Compartir

Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya
Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya
Autor: Backin_parade

Bab 1 : Kembalinya Sang Tuan Muda

last update Última actualización: 2025-10-01 13:53:03

Arnold melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa memasuki bangunan rumah sakit. Tangannya membuka salah satu ruang rawat di mana Ailyn sang istri tengah menunggunya bersama putri mereka Xienna yang duduk di ranjang pasien.

"Mas," Ailyn segera menghampiri suaminya yang datang dengan wajah marah.

"Siapa yang hamil?" tegur Arnold.

Ailyn berusaha menenangkan Arnold, sementara Xienna hanya tertunduk lesu.

"Kamu tenang dulu."

Arnold menepis tangan Ailyn dan menghampiri putri mereka.

"...! Bilang ke papa kalau itu nggak benar. Bilang ke papa sekarang!" Arnold menghardik... Tapi tak ada respon dari putrinya.

"Anak nggak tahu diri kamu!"

Tangan ringan Arnold terangkat dan menghantam wajah ... dengan cukup keras.

"Mas!" Ailyn langsung menghadang suaminya.

"Kita bicara baik-baik, jangan pakai kekerasan."

"Bagaimana mau bicara baik-baik? Anak kurang ajar ini perlu dididik dengan keras biar nggak bikin malu."

Arnold lantas berbicara dengan... "Sudah berapa kali papa bilang, jangan bikin malu papa! Kamu lupa papa ini siapa?! Papa nggak peduli kamu mau mabuk-mabukan atau pakai narkoba, tapi jangan sampai kamu merusak nama baik papa! Tapi sekarang apa? Kamu justru hamil. Kamu itu masih SMA, kenapa bisa hamil?!"

"Mas... udah, kamu tenang dulu. Ini rumah sakit, jangan teriak-teriak."

Arnold beringsut, berusaha mengatur amarahnya yang meluap. Bagaimana mungkin ia bisa tenang jika kelakuan putrinya bisa mengotori reputasinya sebagai salah satu menteri di negeri ini. Selama ini ia memiliki reputasi yang baik, bagaimana jika orang-orang tahu jika putrinya yang masih SMA itu hamil.

Membuang napas berat, Arnold lantas kembali menghadap putrinya dengan keadaan yang lebih tenang.

"Siapa laki-laki itu? Bilang ke papa, siapa yang sudah menghamili kamu?"

Ailyn menyentuh kedua lengan ..., bermaksud memberikan dukungan.

"Nggak apa-apa, Sayang. Kamu bilang ke mama sama papa, siapa laki-laki itu?"

"Mama sama papa udah kenal," ujar ... sekilas memandang sang ayah.

"Siapa? Sebut nama!" tegur Arnold.

... memandang sang ayah, mencoba menghilangkan keraguan di hatinya.

"Kalau habis ini papa mau bunuh gue, gue nggak akan mati sendirian. Dia juga harus mati bareng gue," gumam ... dalam hati.

"Kamu mau melindungi orang it—"

"Om Gavin," celetuk ..., menghentikan ucapan sang ayah.

Ailyn refleks berdiri. Kedua orang dewasa di sana tampak tak mempercayai ucapan ...

"... kenapa kamu sebut-sebut nama om kamu?" tegur Ailyn.

... memandang sang ayah tanpa keraguan.

"Om Gavin, adeknya papa... dia yang udah hamilin aku!"

●●●●

Enam bulan yang lalu...

"Bu, di luar ada tamu. Katanya kerabatnya Pak Arnold."

Ailyn bergegas menuju pintu masuk setelah mendengar ucapan sang asisten rumah tangga. Berdiri di ambang pintu yang terbuka, Ailyn mendapati punggung laki-laki yang terlihat asing.

"Siapa ya?" tegur Ailyn.

Pria itu berbalik dan membuat kedua netra Ailyn membulat.

"G-Gavin?"

Ailyn kemudian mempersilakan adik iparnya itu untuk masuk. Dengan santai, Gavin duduk di ruang tamu. Tapi sikap Ailyn yang canggung seolah menegaskan bahwa mereka tidak berhubungan baik selama ini.

"Udah sembilan belas tahun, kan?" celetuk Gavin, sikap arogan pria itu membuat Ailyn tampak tak nyaman.

"K-kamu apa kabar?" tegur Ailyn, terdengar dipaksakan.

"Setelah sembilan belas tahun dan kamu baru tanya kabar aku," gumam Gavin, terkesan menyindir.

"Kamu ada perlu apa? Kakak kamu masih di luar negeri."

Senyum Gavin tiba-tiba tersungging. Ia menyandarkan punggungnya dan menyilangkan kakinya. Menunjukkan sikap yang lebih santai.

"Ada masalah kalau aku tiba-tiba ke sini? Sebelum kalian nikah, kan ini juga rumah aku."

"Bukan begitu, aku pikir kamu ada perlu dengan kakak kamu."

"Bisa tolong ambilin minum."

Seolah ingin pergi sedari tadi, Ailyn pun bergegas ke belakang. Sementara itu Gavin bangkit dan menjelajahi ruang tamu hingga perhatiannya tertuju pada potret keluarga kakaknya yang tampak bahagia memiliki seorang anak gadis yang beranjak dewasa.

Pintu terbuka, Gavin mengarahkan pandangannya ke pintu masuk dan mendapati gadis yang ada di dalam potret. ... putri tunggal di keluarga itu. Wajahnya sangat mirip dengan Ailyn sehingga sangat mudah mengenalinya meski mereka tak pernah bertemu sebelumnya.

Menyadari ada tamu, bukannya datang menyapa ... justru mengabaikan Gavin dan hendak pergi ke kamarnya sebelum Ailyn datang dan menegurnya.

"... baru pulang."

"Siapa, Ma?" ... menegur dengan suara yang pelan.

"Sini." Ailyn membawa putrinya mendekati Gavin.

"Ini Om Gavin, dia adeknya papa kamu."

Dahi... mengernyit. "Papa punya adek? Kok aku baru tahu?"

"Om Gavin tinggal di luar negeri."

... mengangguk dan mengulurkan tangannya dengan santai. "Hai, Om. ... keponakannya, Om."

Gavin menjabat tangan .... Tapi ketika ... hendak menarik tangannya, Gavin menahan tangan gadis itu.

"Om," tegur ...

"Dia memang anak kamu," gumam Gavin sebelum melepaskan tangan ...

"Nyebelin banget sih," gerutu ..., gadis berperawakan tinggi dan ketus itu lantas pergi ke lantai atas.

"Gavin, aku mau kabarin Mas Arnold dulu. Kamu tunggu di sini."

Ailyn ikut pergi. Namun, alih-alih mendengarkan pesan Ailyn, Gavin justru menyusul ... pergi ke lantai atas. Ia masih menyimpan kenangan saat tinggal di rumah itu, tepatnya sembilan belas tahun yang lalu sebelum ia memutuskan untuk menetap di luar negeri.

Masih menganggap bahwa itu adalah rumahnya, Gavin membuka pintu kamar sembarangan. Ia memasuki ruangan yang dulu adalah kamarnya dan kini kamar itu sudah berubah total. Furnitur dan bahkan suasana.

Pintu kamar mandi terbuka, gadis ketus itu sedikit kaget melihat orang asing berada di kamarnya.

"Om Gavin ngapain ke kamar aku?" tegur ... dengan gaya khasnya yang ketus.

"Ini kamar saya," sahut Gavin dengan santai.

... menatap penuh tanya. "Maksud, Om?"

"Kamar ini milik saya."

"Sejak kapan?"

"Sejak lahir."

... tersenyum tak percaya. "Kamar ini juga punya aku sejak aku lahir."

"Saya lahir dua puluh tahun lebih cepat dibandingkan dengan kamu."

"Bodo amat, memangnya aku tanya? Aku nggak kenal Om dan aku nggak ada urusan sama Om. Sekarang Om keluar dari kamar aku."

Bukannya pergi, Gavin justru mendekati ... Tapi ... sama sekali tak terintimidasi. Jika harus ada yang mengintimidasi di sana, itu haruslah dirinya. Keduanya lantas berdiri berhadapan. ... sedikit mendongak karena Gavin lebih tinggi darinya meski ia tergolong tinggi di antara teman sebayanya.

"Apa memang semua anak menteri nggak dididik dengan baik," sarkas Gavin.

... menatap tak terima. "Om yang nggak sopan masuk kamar aku, kenapa malah Om yang kritik aku? Aneh banget."

... memalingkan wajahnya dan tersenyum remeh. Tapi Gavin tiba-tiba menarik dagunya hingga ia refleks menepis tangan pria itu.

"Om jangan sembarangan ya!"

Gavin mengangkat telunjuknya di depan wajah ... "Jangan sekali lagi kamu senyum kayak gitu di depan saya."

Seolah melawan, ... justru menyunggingkan senyumnya. "Siapa yang peduli kalau Om nggak suka."

"Wajah kamu mirip dengan mama kamu. Tapi sepertinya kelakuan kamu sangat mirip dengan papa kamu."

"Sekarang Om keluar dari kamar aku."

Ailyn datang dari belakang dengan wajah yang sedikit panik.

"Gavin." Ailyn bergegas masuk dan menengahi keduanya.

"Kamu kenapa ada di sini? Aku bilang tunggu di bawah."

Gavin memberikan tatapan tak peduli dan menyahut, "sejak kapan tamu bisa ngatur-ngatur tuan rumah."

Ucapan Gavin membungkam Ailyn, tapi justru membuat ... semakin tak suka. Gavin menunjukkan kesan yang buruk pada pertemuan pertama mereka.

Ailyn kemudian berucap dengan sedikit canggung. "Kita bicara di bawah."

"Kak Arnold nyuruh kamu ngusir aku?"

Ailyn segera menggeleng. "Bukan begitu, saat ini Mas Arnold sedang dinar ke luar negeri. Dia baru pulang satu bulan lagi, Mas Arnold meminta kamu menghubungi Mas Arnold dulu."

"Satu bulan?" Pandangan Gavin jatuh pada ... sesaat sebelum kembali pada Ailyn.

"Segera kosongkan kamar ini."

"Gavin."

"Aku bakal tinggal di rumah ini!"

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 8 : Undangan Mematikan

    "Ma." Xienna bertemu dengan Ailyn di ruang tamu ketika ia akan berangkat ke sekolah. "Udah sarapan?" "Udah barusan. Papa pulang besok, kan, Ma?" Ailyn mengangguk. "Besok mama harus jemput ke bandara. Kamu mau ikut?" "Nggak, ah. Kalau papa minta jemput, itu berarti ada wartawan. Udah kebiasaan papa kayak gitu, mau nunjukin kalau dia bucin banget ke mama." Ailyn tersenyum tipis. "Kamu itu ada-ada aja. Ya udah, hati-hati." Xienna keluar rumah dan sudah ditunggu oleh sopir keluarga, Pak Teguh. "Berangkat sekarang, Non?" "Bentar, Pak." Xienna menemukan orang asing di halaman rumah yang tengah mencuci mobil Gavin. "Pak, itu siapa? Orang baru?" Allan, si pengacara muda itu tiba-tiba beralih pekerjaan menjadi pesuruh Gavin. Dengan pakaiannya yang sudah rapi, ia harus melakukan pekerjaan yang sebenarnya lebih cocok dikerjakan oleh Pak Teguh. "Itu orangnya Pak Gavin, Non. Tadi udah mau saya bantuin, tapi nolak." "Ini orang ganteng kok temenan sama orang ganteng juga," gumam Xienn

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 7 : Dua Wanita Menyebalkan

    "Om Gavin?" Xienna menutup mulutnya, sedetik kemudian ia panik, segera menunduk dan menggunakan tas kecilnya untuk menutupi wajahnya. "Mampus! Kok orang tua itu ada di sini sih? Lihat gue nggak sih?" "Aura sugar daddy-nya kuat banget. Kayaknya dia lagi naksir salah satu diantara kita deh," ujar teman di dekat Xienna. Xienna lantas bangkit tanpa menurunkan tasnya. "Gue duluan." "Eh?" Teman Xienna menahan tangannya. "Baru juga datang, buru-buru banget." Xienna mencuri pandang dan benar saja Gavin melihat ke arahnya. "Lo kenapa, Na?" tegur yang lain ketika melihat tingkah aneh Xienna. "Itu om gue..." ujar Xienna dengan suara yang sedikit dipelankan. "Yang mana?" "Orang yang lo maksud, itu Om Gavin!" Semua orang terperangah kecuali satu orang yang datang terakhir. Mereka menatap tak percaya. "Itu... om lo? Orang yang mau nembak lo?" Xienna mengangguk dengan wajah tertekan. "Lo nggak bilang kalau om lo masih muda. Kalau modelannya kayak gitu sih gue mau-mau aja ditembak." X

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 6 : Rahasia Si Gadis Manja

    Xienna kembali terbangun di dalam mobil dan Gavin pun tidak ada. Xienna memegangi keningnya, mengingat kembali apa yang terjadi sebelum ia terbangun di tempat yang sama. "Om Gavin naruh obat tidur ke minuman gue?" Tampak kesal, Xienna memandang keluar dan tertegun. Ia bergegas keluar, mendapati bahwa ia sudah berada di halaman rumah. Ia menghentakkan kakinya dengan kesal. "Om-om satu ini memang udah keterlaluan!" Membawa rasa kesalnya masuk rumah, Xienna hendak bergegas mencari Gavin sebelum teguran dari Ailyn menahannya. "Xienna?" Ailyn mendekat, memandang penampilan putrinya dengan tatapan bingung. "Xienna, baju kamu?" Ailyn memperhatikan gaun yang dikenakan oleh Xienna. Jelas-jelas tadi pagi putrinya pergi dengan mengenakan seragam sekolah. "Kamu dapat baju ini dari mana?" Fokus Ailyn teralihkan oleh jepit rambut yang dikenakan oleh Xienna sehingga ia refleks menyentuh kepala putrinya. "Seragam kamu ke mana?" Xienna menghela napas. "Ceritanya panjang. Om Gavin di mana, M

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 5 : Terjebak Dalam Permainan Liciknya

    “Arghh!”Xienna berteriak sembari menutup kedua telinganya ketika Gavin tiba-tiba melepaskan tembakan. Napasnya memburu, ia menatap tajam seolah tengah mengutuk Gavin yang baru saja menakut-nakutinya.“Kamu bisa disangka babi hutan jika keluar sembarangan,” ujar Gavin tanpa rasa bersalah.“Aku bakal aduin Om ke papa!!” teriak Xienna.Gavin tak peduli dan berjalan ke arah Xienna hanya untuk melewati gadis itu. Tak tinggal diam, Xienna langsung menahan kaki Gavin."Om mau ke mana?""Kamu nggak dengar perkataan papa kamu? Saya ini preman, masih berani ikut dengan saya?""Di halaman rumah ada CCTV. Kalau aku nggak pulang, mama pasti tahu kalau aku perginya sama Om Gavin."Xienna lantas berdiri. Meski takut, ia lebih takut jika ditinggalkan sendirian di tengah hutan seperti itu."Anterin aku pulang dan aku nggak akan ngadu ke papa."Gavin tak menyahut, ia justru berjalan meninggalkan Xienna sehingga gadis itu refleks mengekorinya. Kembali ke mobil, Xienna buru-buru masuk mobil dan mencari

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 4 : Jalan Pikirannya Tak Seperti Orang Normal

    Gavin Nathaniel Garth, ia ditunjuk sebagai pewaris Group Raharja oleh sang kakek. Membuat Gavin berhak memiliki seluruh warisan yang seharusnya dimiliki oleh mendiang ibunya di saat ia tak mendapatkan apapun dari keluarga pihak ayahnya.Gavin memutuskan untuk kembali setelah sembilan belas tahun saat mendapat kabar bahwa Abimana Raharja dalam kondisi kritis. Tapi kini pria tua itu sudah melewati masa kritis meski hanya terbaring tak berdaya di ruang rapat.Allan menghampiri Gavin yang duduk di sofa dengan membawa sebuah berkas di tangannya."Semasa Pak Abimana masih sehat, beliau berniat mengadakan rapat pemegang saham untuk mengumumkan Pak Gavin sebagai pimpinan selanjutnya. Menurut papa saya, ini harus diurus secepatnya, Pak."Allan menyodorkan berkas di tangannya pada Gavin. "Ini adalah daftar pemegang saham dari kantor pusat maupun kantor cabang."Gavin hanya memandang dokumen yang tergeletak di meja tanpa berminat untuk menyentuhnya. Pandangannya justru sempat mengarah pada sosok

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 3 : Sikap Misterius YangMenakutkan

    Xienna pulang lebih awal setelah temannya membatalkan acara. Pulang dengan wajah yang kesal, langkah Xienna sempat terhenti saat melihat Gavin yang berjalan menuju lantas atas sembari bertelanjang dada dan menenteng kemeja di tangannya.Pandangan Xienna mengarah ke datangnya Gavin. Netranya memicing, menyadari bahwa itu adalah arah menuju kamar orang tuanya. Melihat penampilan Gavin membuat Xienna semakin merasa heran."Om Gavin dari kamarnya mama? Nggak pakai baju?"Xienna bergegas menuju kamar ibunya. Ia membuka pintu dan membuat Ailyn sedikit terlonjak."Xienna."Xienna menatap penuh selidik. "Mama kok kaget kayak gitu?"Ailyn menyahut dengan gugup. "Nggak... tadi mama lagi ngelamun. Kamu kok udah pulang?""Nggak jadi keluar, anak-anak ada acara dadakan.""Oh..." Ailyn tersenyum canggung."Om Gavin mana, Ma?""Om Gavin?" Ailyn menggeleng, memilih untuk menipu putrinya. "Mama belum lihat om kamu."Xienna menatap penuh curiga dan berucap dalam hati, "jelas-jelas Om Gavin tadi dari si

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status