Share

Bab 2 : Alasan Dia Kembali

Penulis: Backin_parade
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-01 13:56:13

Xienna memasuki kamar Ailyn, menemukan ibunya yang tengah berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. Ailyn memberikan isyarat pada putrinya untuk menunggu.

"Aku coba lagi bicara sama dia."

Ailyn mengakhiri panggilan. Wajahnya tampak gelisah dan ia segera menegur putrinya.

"Xienna, ada apa?"

Xienna berjalan mendekati Ailyn.

"Mama serius orang tadi itu adiknya papa?"

Ailyn mengangguk. "Dia memang adik papa kamu. Tapi dari remaja dia tinggal di luar negeri."

Xienna duduk di tepi ranjang. "Tapi kok dia kayak nggak sopan gitu ke mama? Mama, kan kakak iparnya. Tapi orang itu bersikap kayak dia sepantaran sama mama. Nyebelin banget lagi."

Ailyn tersenyum canggung. "Itu mungkin karena om kamu terlalu lama tinggal di luar negeri."

"Jadi beneran kamar aku itu dulunya kamar Om Gavin?"

Ailyn kembali mengangguk.

"Terus aku beneran harus pindah gitu?"

"Kamu nggak perlu pindah, mama akan bicara sama om kamu. Biar dia tidur di kamar tamu, dia pasti juga nggak lama di sini."

Xienna mengangguk paham. "Ya udah, aku mau jalan dulu ya, Ma."

"Mau ke mana? Kamu, kan baru pulang."

"Temen-temen ngajakin jalan."

"Ya udah, kamu hati-hati. Jangan pulang malam-malam."

Xienna bergegas meninggalkan rumah. Tapi saat tiba di halaman rumah, ia menemukan sosok Gavin yang tengah berdiri di halaman dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celana. Xienna memilih untuk mengabaikan dan bergegas pergi, menghampiri temannya yang sudah menunggu di depan gerbang.

Gavin sempat memandang kepergian Xienna sebelum pandangannya jatuh pada bangunan di belakangnya.

●●●●

Ailyn keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe. Ia berjalan menuju meja rias untuk mengeringkan rambutnya. Sibuk menyeka air di rambutnya menggunakan handuk hingga ia tak sadar akan keberadaan orang lain di sana.

Ailyn menyalakan pengering rambut. Namun, ia terhenti sejenak ketika mencium aroma yang asing. Ailyn mematikan pengering rambut dan mengendusnya, memastikan bahwa bau itu tidak berasal dari sana.

"Ini kayak—" Ucapan Ailyn terhenti. Ia memandang sekitar dan sedikit terlonjak ketika melihat Gavin duduk di sofa yang berada di kaki ranjang.

"Gavin?"

Ailyn refleks merapatkan bathrobe yang ia kenakan. Sementara Gavin tampak tak acuh dengan sebatang rokok di tangannya. Dari situlah bau menyengat yang dicium Ailyn berasal.

"Kamu ngapain di sini?" tegur Ailyn sedikit panik.

Gavin memandang tak acuh. Tapi cara Gavin memandang membuat Ailyn merasa tak aman.

"Kamu keluar dulu, kita bicara di luar."

"Kita bisa bicara di sini," sahut Gavin.

Tak ingin berdebat, Ailyn segera mengambil pakaian ganti dan masuk kembali ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian ia keluar dengan pakaian yang lebih rapi.

"Kamu mau bicara apa? Kita bicara di luar."

"Anak kamu, dia umur berapa?" Gavin berbicara dengan santai sembari menikmati sebatang rokok di tangan kirinya. Punggung yang bersandar dan kaki yang disilangkan, seolah-olah ingin menegaskan bahwa dia lah tuan rumah di tempat itu saat ini.

"Delapan belas tahun," sahut Ailyn, ia tidak bisa tenang berada di dekat sang adik ipar.

Sudut bibir Gavin tersungging. "Dia mirip kamu pas muda, tapi kelakuannya sepertinya lebih banyak turun dari papanya."

"Aku udah bicara dengan Mas Arnold. Dia izinin kamu tinggal di sini, tapi—"

"Izin?" celetuk Gavin menyela. "Siapa yang butuh izin?"

Gavin menekan ujung batang rokoknya yang menyala pada sofa hingga api pada putung rokok itu mati dan merusak permukaan sofa. Setelah itu ia kembali memandang Ailyn.

"Perlu aku ingatkan lagi siapa pemilik rumah ini?"

"Rumah ini dulu memang rumah papa. Tapi setelah papa meninggal, rumah ini sudah beralih atas nama Mas Arnold."

Gavin berdiri, sikap tenang dan arogannya membuat Ailyn menjadi serba salah.

"Pulang setelah dibuang sembilan belas tahun dan sekarang aku diusir dari rumah aku sendiri."

"Aku bukan mengusir kamu. Kamu bisa tinggal di sini untuk sementara waktu. Kamu bisa tidur di kamar tamu."

Gavin terdiam sejenak sebelum sempat memalingkan wajahnya.

"Di mana barang-barang aku yang dulu?"

"Ini udah sembilan tahun, barang-barang kamu yang dulu udah nggak ada."

"Nggak cukup dengan buang aku, dia juga buang barang-barang aku," gumam Gavin.

"Bukan dibuang, Mas Arnold mendonasikan barang-barang kamu."

"Termasuk celana dalam?" celetuk Gavin, tersenyum mengejek.

Ailyn baru menyadarinya. Saat datang, Gavin tak membawa apapun.

"Kalau kamu nggak punya baju ganti, kamu bisa pinjam punya Mas Arnold."

Gavin melangkah mendekat, membuat Ailyn mencengkram tangannya sendiri dan refleks melangkah mundur dengan ragu ketika Gavin semakin dekat hingga ia terhimpit ketika ia menyentuh meja rias.

"Gavin," tegur Ailyn memberikan peringatan.

"Kamu bahkan nggak tanya kabar aku? Segitu nggak pentingnya adik ipar kamu ini?"

Ailyn terlihat cukup gugup, tapi ia tak sedikit pun melepas kontak mata dengan pria itu.

"Kenapa kamu kembali? Apa tujuan kamu?"

Gavin tersenyum tipis. Bukan perhatian, tapi sebuah peringatan ia dapatkan. Gavin kemudian menanggalkan kancing kemeja yang ia kenakan dan membuat Ailyn panik.

"Gavin! Kamu mau apa?"

Ailyn refleks menahan tangan Gavin untuk menghentikan pria itu. Tapi Gavin menepis tangan Ailyn dan membuka bajunya dengan sedikit kasar dan Ailyn pun refleks memalingkan wajah.

"Kamu nggak penasaran kenapa aku balik setelah sembilan belas tahun?"

Gavin menarik satu tangan Ailyn, memaksa wanita itu untuk menyentuh perutnya. Ailyn yang kaget refleks mendorong Gavin. Namun, ia tertegun ketika melihat bekas jahitan pada perut Gavin. Itukah yang ingin ditunjukkan Gavin padanya. Wajah Ailyn mengernyit, merasa pernah melihat bekas jahitan serupa.

"Kamu tanya kenapa aku kembali?"

Ailyn kembali bertemu pandang dengan Gavin. Dan ucapan pria itu menyentak batin Ailyn.

"Untuk mengambil apa yang udah kalian curi!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 43 : Memberi Pelajaran Pada Pengacau

    Malam itu Linda sampai di Grand Shining Hotel, ia langsung diarahkan pergi ke kolam renang di lantai atas. Mungkin karena malam, tempat itu terlihat kosong. "Padahal tinggal dikasih di rumah, ngapain juga ngajak ketemuan di sini?" gerutu Linda. "Enak banget jadi orang kaya." Linda menyadari sebuah langkah mendekat dari arah belakang. Ia berbalik dan netranya terbelalak saat mendapati bahwa yang datang adalah Gavin. "Pak Gavin?" "Kaget melihat saya?" tegur Gavin. Linda menatap sekeliling. "Pak Gavin—" Ucapan Linda terhenti saat tamparan keras menyambar wajahnya dan membuatnya terlempar ke dalam kolam. Dengan sedikit kesusahan ia pun segera keluar dari air dan menatap tajam ke arah Gavin. "Kamu hanya berani mengancam anak kecil," ujar Gavin. Linda justru tertawa tanpa rasa sakit. "Saya nggak pernah memaksa Non Xienna, saya bisa minta ke Bu Ailyn atau Pak Arnold. Tapi Non Xienna yang memaksa saya menerima uangnya." "Jalang sialan," gumam Gavin, ia kemudian mengangka

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 42 : Ancaman Linda

    "Pa, aku mau kuliah di Jerman," ujar Xienna, memulai pembicaraan di meja makan."Kenapa harus Jerman?" sahut Arnold, tak ada lagi pembicaraan hangat di keluarga itu. Semuanya terasa sangat dingin."Teman aku ada yang ke sana.""Teman yang mana?""Papa nggak akan kenal sekalipun aku kasih tahu. Aku udah pilih kampusnya, tinggal registrasi aja.""Ke mana pun selain Jerman," tandas Arnold."Apa gara-gara Om Gavin," celetuk Xienna yang justru semakin memanaskan pembicaraan."Kamu ke sana karena bajingan itu?""Om Gavin nggak akan kembali ke Jerman, aku dengar Om Gavin udah beli rumah di sini.""Kamu dengar dari siapa?""Orang yang sering jemput Om Gavin. Aku nggak sengaja ketemu dan tanya kabar Om Gavin. Dia bilang Om Gavin akan menetap di sini."Arnold terdiam, tampak tak percaya tapi juga mempertimbangkan ucapan putrinya."Pokoknya aku mau ke Jerman, aku udah nggak betah tinggal di sini." Xienna beranjak dan pergi.Ada sedikit kepuasan di wajah Arnold saat mengira putrinya sudah menjauh

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 41 : Hamil Dan Harapan Hidup Bersama

    Waktu berjalan begitu cepat bagi bagi sebagian orang. Skandal perselingkuhan antara Gavin dan Ailyn sudah mereda dan tak ada lagi orang yang membicarakan hal itu. Berita itu mulai terlupakan meski Gavin belum bisa membersihkan namanya akibat skandal itu.Setelah hari itu Gavin tidak pernah lagi datang ke rumah Arnold. Ia menetap di hotel dan sesekali berkunjung ke rumah sakit. Sementara Xienna beberapa kali sempat mengunjungi Gavin di hotel. Dari Xienna Gavin mengetahui hubungan dingin antara Ailyn dan Arnold. Namun, sudah satu minggu sejak terakhir kali Xienna datang. Tak ada riwayat panggilan atau pun pesan. Gadis itu tiba-tiba bertingkah di luar kebiasaan.Sore itu Gavin meninggalkan kamar, bergegas ke tempat gym di lantai bawah yang baru saja dibuka bulan ini untuk sekadar mengisi waktu istirahat panjangnya. Tentu saja menjadi pengangguran adalah pekerjaannya selama ini. Dia adalah anak emas yang disembunyikan, tidak perlu repot-repot bekerja hanya untuk uang. Tabungannya pun tida

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 40 : Pembalasan Yang Setimpal

    "Dua kali," celetuk Aiden, duduk di sofa yang berseberangan dengan Gavin.Setelah pemecatannya, Gavin bertamu ke rumah Aiden dan inilah yang terjadi. Tidak ada orang yang menasehati Gavin selama ini selain Aiden."Satu kali kebetulan, yang kedua kalinya bisa jadi direncanakan. Dengan orang yang sama pula."Gavin bersikap tak acuh seolah tak masalah jika ia baru saja dipecat meski belum lama bekerja."Sekarang kamu jujur, kamu memang ada hubungan dengan istri Arnold?""Aku udah klarifikasi, perlu aku jelaskan lagi?""Perlu, sangat perlu. Kamu pikir om tidak tahu jika yang membuat pernyataan itu Allan? Om mau mendengar dari mulut kamu sendiri.""Aku udah punya seseorang.""Siapa? Pacar?""Bukan kakak ipar," tandas Gavin.Mitha yang duduk di samping Aiden mengelus lengan suaminya dan turut berbicara."Jadi semua foto-foto itu memang dipalsukan?""Tidak ada asap tanpa api," celetuk Aiden. "Sekalipun kamu dijebak, harus ada alasan untuk memulai skandal dengan seorang wanita."Gavin menggar

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 39 : Skandal Perselingkuhan Yang Meledak

    Pagi itu sebuah kabar perselingkuhan menggegerkan media sosial. Istri seorang menteri dengan CEO baru Group Raharja menjadi serbuan para pengguna internet di mana foto-foto yang tersebar menunjukkan wajah Ailyn dan Gavin dengan sangat jelas. Hal itu semakin memanas setelah rumor sebelumnya yang berhasil diredam.Tanpa tahu bahwa dunia sedang gonjang-ganjing karena skandal percintaannya, Gavin memasuki kantor seperti biasa. Namun, sejak ia datang, ia sudah menyadari tatapan orang-orang yang tengah menghakiminya. Gavin tak peduli karena dia adalah bos di sana dan pegawai kecil tentunya tidak akan berani mengusiknya.Kerumunan karyawan segera membubarkan diri begitu melihat kedatangan Gavin. Ketika sudah sampai di ruangannya, sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Gavin. Dua pesan sekaligus dari Allan. Gavin duduk di balik mejanya dan membuka pesan tersebut."Pak Gavin harus melihat ini."Allan melampirkan sebuah link dan Gavin langsung membukanya. Jemari Gavin sontak berhenti bergerak

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 38 : Pengabdian Dan Harapan Palsu

    "Karena aku udah tidur dengan anak kamu."Sebuah pengakuan terucap tapi sayangnya tak akan pernah sampai pada Ailyn karena hanya sebuah hati yang berucap dalam keterdiamanan mulut yang terkatup rapat. Dan senyum remeh itu datang sebagai ganti atas jawaban yang ditunggu."Kenapa aku harus kasih alasan yang udah jelas?"Ailyn sedikit terkejut. Entah kenapa hatinya sangat kecewa."Aku memang nggak tahu diri," ujar Ailyn, tersenyum pahit dan mengambil beberapa langkah mundur."Om Gavin..."Sebuah teriakan dari bawah mengalihkan perhatian mereka. Xienna melambaikan tangannya ke arah mereka. Lebih tepatnya ia memanggil Gavin.Gavin kemudian kembali berbicara pada Ailyn. "Kamu mungkin sedang bingung. Kamu butuh healing agar pikiran kamu kembali jernih."Dengan seulas senyum tipisnya Gavin meninggalkan Ailyn dan menghampiri Xienna. Keduanya lantas pergi ke pantai, mencuri waktu untuk mengukir kenangan romantis berdua ketika Ailyn tak melihat keberadaan mereka. Saat langit sudah gelap, Xienna

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status