tiba, dia merasa hawa panas di sekitar.

Dia mendongak dan melihat ada api menyala di depan pintu gudang.

Api itu sudah berkobar cepat ke dalam gudang, membakar celah pintu besi. Perabotan di dekat pintu juga sudah mulai terbakar.

“Tidak … Tolong! Kebakaran! Tolong!”

Rachel menggedor pintu seperti orang gila.

Tidak ada respon dari luar.

Samar-samar, dia sepertinya menyadari sesuatu.

Kebakaran ini disengaja!

Shania secara tidak langsung telah membunuh anak-anaknya, dan sekarang wanita itu ingin membakarnya hidup-hidup!

Karena, sebagian besar saham Hutomo Group masih ada di tangannya.

Selama dia masih hidup, dia akan selalu menjadi pemegang saham terbesar Hutomo Group, sehingga posisi Shania sebagai pewaris tidak aman.

Karena itulah, dia harus mati.

Dia pendarahan besar karena melahirkan, ditambah terjebak dalam kebakaran. Alasan kematiannya akan menjadi sangat wajar.

Rachel melangkah mundur karena lidah api yang besar. Kedua anaknya masih mengisap jari mereka di gendongannya, tidak menyadari bahwa bahaya akan segera datang.

“Nak, Mama nggak akan membiarkan kalian kenapa-napa ....”

Dia menyipitkan matanya, lalu menoleh ke arah jendela setinggi dua meter.

….

Kediaman keluarga Hutomo kebakaran di tengah malam. Apinya sangat besar.

Ada banyak barang yang mudah terbakar di dalam gudang, sehingga ketika angin bertiup, apinya menyebar dengan cepat.

Meskipun mereka segera memanggil mobil pemadam kebakaran, apinya terlalu besar, sehingga seluruh vila itu terbakar. Barang-barang senilai miliaran juta juga hangus terbakar.

Apinya baru padam di subuh hari.

Pelayan datang melapor, “Pak, tempat kejadian sudah dibersihkan. Petugas pemadam kebakaran bilang ada orang yang sengaja menyebabkan kebakaran ini ....”

Kepala keluarga dari keluarga Hutomo, Sandi Hutomo, memukul meja, “Sengaja? Siapa yang berani membakar rumah keluarga Hutomo? Besar sekali nyalinya. Cepat selidiki siapa orang itu!”

Shania yang berada di samping mengejapkan matanya karena kaget. Dia berkata dengan lembut, “Pa, ini bukan saatnya untuk mencari pelakunya. Cepat suruh mereka cek apa ada orang yang terluka? Di rumah ini ada puluhan orang, jangan-jangan ada orang yang ikut terbakar ....”

Pelayan menggelengkan kepalanya, “Apinya berasal dari gudang. Di sana nggak ada orang, jadi nggak ada korban.”

Apa?

Tidak ada korban?

Shania terbelalak kaget.

Wanita itu jelas-jelas hidup di gudang, dan pintunya sudah dia kunci. Api tadi seharusnya membakarnya sampai mati.

Kenapa tidak ada korban?

Kalau Rachel berhasil kabur, maka semua rencananya akan kacau.

Dia mengambil napas dalam-dalam dan berkata perlahan, “Pa, Kak Rachel dikurung di gudang. Dia tiba-tiba mau melahirkan semalam dan memohon padaku untuk mengantarnya ke rumah sakit. Aku nggak mau …. Apa jangan-jangan Kak Rachel yang sengaja menyebabkan kebakaran ini karena dia kesal?”

“Kenapa aku bisa punya anak pembawa sial seperti dia, sih? Kalian, pergi cari Rachel. Kalian harus membawanya kembali!”

Ekspresi di wajah Sandi penuh amarah.

Barang-barang bernilai miliaran juta terbakar habis. Setelah ini, dia masih harus membayar uang ganti rugi yang mencapai triliunan.

Kalau keluarga Hutomo tidak memiliki ‘fondasi’ yang kuat, mereka mungkin akan bangkrut.

Pada saat ini, seorang pelayan tiba-tiba datang melapor, “Pak, ada satu mayat wanita ditemukan di danau yang jaraknya satu kilometer dari kediaman keluarga Hutomo. Wanita ini diduga adalah Non Rachel ....”

“Kak Rachel putus asa dan melompat ke sungai untuk bunuh diri. Ini semua salahku ....”

Shania menghela napas lega, namun wajahnya basah karena air mata, “Anak-anak Kak Rachel yang semalam baru lahir jadi nggak punya mama lagi sekarang, gimana ini ....”

Sandi sama sekali tidak sedih atas kematian putrinya. Wajahnya penuh amarah dan ketidaksabaran, “Untuk apa kita merawat dua anak haram itu? Cari saja panti asuhan dan antar ke sana, supaya nggak menyusahkan Papa!”

“Pa, dua anak itu mirip sekali dengan Ronald Tanjaya ...,” ujar Shania perlahan, “Pria yang tidur dengan Kak Rachel delapan bulan lalu kemungkinan adalah kepala keluarga dari keluarga Tanjaya, Ronald Tanjaya ....”

Sandi Hutomo berkata dengan tidak percaya, “Ronald Tanjaya ....”

Keluarga Tanjaya adalah keluarga yang berada di puncak piramida sosial di Suwanda. Keluarga Hutomo hanya bisa mendongak melihat mereka dari bawah ....

“Berapa banyak orang yang ingin bekerja sama dengan keluarga Tanjaya, tapi nggak punya kesempatan. Saat ini, anak Ronald Tanjaya berada di tangan kita.Kenapa kita nggak memanfaatkannya saja?”

Sandi menyipitkan matanya dan bertanya, “Shan, apa maksudmu?”

"Aku akan membawa kedua anak ini ke kediaman keluarga Tanjaya.”
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nunnn
......... ternyata kembar empat... lanjut bab berikutnya,,, sampai mana kemiripan dg novel sebelah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status