Inicio / Romansa / Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya / Bab 4 : Jalan Pikirannya Tak Seperti Orang Normal

Compartir

Bab 4 : Jalan Pikirannya Tak Seperti Orang Normal

last update Última actualización: 2025-10-01 13:58:14

Gavin Nathaniel Garth, ia ditunjuk sebagai pewaris Group Raharja oleh sang kakek. Membuat Gavin berhak memiliki seluruh warisan yang seharusnya dimiliki oleh mendiang ibunya di saat ia tak mendapatkan apapun dari keluarga pihak ayahnya.

Gavin memutuskan untuk kembali setelah sembilan belas tahun saat mendapat kabar bahwa Abimana Raharja dalam kondisi kritis. Tapi kini pria tua itu sudah melewati masa kritis meski hanya terbaring tak berdaya di ruang rapat.

Allan menghampiri Gavin yang duduk di sofa dengan membawa sebuah berkas di tangannya.

"Semasa Pak Abimana masih sehat, beliau berniat mengadakan rapat pemegang saham untuk mengumumkan Pak Gavin sebagai pimpinan selanjutnya. Menurut papa saya, ini harus diurus secepatnya, Pak."

Allan menyodorkan berkas di tangannya pada Gavin. "Ini adalah daftar pemegang saham dari kantor pusat maupun kantor cabang."

Gavin hanya memandang dokumen yang tergeletak di meja tanpa berminat untuk menyentuhnya. Pandangannya justru sempat mengarah pada sosok Abimana yang terbaring di ranjang.

"Kamu sudah baca perjanjiannya?"

"Perjanjian?"

"Soal warisan."

Allan langsung mengangguk. "Ketika Pak Abimana tutup usia, maka secara otomatis semua saham milik beliau akan menjadi milik Pak Gavin."

"Lalu? Apa gunanya rapat pemegang saham? Grandpa masih sehat."

Allan sudah mempersiapkan diri untuk penolakan Gavin setelah mendapat instruksi dari ayahnya. Ia harus membujuk Gavin pelan-pelan untuk segera mengatasi krisis perusahaan.

"Kemungkinan dalam rapat pemegang saham kali ini, Pak Anthony akan menjadi satu-satunya kandidat untuk posisi Presdir."

"Terus?" Gavin tetap bersikap tak acuh.

Allan terdiam sejenak, perebutan warisan di keluarga Raharja sudah membuatnya pusing tapi ia masih harus menghadapi Gavin yang bahkan tak peduli dengan seberapa banyak harta yang ditinggalkan oleh kakeknya.

"Begini, Pak Gavin–"

Pintu terbuka, menghentikan ucapan Allan. Allan segera bangkit ketika melihat Aiden–direktur rumah sakit sekaligus menantu di keluarga Raharja.

"Gavin, kamu di sini?" tegur Aiden.

Gavin tak menyahut, hanya memandang tanpa minat.

"Kamu bisa keluar." Aiden menegur Allan. Setelah itu ia duduk berhadapan dengan Gavin.

"Kapan kamu datang?"

"Kemarin," sahut Gavin.

"Kamu menginap di mana? Di rumah papa?"

"Ada banyak hotel di sini."

Aiden mengangguk pelan. "Bagaimana kabar kamu?"

"Om nggak perlu basa-basi. Om bisa langsung bicara."

Ucapan Gavin membuat Aiden sejenak terdiam. Ia sudah berusaha untuk bersikap ramah, tapi sepertinya Gavin tak menghargai usahanya.

"Kamu datang untuk mengurus warisan?" tanya Aiden dengan frontal, sesuai dengan keinginan Gavin.

"Memangnya berapa harta kekayaan Group Raharja sampai semua orang buat keributan?"

"Om tidak peduli asal jangan menyentuh rumah sakit ini. Kamu sudah bertemu dengan Anthony?"

Gavin tak menyahut.

"Sebaiknya jangan bertemu sebelum rapat pemegang saham."

"Alasannya?"

"Dia bisa membunuh kamu. Kamu juga tahu sendiri bagaimana bengisnya om kamu itu. Lebih baik jangan pergi sebelum ada dokumen resmi."

"Om berharap grandpa pergi secepatnya?" gumam Gavin.

"Bukan seperti itu, Gavin."

"Setelah grandpa meninggal, semua hartanya akan jadi milik aku. Percuma juga ribut-ribut."

"Tidak akan semudah yang kamu pikirkan."

"Kalau memang orang itu bisa, ya biarin. Masih ada rumah sakit."

Aiden tampak kaget. "Maksud kamu apa?"

"Rumah sakit bukan lagi bagian dari Group Raharja, kan? Mungkin Om bisa pensiun lebih awal."

"Kurang ajar kamu!" celetuk Aiden.

"Mati-matian Om membangun nama baik rumah sakit ini, kamu mau menendang Om?! Rumah sakit ini milik tante kamu. Jangan macam-macam kamu!"

Gavin tersenyum tipis sebagai respon.

"Berapa lama grandpa bisa bertahan?"

Suasana menjadi serius setelah pertanyaan dari Gavin.

"Kondisinya memburuk. Om dengar papa sempat bertengkar dengan Anthony sebelum jatuh sakit. Kalau kamu tidak nyaman di hotel, kamu tinggal di rumah om."

"Aku nggak suka numpang di rumah orang," sahut Gavin tak acuh.

"Sudah bertemu kakak kamu?"

"Dia dinas ke luar negeri."

"Kamu akan menetap di sini, kan?"

Gavin mengendikkan bahunya. "Sepertinya Jerman lebih aman dibandingkan rumah sendiri."

Meski sudah mendapatkan sambutan dari salah satu keluarga, Gavin memilih tetap tinggal di rumah Arnold. Dan setelah beberapa hari tinggal bersama Ailyn dan Xienna mulai terbiasa dengan keberadaan Gavin meski mereka tidak begitu akrab dan bahkan hampir tak pernah bertegur sapa.

Dua minggu setelah kedatangan Gavin. Kini Gavin sudah memiliki mobil pribadi. Mobil mahal yang atapnya bisa dibuka secara otomatis.

Pagi itu Gavin hendak pergi, tapi Xienna tiba-tiba menyerobot masuk tanpa izin.

"Kamu mau apa?" tegur Gavin.

"Sekalian antarin aku, Om. Kita, kan sejalan."

"Kita nggak searah," sahut Gavin.

"Nganterin keponakan sesekali nggak dosa juga kali, Om. Kalau Om nggak mau nganterin, ya udah aku duduk di sini aja."

"Terserah kamu."

Xienna memasang wajah kesal. Tak ada pembicaraan setelahnya dan benar saja Gavin justru mengambil arah berlawanan dengan jalan menuju sekolahnya. Bukan hanya itu, bahkan mereka pergi terlalu jauh dari rute awal.

Xienna menatap tak percaya sembari bergumam dalam hati, "ini serius gue nggak bakal dianterin?"

Xienna menyadari bahwa mereka memasuki jalan tol yang artinya bahwa tujuan pria itu masih sangat jauh. Dengan panik ia pun menghentikan Gavin.

"Om, Om! Stop! Stop! Berhenti dulu! Stoppp!"

Tanpa terburu-buru, Gavin menepikan mobilnya karena jalanan sedang kosong saat itu.

"Om, ini kita mau ke mana? Om serius nggak mau nganterin aku?"

"Saya udah bilang sejak awal. Saya juga nggak ngajak kamu ikut dengan saya."

Xienna terperangah. "Nggak punya hati banget nih orang," gerutunya dalam hati.

"Ya kalau Om memang nggak mau nganterin, harusnya Om turunin aku dari tadi. Kenapa malah bawa aku ke sini? Nyebelin banget sih!"

"Siapa yang masuk mobil saya? Siapa yang mau ikut dengan saya? Sejak awal kamu yang kurang ajar."

Xienna tersenyum tak percaya, bahkan tertawa pelan. "Aku kurang ajar tapi Om nggak punya hati! Bisa-bisanya orang mau sekolah malah dibawa ke sini."

Gavin beringsut ke depan Xienna sehingga membuat Xienna terkejut.

"Om mau ngapain?!" pekik Xienna.

Gavin membuka pintu di samping Xienna. "Keluar."

"Hah?"

"Kamu mau sekolah, kan? Silakan keluar."

Xienna menatap heran. "Om udah sinting. Ini jalan tol, mana ada taksi! Aku harus pergi sama apa?"

"Tahu ini jalan tol, tahu kita nggak boleh berhenti di sini. Kalau mau pulang atau sekolah, turun di sini!" Gavin membalas sikap ketus Xienna dengan galak.

"Gitu aja ngamuk, nyebelin banget sih," gerutu Xienna, ia kemudian menutup kembali pintu.

"Lihat aja nanti kalau udah sampai rumah, aku aduin ke mama!"

"Itu pun kalau kamu bisa pulang," gumam Gavin.

Xienna tertegun. "Maksud, Om?"

Gavin tak menyahut dan kembali mengemudi. Menempuh perjalanan jauh hingga Xienna tertidur dalam perjalanan. Dan saat sampai, Gavin meninggalkan gadis yang tertidur di dalam mobilnya sendirian.

●●●●

Xienna terbangun dari tidurnya. Kebingungan ketika tak menemukan Gavin bersamanya. Memandang ke luar, Xienna mulai panik ketika ia hanya menemukan pepohonan yang tinggi di sekitar tempatnya saat ini.

"Ini di mana? Om Gavin nggak buang gue ke hutan, kan?" gumam Xienna khawatir.

Xienna lantas keluar, berusaha menemukan jejak Gavin. Namun, kala itu tengah gerimis dan sedikit berkabut. Membuat suasana terasa mencekam bagi Xienna. Ia kemudian berinisiatif untuk memanggil Gavin.

"Om, Om Gavin. Om masih di sini, kan? Om Gavin!!!"

Suara Xienna menggema. Ia mengitari mobil dan menemukan sebuah jalan yang menembus kabut tipis. Bukan jalan setapak, melainkan jalan yang bisa dilewati oleh mobil. Berpikir jika Gavin pergi ke arah sana, Xienna pun mengikuti instingnya. Ia berjalan menembus kabut sembari memanggil nama Gavin. Namun, tiba-tiba sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Dorr!!!

Satu suara yang cukup keras dan menggema berhasil membekukan tubuh Xienna untuk sesaat.

"Itu suara apa? Kayak suara tembakan."

Jantung Xienna berpacu. Ia mempercepat langkahnya ketika ia mulai merasa takut karena ditinggalkan sendirian di tengah hutan.

"Om!!! Om balik nggak! Habis ini aku pasti aduin om ke papa! Om Gavin!!!"

Xienna berteriak marah, sebenarnya ia merasa frustasi dan ketakutan. Pakaiannya mulai basah dan langkahnya semakin cepat melangkah hingga suara tembakan kembali terdengar dan kali ini lebih dekat.

"Arghh!" Xienna refleks berteriak sembari menutup kedua telinganya menggunakan tangan. Ketakutan semakin melanda kala suara tembakan kali ini terdengar lebih dekat dari sebelumnya.

Xienna menurunkan tangannya secara perlahan, memandang sekitar dengan was-was hingga ia menyadari kehadiran seseorang dari arah belakang. Xienna berbalik dan langsung jatuh terduduk dengan wajah terguncang saat menemukan Gavin yang ada di sana. Napas Xienna naik turun, ada perasaan lega ketika ia bisa melihat Gavin kembali.

"Om tega banget ninggalin aku di tempat kayak gini! Kalau ada apa-apa, memangnya Om bisa tanggung jawab? Jadi orang nyebelin banget sih!"

Gavin langsung terkena amukan Xienna. Namun, sepertinya itu tak memberikan pengaruh apapun. Wajah pria itu terlihat sedingin udara di tempat itu saat ini.

Tanpa mengatakan apapun, Gavin tiba-tiba mengangkat senapan di tangannya dan mengarahkan ujungnya ke arah Xienna dalam posisi siap untuk menembak.

Batin Xienna tersentak, merasa candaan Gavin tidaklah lucu. "Om, itu nggak lucu. Itu beneran, kan?"

"Jika kamu mati di sini, siapa yang akan bertanggungjawab?" ujar Gavin.

"Om?"

"Kamu sendiri yang harus bertanggungjawab," celetuk Gavin.

"Om Gavin!!!"

Dorr!!!

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 8 : Undangan Mematikan

    "Ma." Xienna bertemu dengan Ailyn di ruang tamu ketika ia akan berangkat ke sekolah. "Udah sarapan?" "Udah barusan. Papa pulang besok, kan, Ma?" Ailyn mengangguk. "Besok mama harus jemput ke bandara. Kamu mau ikut?" "Nggak, ah. Kalau papa minta jemput, itu berarti ada wartawan. Udah kebiasaan papa kayak gitu, mau nunjukin kalau dia bucin banget ke mama." Ailyn tersenyum tipis. "Kamu itu ada-ada aja. Ya udah, hati-hati." Xienna keluar rumah dan sudah ditunggu oleh sopir keluarga, Pak Teguh. "Berangkat sekarang, Non?" "Bentar, Pak." Xienna menemukan orang asing di halaman rumah yang tengah mencuci mobil Gavin. "Pak, itu siapa? Orang baru?" Allan, si pengacara muda itu tiba-tiba beralih pekerjaan menjadi pesuruh Gavin. Dengan pakaiannya yang sudah rapi, ia harus melakukan pekerjaan yang sebenarnya lebih cocok dikerjakan oleh Pak Teguh. "Itu orangnya Pak Gavin, Non. Tadi udah mau saya bantuin, tapi nolak." "Ini orang ganteng kok temenan sama orang ganteng juga," gumam Xienn

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 7 : Dua Wanita Menyebalkan

    "Om Gavin?" Xienna menutup mulutnya, sedetik kemudian ia panik, segera menunduk dan menggunakan tas kecilnya untuk menutupi wajahnya. "Mampus! Kok orang tua itu ada di sini sih? Lihat gue nggak sih?" "Aura sugar daddy-nya kuat banget. Kayaknya dia lagi naksir salah satu diantara kita deh," ujar teman di dekat Xienna. Xienna lantas bangkit tanpa menurunkan tasnya. "Gue duluan." "Eh?" Teman Xienna menahan tangannya. "Baru juga datang, buru-buru banget." Xienna mencuri pandang dan benar saja Gavin melihat ke arahnya. "Lo kenapa, Na?" tegur yang lain ketika melihat tingkah aneh Xienna. "Itu om gue..." ujar Xienna dengan suara yang sedikit dipelankan. "Yang mana?" "Orang yang lo maksud, itu Om Gavin!" Semua orang terperangah kecuali satu orang yang datang terakhir. Mereka menatap tak percaya. "Itu... om lo? Orang yang mau nembak lo?" Xienna mengangguk dengan wajah tertekan. "Lo nggak bilang kalau om lo masih muda. Kalau modelannya kayak gitu sih gue mau-mau aja ditembak." X

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 6 : Rahasia Si Gadis Manja

    Xienna kembali terbangun di dalam mobil dan Gavin pun tidak ada. Xienna memegangi keningnya, mengingat kembali apa yang terjadi sebelum ia terbangun di tempat yang sama. "Om Gavin naruh obat tidur ke minuman gue?" Tampak kesal, Xienna memandang keluar dan tertegun. Ia bergegas keluar, mendapati bahwa ia sudah berada di halaman rumah. Ia menghentakkan kakinya dengan kesal. "Om-om satu ini memang udah keterlaluan!" Membawa rasa kesalnya masuk rumah, Xienna hendak bergegas mencari Gavin sebelum teguran dari Ailyn menahannya. "Xienna?" Ailyn mendekat, memandang penampilan putrinya dengan tatapan bingung. "Xienna, baju kamu?" Ailyn memperhatikan gaun yang dikenakan oleh Xienna. Jelas-jelas tadi pagi putrinya pergi dengan mengenakan seragam sekolah. "Kamu dapat baju ini dari mana?" Fokus Ailyn teralihkan oleh jepit rambut yang dikenakan oleh Xienna sehingga ia refleks menyentuh kepala putrinya. "Seragam kamu ke mana?" Xienna menghela napas. "Ceritanya panjang. Om Gavin di mana, M

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 5 : Terjebak Dalam Permainan Liciknya

    “Arghh!”Xienna berteriak sembari menutup kedua telinganya ketika Gavin tiba-tiba melepaskan tembakan. Napasnya memburu, ia menatap tajam seolah tengah mengutuk Gavin yang baru saja menakut-nakutinya.“Kamu bisa disangka babi hutan jika keluar sembarangan,” ujar Gavin tanpa rasa bersalah.“Aku bakal aduin Om ke papa!!” teriak Xienna.Gavin tak peduli dan berjalan ke arah Xienna hanya untuk melewati gadis itu. Tak tinggal diam, Xienna langsung menahan kaki Gavin."Om mau ke mana?""Kamu nggak dengar perkataan papa kamu? Saya ini preman, masih berani ikut dengan saya?""Di halaman rumah ada CCTV. Kalau aku nggak pulang, mama pasti tahu kalau aku perginya sama Om Gavin."Xienna lantas berdiri. Meski takut, ia lebih takut jika ditinggalkan sendirian di tengah hutan seperti itu."Anterin aku pulang dan aku nggak akan ngadu ke papa."Gavin tak menyahut, ia justru berjalan meninggalkan Xienna sehingga gadis itu refleks mengekorinya. Kembali ke mobil, Xienna buru-buru masuk mobil dan mencari

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 4 : Jalan Pikirannya Tak Seperti Orang Normal

    Gavin Nathaniel Garth, ia ditunjuk sebagai pewaris Group Raharja oleh sang kakek. Membuat Gavin berhak memiliki seluruh warisan yang seharusnya dimiliki oleh mendiang ibunya di saat ia tak mendapatkan apapun dari keluarga pihak ayahnya.Gavin memutuskan untuk kembali setelah sembilan belas tahun saat mendapat kabar bahwa Abimana Raharja dalam kondisi kritis. Tapi kini pria tua itu sudah melewati masa kritis meski hanya terbaring tak berdaya di ruang rapat.Allan menghampiri Gavin yang duduk di sofa dengan membawa sebuah berkas di tangannya."Semasa Pak Abimana masih sehat, beliau berniat mengadakan rapat pemegang saham untuk mengumumkan Pak Gavin sebagai pimpinan selanjutnya. Menurut papa saya, ini harus diurus secepatnya, Pak."Allan menyodorkan berkas di tangannya pada Gavin. "Ini adalah daftar pemegang saham dari kantor pusat maupun kantor cabang."Gavin hanya memandang dokumen yang tergeletak di meja tanpa berminat untuk menyentuhnya. Pandangannya justru sempat mengarah pada sosok

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 3 : Sikap Misterius YangMenakutkan

    Xienna pulang lebih awal setelah temannya membatalkan acara. Pulang dengan wajah yang kesal, langkah Xienna sempat terhenti saat melihat Gavin yang berjalan menuju lantas atas sembari bertelanjang dada dan menenteng kemeja di tangannya.Pandangan Xienna mengarah ke datangnya Gavin. Netranya memicing, menyadari bahwa itu adalah arah menuju kamar orang tuanya. Melihat penampilan Gavin membuat Xienna semakin merasa heran."Om Gavin dari kamarnya mama? Nggak pakai baju?"Xienna bergegas menuju kamar ibunya. Ia membuka pintu dan membuat Ailyn sedikit terlonjak."Xienna."Xienna menatap penuh selidik. "Mama kok kaget kayak gitu?"Ailyn menyahut dengan gugup. "Nggak... tadi mama lagi ngelamun. Kamu kok udah pulang?""Nggak jadi keluar, anak-anak ada acara dadakan.""Oh..." Ailyn tersenyum canggung."Om Gavin mana, Ma?""Om Gavin?" Ailyn menggeleng, memilih untuk menipu putrinya. "Mama belum lihat om kamu."Xienna menatap penuh curiga dan berucap dalam hati, "jelas-jelas Om Gavin tadi dari si

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status