Share

Bab 3 : Sikap Misterius YangMenakutkan

Author: Backin_parade
last update Last Updated: 2025-10-01 13:56:59

Xienna pulang lebih awal setelah temannya membatalkan acara. Pulang dengan wajah yang kesal, langkah Xienna sempat terhenti saat melihat Gavin yang berjalan menuju lantas atas sembari bertelanjang dada dan menenteng kemeja di tangannya.

Pandangan Xienna mengarah ke datangnya Gavin. Netranya memicing, menyadari bahwa itu adalah arah menuju kamar orang tuanya. Melihat penampilan Gavin membuat Xienna semakin merasa heran.

"Om Gavin dari kamarnya mama? Nggak pakai baju?"

Xienna bergegas menuju kamar ibunya. Ia membuka pintu dan membuat Ailyn sedikit terlonjak.

"Xienna."

Xienna menatap penuh selidik. "Mama kok kaget kayak gitu?"

Ailyn menyahut dengan gugup. "Nggak... tadi mama lagi ngelamun. Kamu kok udah pulang?"

"Nggak jadi keluar, anak-anak ada acara dadakan."

"Oh..." Ailyn tersenyum canggung.

"Om Gavin mana, Ma?"

"Om Gavin?" Ailyn menggeleng, memilih untuk menipu putrinya. "Mama belum lihat om kamu."

Xienna menatap penuh curiga dan berucap dalam hati, "jelas-jelas Om Gavin tadi dari sini. Kenapa mama malah bohong?"

Xienna kemudian menyadari sesuatu.

"Mama habis keramas?"

Ailyn refleks menyentuh rambutnya. "Oh... iya, mama baru selesai mandi."

Dahi Xienna mengernyit, otaknya tak bisa menerima situasi ini. Ia pun pergi dengan pikiran yang berontak.

"Tadi Om Gavin dari kamar mama nggak pakai baju terus mama bohong kalau nggak lihat Om Gavin. Mama nggak mungkin main gila, kan sama Om Gavin?" Xienna menggerutu dalam hati, mencoba menemukan kemungkinan yang ada.

Langkah Xienna terhenti, batinnya tersentak kala ia mengingat jika Gavin sebelumnya menuju lantai atas. Khawatir jika pria itu memasuki kamarnya, Xienna melangkah dengan buru-buru. Ia membuka pintu kamar dengan sedikit kasar dan mengedarkan pandangannya sekeliling. Menghela napas lega ketika tak menemukan orang yang dimaksud.

Xienna melangkah mundur hingga ia bisa melihat pintu kamar sebelah. Berpikir mungkin saja Gavin tengah berada di ruangan itu.

"Aku harus tanya langsung ke papa," gumam Xienna yang lantas masuk ke kamarnya.

Xienna bergegas menghubunyi ayahnya, memastikan apakah Gavin benar-benar memiliki hubungan keluarga karena pikirannya mulai mengarah ke hal lain bahwa Gavin mungkin saja hanya selingkuhan ibunya.

"Halo, Pa. Papa sibuk nggak?"

"Ada apa? Soal om kamu?" sahut Arnold tanpa basa-basi.

"Jadi dia beneran adiknya papa?"

"Kamu awasi om kamu, langsung bilang ke papa kalau dia macam-macam."

Xienna tersenyum tak percaya. "Memangnya kenapa, pa? Kok papa wanti-wanti kayak gitu? Memangnya Om Gavin mau macam-macam gimana?"

"Om kamu itu preman."

"Preman?" Dahi Xienna mengernyit.

"Papa akan buat om kamu segera pergi dari rumah. Kamu dan mama kamu harus hati-hati. Kalau ada apa-apa, langsung panggil polisi."

Xienna semakin terheran-heran dengan ucapan sang ayah. Ia justru semakin kepikiran setelah berbicara dengan sang ayah.

"Om Gavin preman? Preman? Orang terpandang jadi preman? Maksudnya kayak mafia gitu?" Xienna tertawa kecil, tampak tak percaya.

"Yang bener aja. Papa itu ada-ada aja. Tapi masa bercanda sampai bawa-bawa polisi."

Xienna tiba-tiba mengendus bau rokok. Bau yang sangat asing dan tak pernah ia cium di rumahnya sejauh ini.

"Kok tiba-tiba bau rokok? Siapa yang ngerokok?"

Xienna melihat pintu balkon kamarnya terbuka. Ia pun bergegas menuju balkon dan terlonjak ketika melihat ada makhluk yang berdiri di balkon.

"O-Om Gavin!" tegur Xienna.

Gavin menoleh dan dengan santai menghembuskan asap dari mulutnya.

"Om Gavin sejak kapan di sini?"

Xienna sedikit panik, khawatir jika Gavin mendengar ucapannya barusan.

"Mau langsung lapor polisi?" tegur Gavin.

"Mampus! Dia beneran denger," rutuk Xienna dalam hati tapi ia memilih untuk pura-pura bodoh dan kembali bersikap ketus.

"Om tolong yang sopan. Om itu tamu, jangan sembarangan masuk kamar orang."

Sudut bibir Gavin tersungging, tawa pelan lantas keluar dari mulutnya. Membuatnya sekilas terlihat seperti karakter mafia dalam novel yang pernah Xienna baca.

Gavin mematikan putung rokok dan membuangnya ke bawah. Ia kemudian berbalik, memandang keponakannya yang sudah tumbuh dewasa. Sembilan belas tahun berlalu dan tiba-tiba saja ia memiliki keponakan.

"Papa kamu bilang saya preman dan menyuruh kamu untuk segera lapor polisi?"

"Lebih tepatnya kalau Om macam-macam," sahut Xienna dengan tegas.

Garis senyum di wajah Gavin memudar. Jujur saja pria dewasa itu memang sedikit menakutkan dengan wajah rupawan yang tampak bengis itu.

"Mending sekarang Om keluar, ini kamar aku."

Gavin berjalan ke arah Xienna dan melewati gadis itu tanpa mengatakan apapun.

"Dan satu lagi!" Xienna berbalik untuk memperingatkan Gavin yang hanya menoleh tanpa berbalik.

"Di rumah ini nggak ada yang merokok dan nggak ada yang boleh!"

Gavin tak menggubris ucapan keponakannya dan pergi begitu saja. Namun, malam itu Ailyn terjaga. Tak sedetik pun ia tenang sejak kedatangan Gavin seolah-olah Gavin datang membawa ancaman untuk keluarganya. Sementara itu Gavin terjaga di ruang kerja Arnold. Duduk di balik meja dan tampak memikirkan sesuatu dengan serius.

●●●●

"Ma, aku langsung berangkat ya." Xienna memasuki ruang makan dengan seragam SMA yang sudah rapi.

"Nggak sarapan dulu?"

"Nggak dulu deh, Ma. Udah kesiangan."

"Ya udah, kamu hati-hati. Pak Teguh udah di depan."

Xienna bergegas pergi dan sesaat setelah kepergiannya, Gavin memasuki ruang makan. Terlihat canggung, Ailyn seolah terpaksa memberikan teguran.

"Gavin, sarapan udah siap. Kamu mau sarapan dulu?"

Gavin tak menyahut, ia menarik kursi dan langsung duduk. Tapi Ailyn justru berdiam diri.

"Anak kamu di mana?" tegur Gavin.

"Dia udah berangkat."

"Kamu nggak sarapan?"

Sikap Gavin terlihat lebih hangat dari kemarin meski masih terlihat kaku. Ailyn pun duduk berjauhan dengan pria itu.

"Kak Arnold kapan pulang?"

"Sekitar satu bulan lagi," sahut Ailyn dengan canggung.

"Pergi sama Presiden?"

Ailyn mengangguk.

Seolah melupakan pembicaraan mereka semalam, Gavin menyantap makanannya dengan tenang. Ia tak peduli meski orang di sekitar terganggu dengan keberadaannya.

"Gavin," Ailyn menegur dengan hati-hati.

"Semalam kamu tidur di mana?"

"Mulai nanti malam aku pakai kamar atas, suruh orang buat bersihin."

Yang dimaksud oleh Gavin adalah kamar di sebelah kamar Xienna Tapi tetap saja Ailyn merasa khawatir.

"Gimana kalau kamu tidur di kamar tamu aja?"

"Kenapa? Kamu mau sok berkuasa karena rumah ini udah atas nama Kak Arnold?"

Ucapan Gavin sangat santai tapi begitu menusuk.

"Kalau gitu senyaman kamu aja."

Ailyn bangkit, tak tahan berlama-lama dalam situasi itu. Tapi begitu ia ingin pergi, ia dikejutkan ketika Gavin tiba-tiba membanting piring ke lantai.

"Gavin, kamu ini apa-apaan?"

Gavin beranjak berdiri dan berucap dengan santai. "Aku sopan kalau kamu sopan. Kalau kamu menganggap aku sebagai parasit di rumah ini, aku juga bisa jadi parasit."

Tamu tak diundang lantas datang menengahi. Seorang pria berpakaian seperti orang kantoran yang tampak sepantaran dengan mereka.

"Pak Gavin," tegur pria itu.

Allan, dia adalah penasehat hukum dari Group Raharja milik kakek Gavin sekaligus orang kepercayaan Abimana Raharja saat ini.

"Pak Abimana sudah menunggu."

Dengan satu helaan napas pelan, Gavin pergi bersama Allan. Pria itu dengan sigap membukakan pintu mobil untuk Gavin dan bergegas mengemudi.

"Kamu siapa?" tegur Gavin ketika mobil sudah berjalan.

"Saya Allan, Pak. Anaknya Pak Rivaldi."

Gavin mengangguk paham. "Sekarang Pak Rivaldi di mana?"

"Papa saya sudah pensiun, Pak. Jadi saya yang menggantikan beliau."

Gavin mengarahkan pandangannya ke luar, mengakhiri pembicaraan hingga mereka sampai ditujuan. Allan menghentikan mobilnya di depan pintu masuk Raharja Medical Center, rumah sakit yang dibangun oleh kakek Gavin.

Allan menyerahkan kunci mobilnya pada penjaga keamanan agar ia bisa mengantar Gavin ke tempat tujuan. Keduanya memasuki bangunan rumah sakit. Memasuki lift dan menuju lantai teratas dari bangunan itu. Mereka lantas sampai di salah satu bangsal VIP di mana Abimana Raharja, pria tua itu terbaring lemah di atas ranjang.

Bukan untuk mengusik keluarga kakaknya, inilah alasan kepulangan Gavin setelah sembilan belas tahun lamanya yang sebenarnya. Ia kembali untuk memenuhi panggilan dari pendiri Raharja Group karena dia adalah sang pewaris.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 43 : Memberi Pelajaran Pada Pengacau

    Malam itu Linda sampai di Grand Shining Hotel, ia langsung diarahkan pergi ke kolam renang di lantai atas. Mungkin karena malam, tempat itu terlihat kosong. "Padahal tinggal dikasih di rumah, ngapain juga ngajak ketemuan di sini?" gerutu Linda. "Enak banget jadi orang kaya." Linda menyadari sebuah langkah mendekat dari arah belakang. Ia berbalik dan netranya terbelalak saat mendapati bahwa yang datang adalah Gavin. "Pak Gavin?" "Kaget melihat saya?" tegur Gavin. Linda menatap sekeliling. "Pak Gavin—" Ucapan Linda terhenti saat tamparan keras menyambar wajahnya dan membuatnya terlempar ke dalam kolam. Dengan sedikit kesusahan ia pun segera keluar dari air dan menatap tajam ke arah Gavin. "Kamu hanya berani mengancam anak kecil," ujar Gavin. Linda justru tertawa tanpa rasa sakit. "Saya nggak pernah memaksa Non Xienna, saya bisa minta ke Bu Ailyn atau Pak Arnold. Tapi Non Xienna yang memaksa saya menerima uangnya." "Jalang sialan," gumam Gavin, ia kemudian mengangka

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 42 : Ancaman Linda

    "Pa, aku mau kuliah di Jerman," ujar Xienna, memulai pembicaraan di meja makan."Kenapa harus Jerman?" sahut Arnold, tak ada lagi pembicaraan hangat di keluarga itu. Semuanya terasa sangat dingin."Teman aku ada yang ke sana.""Teman yang mana?""Papa nggak akan kenal sekalipun aku kasih tahu. Aku udah pilih kampusnya, tinggal registrasi aja.""Ke mana pun selain Jerman," tandas Arnold."Apa gara-gara Om Gavin," celetuk Xienna yang justru semakin memanaskan pembicaraan."Kamu ke sana karena bajingan itu?""Om Gavin nggak akan kembali ke Jerman, aku dengar Om Gavin udah beli rumah di sini.""Kamu dengar dari siapa?""Orang yang sering jemput Om Gavin. Aku nggak sengaja ketemu dan tanya kabar Om Gavin. Dia bilang Om Gavin akan menetap di sini."Arnold terdiam, tampak tak percaya tapi juga mempertimbangkan ucapan putrinya."Pokoknya aku mau ke Jerman, aku udah nggak betah tinggal di sini." Xienna beranjak dan pergi.Ada sedikit kepuasan di wajah Arnold saat mengira putrinya sudah menjauh

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 41 : Hamil Dan Harapan Hidup Bersama

    Waktu berjalan begitu cepat bagi bagi sebagian orang. Skandal perselingkuhan antara Gavin dan Ailyn sudah mereda dan tak ada lagi orang yang membicarakan hal itu. Berita itu mulai terlupakan meski Gavin belum bisa membersihkan namanya akibat skandal itu.Setelah hari itu Gavin tidak pernah lagi datang ke rumah Arnold. Ia menetap di hotel dan sesekali berkunjung ke rumah sakit. Sementara Xienna beberapa kali sempat mengunjungi Gavin di hotel. Dari Xienna Gavin mengetahui hubungan dingin antara Ailyn dan Arnold. Namun, sudah satu minggu sejak terakhir kali Xienna datang. Tak ada riwayat panggilan atau pun pesan. Gadis itu tiba-tiba bertingkah di luar kebiasaan.Sore itu Gavin meninggalkan kamar, bergegas ke tempat gym di lantai bawah yang baru saja dibuka bulan ini untuk sekadar mengisi waktu istirahat panjangnya. Tentu saja menjadi pengangguran adalah pekerjaannya selama ini. Dia adalah anak emas yang disembunyikan, tidak perlu repot-repot bekerja hanya untuk uang. Tabungannya pun tida

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 40 : Pembalasan Yang Setimpal

    "Dua kali," celetuk Aiden, duduk di sofa yang berseberangan dengan Gavin.Setelah pemecatannya, Gavin bertamu ke rumah Aiden dan inilah yang terjadi. Tidak ada orang yang menasehati Gavin selama ini selain Aiden."Satu kali kebetulan, yang kedua kalinya bisa jadi direncanakan. Dengan orang yang sama pula."Gavin bersikap tak acuh seolah tak masalah jika ia baru saja dipecat meski belum lama bekerja."Sekarang kamu jujur, kamu memang ada hubungan dengan istri Arnold?""Aku udah klarifikasi, perlu aku jelaskan lagi?""Perlu, sangat perlu. Kamu pikir om tidak tahu jika yang membuat pernyataan itu Allan? Om mau mendengar dari mulut kamu sendiri.""Aku udah punya seseorang.""Siapa? Pacar?""Bukan kakak ipar," tandas Gavin.Mitha yang duduk di samping Aiden mengelus lengan suaminya dan turut berbicara."Jadi semua foto-foto itu memang dipalsukan?""Tidak ada asap tanpa api," celetuk Aiden. "Sekalipun kamu dijebak, harus ada alasan untuk memulai skandal dengan seorang wanita."Gavin menggar

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 39 : Skandal Perselingkuhan Yang Meledak

    Pagi itu sebuah kabar perselingkuhan menggegerkan media sosial. Istri seorang menteri dengan CEO baru Group Raharja menjadi serbuan para pengguna internet di mana foto-foto yang tersebar menunjukkan wajah Ailyn dan Gavin dengan sangat jelas. Hal itu semakin memanas setelah rumor sebelumnya yang berhasil diredam.Tanpa tahu bahwa dunia sedang gonjang-ganjing karena skandal percintaannya, Gavin memasuki kantor seperti biasa. Namun, sejak ia datang, ia sudah menyadari tatapan orang-orang yang tengah menghakiminya. Gavin tak peduli karena dia adalah bos di sana dan pegawai kecil tentunya tidak akan berani mengusiknya.Kerumunan karyawan segera membubarkan diri begitu melihat kedatangan Gavin. Ketika sudah sampai di ruangannya, sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Gavin. Dua pesan sekaligus dari Allan. Gavin duduk di balik mejanya dan membuka pesan tersebut."Pak Gavin harus melihat ini."Allan melampirkan sebuah link dan Gavin langsung membukanya. Jemari Gavin sontak berhenti bergerak

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 38 : Pengabdian Dan Harapan Palsu

    "Karena aku udah tidur dengan anak kamu."Sebuah pengakuan terucap tapi sayangnya tak akan pernah sampai pada Ailyn karena hanya sebuah hati yang berucap dalam keterdiamanan mulut yang terkatup rapat. Dan senyum remeh itu datang sebagai ganti atas jawaban yang ditunggu."Kenapa aku harus kasih alasan yang udah jelas?"Ailyn sedikit terkejut. Entah kenapa hatinya sangat kecewa."Aku memang nggak tahu diri," ujar Ailyn, tersenyum pahit dan mengambil beberapa langkah mundur."Om Gavin..."Sebuah teriakan dari bawah mengalihkan perhatian mereka. Xienna melambaikan tangannya ke arah mereka. Lebih tepatnya ia memanggil Gavin.Gavin kemudian kembali berbicara pada Ailyn. "Kamu mungkin sedang bingung. Kamu butuh healing agar pikiran kamu kembali jernih."Dengan seulas senyum tipisnya Gavin meninggalkan Ailyn dan menghampiri Xienna. Keduanya lantas pergi ke pantai, mencuri waktu untuk mengukir kenangan romantis berdua ketika Ailyn tak melihat keberadaan mereka. Saat langit sudah gelap, Xienna

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status