Share

16. Kunjungan Klan Zhao

Author: Murlox
last update Huling Na-update: 2025-08-02 08:28:36

Beberapa saat kemudian, setelah merencanakan langkah selanjutnya, Feng Longwei memutuskan untuk mengisi perutnya. Ia berjalan pergi menuju dapur di kediamannya—Paviliun Bulu Ilahi. Langkahnya ringan, penuh energi.

Namun, saat ia sampai di ambang pintu dapur yang reyot, ia dihadapkan pada kenyataan yang sudah ia ketahui: tak ada satupun pelayan. Dapur itu kosong, dingin, dan sunyi.

Feng Longwei menghela napas berat, merasakan betapa sunyinya tempat itu. Ia adalah satu-satunya penghuni Paviliun Bulu Ilahi yang sederhana dan lusuh ini.

Tak ada pelayan, apalagi penjaga. Sejak mendiang ibunya meninggal bertahun-tahun yang lalu, dan statusnya sebagai pangeran yang tidak diinginkan semakin jelas, Kaisar dan keluarga kekaisaran lainnya seolah melupakannya. Paviliun ini telah menjadi tempat pengasingannya, sebuah rumah sekaligus penjara yang sunyi.

Tapi kesunyian ini bukan masalah besar baginya lagi. Ia sudah terbiasa dengan hal seperti ini semenjak ibunya meninggal.

Bertahun-tahun hidup dalam
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   126. Apakah Ini Akhir?

    Sementara itu, jauh di belakang, pertarungan lain mencapai puncaknya. Feng Longwei masih berhadapan dengan pasukan Violen. Aura suci di tubuhnya bergetar hebat, tapi sinarnya belum padam. Ia sudah menghabisi sebagian besar Dark Sorcerers dan kini berdiri di antara sisa-sisa meriam baja yang meleleh. Namun bumi kembali bergetar. Suara berat seperti rantai logam raksasa beradu terdengar dari langit. Dari pusaran hitam di atas kepala, keluar sosok kolosal—tinggi seperti menara, tubuhnya dililit rantai dan api ungu. Dua mata merah menyala dari wajah tanpa bentuknya. “Roh Iblis Perang!” teriak Violen bangga. Suara tawa menggema di antara badai kegelapan. “matilah kau, bocah! Ini merupakan kekuatan sejati Dewa Kegelapan!” Feng Longwei mengangkat pandangannya. Matanya yang bersinar emas memantulkan sosok raksasa itu tanpa gentar. Roh Iblis Perang mengayunkan pedang raksasanya, menebas dari atas dengan suara menggelegar. Tapi Feng Longwei melangkah ringan ke samping—teknik Langkah Dew

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   125. Kekacauan Medan Perang

    Garis belakang pasukan Dinasti Barat tampak kacau. Ledakan demi ledakan menghiasi langit malam, tapi kali ini suara meriam baja mereka mulai melemah. Tembakannya kini melambat. Para pengisi amunisi berteriak panik, sebagian mati terbakar, sebagian lagi melarikan diri dari area yang dipenuhi ledakan. Hanya satu orang yang menjadi sumber kekacauan itu. Sosok yang berdiri di tengah kobaran api—Feng Longwei. Setiap gerakannya seperti badai emas yang memurnikan dunia. Menghapus jejak kegelapan. Para Dark Sorcerers menatap pemuda itu dengan ngeri. Sihir mereka yang seharusnya mampu menghapus satu gunung dalam sekejap, justru meleleh di hadapan kekuatan suci yang keluar dari tubuhnya. “Dia... sendirian menghancurkan seluruh barisan artileri kita!” teriak salah satu Dark Sorcerer panik. “Jangan biarkan dia mendekat ke meriam lain!” sahut lainnya. Namun tak satu pun berani maju. Violen menggertakkan giginya. Wajahnya pucat, urat di pelipisnya menegang. “Pengecut! Satukan semua kekuatan

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   124. Melawan Kegelapan

    “Dewa Yang Agung Menghendaki Kehancuran!” Suara itu menggema serempak. Puluhan Dark Sorcerers mengangkat tongkat hitam mereka ke langit. Dari ujung setiap tongkat, cahaya ungu gelap membumbung, bergabung membentuk pusaran besar di langit hitam. Dalam hitungan detik, formasi sihir raksasa terbentuk. Lingkaran sihir berwarna ungu pekat berputar perlahan di udara, memancarkan kilatan petir hitam dan semburan api liar. Udara mendadak menjadi berat. Tanah bergetar hebat. Feng Longwei menatap langit. Bayangan besar terbentuk di dalam pusaran sihir itu—bola api ungu raksasa sebesar menara mulai terbentuk, berpijar dengan cahaya pekat yang mampu menelan segala hal di bawahnya. Bola api itu jatuh. Seperti meteor dari neraka. Angin panas menerpa wajah Feng Longwei, membakar kulitnya walau ia sudah memusatkan Qi di permukaan tubuh. Suara desisan terdengar dari tanah yang mulai retak karena suhu ekstrem. “Pria itu berbahaya! Gunakan semua kekuatan sihir kalian!” teriak Violen dari kerumu

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   123. Menyelinap

    Langit mendadak menjadi gelap oleh hujan panah. Ribuan anak panah meluncur menembus udara, jatuh bagaikan badai baja di atas kepala pasukan Dinasti Yan. Suara ting! ting! terdengar ketika anak panah menabrak perisai, tetapi tak sedikit yang berhasil menembus celah armor dan menghujam tubuh prajurit. Feng Yunqu menepis satu anak panah dengan pedangnya, lalu berteriak: “Perisai ke depan! Jangan biarkan barisan depan runtuh!” Ia memutar Qi-nya ke pedang panjang yang ia genggam. Dalam sekejap, bilah itu bersinar merah membara. Satu tebasan dilepaskannya—gelombang Qi menebas udara, memecah puluhan anak panah di depannya menjadi serpihan halus. Namun di sisi lain, pasukan Dinasti Barat terus menekan. Di balik kabut asap, meriam kembali siap. Para pengisi amunisi menjerit memberi tanda. “Siap tembak!” Zoldan tersenyum puas. “Hancurkan pertahanan mereka!” Dentuman keras kembali terdengar. Ledakan demi ledakan mengguncang bumi, membuat malam seakan berubah jadi siang karena koba

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   122. Jeritan Menggema

    Satu dentuman mengguncang bumi. Lalu yang kedua menyusul, dan kemudian ledakan ketiga memecah langit malam. Udara dan tanah terasa bergetar. Dan seluruh jiwa pasukan Dinasti Yan pun ikut terguncang. Asap hitam membumbung dari sisi utara kamp, menelan cahaya obor, menutupi langit malam. Dari arah sana terdengar jeritan prajurit dan derap kuda yang panik, meringkik ketakutan. Tubuh-tubuh yang terbakar jatuh berserakan di tanah, dan darah mengalir membentuk genangan di antara bayangan-bayangan gelap. Meriam Peledak milik Dinasti Barat memang memiliki jeda panjang untuk menembak ulang, tapi setiap satu tembakan saja sudah cukup untuk menghapus satu batalion dari muka bumi. Baja panas yang baru saja meletus kini berasap, dan para pengisi amunisi bekerja cepat di balik bayangan artileri, mengisi proyektil baru sambil menunggu logam itu mendingin. Di sisi lain, pasukan Dinasti Yan berusaha keras menata ulang formasi. Namun dampak serangan itu terlalu besar. Gelombang kejut membuat baris

  • Kembalinya Sang Penguasa Dengan Sistem   121. Senjata Mematikan

    Dari hutan yang gelap gulita, pasukan Dinasti Barat mulai keluar, tumpah ruah seperti gerombolan semut yang tak terhitung jumlahnya. Mereka bergerak dalam formasi teratur.Zirah perak berat mereka memantulkan cahaya redup bulan yang terhalang awan dan obor yang berkobar tertiup angin.Awalnya, mereka sudah sepenuhnya percaya akan memenangkan perang dengan mudah malam ini. Mereka membayangkan kamp Dinasti Yan terlelap dalam ilusi, menunggu wakt dibantai.Namun, apa yang menunggu mereka di kejauhan adalah pemandangan yang membuat langkah mereka melambat: deretan prajurit Dinasti Yan yang berbaris rapi, siap bertempur, tombak mereka mengarah tajam ke depan, dan bendera kekaisaran berkibar tegas."Apa-apaan ini?! Kata si penyihir itu mereka sudah menggunakan mantra khusus agar musuh melemah. Tapi lihat mereka, adakah satu yang tampak kelelahan di sana?" ucap seorang prajurit Dinasti Barat, suaranya dipenuhi kebingungan.Komandan mereka, Jenderal Zoldan, seorang pria bertubuh kekar dengan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status