Home / Romansa / Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya / Bab 5 : Terjebak Dalam Permainan Liciknya

Share

Bab 5 : Terjebak Dalam Permainan Liciknya

Author: Backin_parade
last update Last Updated: 2025-10-01 14:00:10

“Arghh!”

Xienna berteriak sembari menutup kedua telinganya ketika Gavin tiba-tiba melepaskan tembakan. Napasnya memburu, ia menatap tajam seolah tengah mengutuk Gavin yang baru saja menakut-nakutinya.

“Kamu bisa disangka babi hutan jika keluar sembarangan,” ujar Gavin tanpa rasa bersalah.

“Aku bakal aduin Om ke papa!!” teriak Xienna.

Gavin tak peduli dan berjalan ke arah Xienna hanya untuk melewati gadis itu. Tak tinggal diam, Xienna langsung menahan kaki Gavin.

"Om mau ke mana?"

"Kamu nggak dengar perkataan papa kamu? Saya ini preman, masih berani ikut dengan saya?"

"Di halaman rumah ada CCTV. Kalau aku nggak pulang, mama pasti tahu kalau aku perginya sama Om Gavin."

Xienna lantas berdiri. Meski takut, ia lebih takut jika ditinggalkan sendirian di tengah hutan seperti itu.

"Anterin aku pulang dan aku nggak akan ngadu ke papa."

Gavin tak menyahut, ia justru berjalan meninggalkan Xienna sehingga gadis itu refleks mengekorinya. Kembali ke mobil, Xienna buru-buru masuk mobil dan mencari ponselnya. Namun, ia tak menemukan benda pipih itu di mana pun.

"Kok nggak ada sih?" gumam Xienna.

Mobil berjalan menembus kabut tipis. Tak jauh dari sana mereka menemukan sebuah vila yang tampak masih terawat. Namun, pemandangan di sekitar yang berkabut tipis justru terlihat horor di mata Xienna.

Gavin turun, tak mau tertinggal Xienna bergegas turun dan berdiri di belakang Gavin.

"Ini rumah siapa, Om?" tegur Xienna dengan was-was.

Gavin melangkah menuju bangunan vila dan Xienna tetap mengekorinya. Saat sudah berada di vila, nuansa horor yang sempat tercipta langsung menghilang. Vila itu sangat besar dan juga terawat seperti ada orang yang menempati vila itu.

"Vila ini punya Om?" tegur Xienna kembali.

"Ikut saya."

Gavin membawa Xienna ke lantai atas dan memasuki salah satu kamar. Di sana Gavin mengambil sebuah gaun putih sepanjang lutut dari dalam lemari pakaian dan menyerahkannya pada Xienna.

"Om nyuruh aku pakai ini?"

"Baju kamu basah."

Xienna memandang penampilannya sendiri dan memang benar bajunya sudah basar dan kotor.

"Aku gantinya di mana?"

"Mau di sini?" celetuk Gavin dengan wajah dingin.

Xienna langsung memberikan tatapan menghakimi.

"Di kamar sebelah," ujar Gavin.

Xienna pun buru-buru pergi. Setelah berganti pakaian, Xienna kembali ke kamar Gavin sembari mengomentari gaun yang diberikan oleh Gavin.

"Pas sih di aku, tapi modelnya kok kelihatan udah kuno banget."

Xienna langsung membuka pintu kamar Gavin seolah tak diajari sopan santun. Ia pun bergegas masuk setelah hanya menemukan ruang kosong.

"Om Gavin."

Xienna memeriksa kamar mandi yang juga kosong dan tiba-tiba saja batinnya tersentak.

"Jangan-jangan aku ditinggalin."

Xienna langsung berlari menuju lantai bawah. Ia bergegas mengecek mobil di halaman dan menghela napas lega saat masih mendapati mobil Gavin ada di sana.

"Nih om-om satu bikin senam jantung aja. Lihat aja nanti kalau udah sampai rumah, aku bakal aduin ke mama."

Xienna segera mencari keberadaan Gavin. Tak tahu seperti apa bangunan itu, Xienna pergi ke sembarang tempat hingga berputar-putar dan menemukan ruangan seperti dapur dan menemukan Gavin ada di sana. Mengenakan kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam. Duduk di meja dengan sebuah gelas kaca di tangan kirinya.

"Om," tegur Xienna seraya berjalan mendekat.

Gavin langsung terpaku, memperhatikan penampilan Xienna seolah itu mengingatkannya pada seseorang hingga ia perlu melihatnya lebih lama untuk menemukan perbedaan.

"Aku panggil dari tadi nggak nyahut-nyahut, memangnya nggak denger?"

Gavin tak menyahut, tetap memandang Xienna dengan intens dan pada akhirnya membuat Xienna merasa risih.

"Kenapa, Om? Kelihatan aneh ya? Ini pasti gara-gara gaunnya yang kuno."

Gavin menyodorkan teko kaca berisikan teh hangat di sampingnya, menawarkan tanpa berkata.

Xienna mendekat dan berdiri di samping Gavin. Bahkan saat gadis itu menuangkan teh, Gavin tetap memperhatikannya dengan intens.

"Kamu nggak takut dengan saya?" tegur Gavin, membuat pandangan keduanya bertemu.

"Siapa yang nggak takut kalau digituin?"

"Terus kenapa kamu nggak lari?"

"Kalau lari malah nyasar ke hutan. Lagian Om pasti nggak berani macem-macem sama aku. Karena kalau aku nggak pulang, mama langsung tahu kalau aku pergi sama Om."

"Menurut kamu saya memang seperti preman?"

"Psikopat," celetuk Xienna. "Bukan preman lagi, tapi psikopat. Untung aja Om adiknya papa, kalau bukan udah aku laporin ke polisi.

Gavin tersenyum tipis, membuat Xienna terheran-heran saat kali pertama melihat pria itu tersenyum dengan hangat.

"Kalau dilihat-lihat, Om Gavin memang ganteng," gumam Xienna dalam hati. Ia menjadi sedikit salah tingkah dan menyeruput teh hangatnya. Namun, ia langsung tersentak.

"Pahit banget! Nggak Om kasih gula?"

"Sesuatu yang terlalu manis bisa menjadi penyakit, seperti mama kamu."

Dahi Xienna mengernyit. "Mama? Kok malah jadi mama?"

Gavin menaruh gelas di tangannya ke atas meja. Ia kemudian merogoh sakunya, mengambil sesuatu. Setelahnya ia menarik pelan tangan Xienna agar gadis itu mendekat.

"Om mau ngapain?"

Gavin kemudian menyelipkan rambut Xienna ke belakang telinga dan memasangkan jepit rambut pada satu sisi.

"Ini apaan sih, Om?"

Xienna hendak menyentuh jepit rambut itu tapi Gavin menahannya.

"Jangan dilepas, begini lebih cantik."

Xienna tertegun, bukankah ini kali pertama pria dingin itu memujinya. Bukan hanya itu, ini adalah kali pertama Gavin bersikap hangat pada keponakannya.

"Om... lagi godain aku?" tegur Xienna dengan wajah serius.

"Apa untungnya godain anak kecil?"

"Iya juga sih, nggak mungkin juga, kan? Tapi ... Om udah punya istri?"

Gavin meraih dompet di atas meja dan menyerahkan kartu kependudukannya pada Xienna agar gadis itu memeriksanya sendiri.

"Belum nikah?" Sebelah alis Xienna terangkat hingga kedua netranya membulat melihat fakta selanjutnya.

"Om Gavin sepantaran sama mama? Serius, Om? Aku pikir tuaan mama."

Xienna membolak-balik kartu identitas Gavin dan kembali berkomentar, "Om masih orang Indonesia. Katanya udah sembilan belas tahun di Jerman, aku kira udah ganti kewarganegaraan."

"Mama kamu," celetuk Gavin yang tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.

"Kenapa sama mama?"

Gavin terlihat sedikit ragu. "Dia nggak pernah membicarakan saya sebelum saya kembali?"

Xienna menggeleng. "Aku aja baru tahu kalau papa punya adik. Di album foto keluarga aja nggak ada foto Om. Kalau ada, aku pasti kenal sama Om."

Sudut bibir Gavin tersungging, sangat tipis hingga Xienna pun ragu jika pria itu baru saja tersenyum.

"Vila ini punya Om? Atau vila punya keluarga?"

"Kamu bisa tidur jika mengantuk," celetuk Gavin.

"Hah? Maksud, Om? Aku nggak ngantuk kok."

Xienna kembali merasakan keanehan pada Gavin. Pria itu sulit ditebak. Tapi yang benar saja, sesaat kemudian Xienna mendadak kehilangan kesadaran. Tanpa berpindah dari tempatnya, Gavin menahan tubuh gadis itu yang limbung sehingga gelas yang berada di tangan gadis itu terjatuh dan hancur saat menyentuh lantai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 43 : Memberi Pelajaran Pada Pengacau

    Malam itu Linda sampai di Grand Shining Hotel, ia langsung diarahkan pergi ke kolam renang di lantai atas. Mungkin karena malam, tempat itu terlihat kosong. "Padahal tinggal dikasih di rumah, ngapain juga ngajak ketemuan di sini?" gerutu Linda. "Enak banget jadi orang kaya." Linda menyadari sebuah langkah mendekat dari arah belakang. Ia berbalik dan netranya terbelalak saat mendapati bahwa yang datang adalah Gavin. "Pak Gavin?" "Kaget melihat saya?" tegur Gavin. Linda menatap sekeliling. "Pak Gavin—" Ucapan Linda terhenti saat tamparan keras menyambar wajahnya dan membuatnya terlempar ke dalam kolam. Dengan sedikit kesusahan ia pun segera keluar dari air dan menatap tajam ke arah Gavin. "Kamu hanya berani mengancam anak kecil," ujar Gavin. Linda justru tertawa tanpa rasa sakit. "Saya nggak pernah memaksa Non Xienna, saya bisa minta ke Bu Ailyn atau Pak Arnold. Tapi Non Xienna yang memaksa saya menerima uangnya." "Jalang sialan," gumam Gavin, ia kemudian mengangka

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 42 : Ancaman Linda

    "Pa, aku mau kuliah di Jerman," ujar Xienna, memulai pembicaraan di meja makan."Kenapa harus Jerman?" sahut Arnold, tak ada lagi pembicaraan hangat di keluarga itu. Semuanya terasa sangat dingin."Teman aku ada yang ke sana.""Teman yang mana?""Papa nggak akan kenal sekalipun aku kasih tahu. Aku udah pilih kampusnya, tinggal registrasi aja.""Ke mana pun selain Jerman," tandas Arnold."Apa gara-gara Om Gavin," celetuk Xienna yang justru semakin memanaskan pembicaraan."Kamu ke sana karena bajingan itu?""Om Gavin nggak akan kembali ke Jerman, aku dengar Om Gavin udah beli rumah di sini.""Kamu dengar dari siapa?""Orang yang sering jemput Om Gavin. Aku nggak sengaja ketemu dan tanya kabar Om Gavin. Dia bilang Om Gavin akan menetap di sini."Arnold terdiam, tampak tak percaya tapi juga mempertimbangkan ucapan putrinya."Pokoknya aku mau ke Jerman, aku udah nggak betah tinggal di sini." Xienna beranjak dan pergi.Ada sedikit kepuasan di wajah Arnold saat mengira putrinya sudah menjauh

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 41 : Hamil Dan Harapan Hidup Bersama

    Waktu berjalan begitu cepat bagi bagi sebagian orang. Skandal perselingkuhan antara Gavin dan Ailyn sudah mereda dan tak ada lagi orang yang membicarakan hal itu. Berita itu mulai terlupakan meski Gavin belum bisa membersihkan namanya akibat skandal itu.Setelah hari itu Gavin tidak pernah lagi datang ke rumah Arnold. Ia menetap di hotel dan sesekali berkunjung ke rumah sakit. Sementara Xienna beberapa kali sempat mengunjungi Gavin di hotel. Dari Xienna Gavin mengetahui hubungan dingin antara Ailyn dan Arnold. Namun, sudah satu minggu sejak terakhir kali Xienna datang. Tak ada riwayat panggilan atau pun pesan. Gadis itu tiba-tiba bertingkah di luar kebiasaan.Sore itu Gavin meninggalkan kamar, bergegas ke tempat gym di lantai bawah yang baru saja dibuka bulan ini untuk sekadar mengisi waktu istirahat panjangnya. Tentu saja menjadi pengangguran adalah pekerjaannya selama ini. Dia adalah anak emas yang disembunyikan, tidak perlu repot-repot bekerja hanya untuk uang. Tabungannya pun tida

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 40 : Pembalasan Yang Setimpal

    "Dua kali," celetuk Aiden, duduk di sofa yang berseberangan dengan Gavin.Setelah pemecatannya, Gavin bertamu ke rumah Aiden dan inilah yang terjadi. Tidak ada orang yang menasehati Gavin selama ini selain Aiden."Satu kali kebetulan, yang kedua kalinya bisa jadi direncanakan. Dengan orang yang sama pula."Gavin bersikap tak acuh seolah tak masalah jika ia baru saja dipecat meski belum lama bekerja."Sekarang kamu jujur, kamu memang ada hubungan dengan istri Arnold?""Aku udah klarifikasi, perlu aku jelaskan lagi?""Perlu, sangat perlu. Kamu pikir om tidak tahu jika yang membuat pernyataan itu Allan? Om mau mendengar dari mulut kamu sendiri.""Aku udah punya seseorang.""Siapa? Pacar?""Bukan kakak ipar," tandas Gavin.Mitha yang duduk di samping Aiden mengelus lengan suaminya dan turut berbicara."Jadi semua foto-foto itu memang dipalsukan?""Tidak ada asap tanpa api," celetuk Aiden. "Sekalipun kamu dijebak, harus ada alasan untuk memulai skandal dengan seorang wanita."Gavin menggar

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 39 : Skandal Perselingkuhan Yang Meledak

    Pagi itu sebuah kabar perselingkuhan menggegerkan media sosial. Istri seorang menteri dengan CEO baru Group Raharja menjadi serbuan para pengguna internet di mana foto-foto yang tersebar menunjukkan wajah Ailyn dan Gavin dengan sangat jelas. Hal itu semakin memanas setelah rumor sebelumnya yang berhasil diredam.Tanpa tahu bahwa dunia sedang gonjang-ganjing karena skandal percintaannya, Gavin memasuki kantor seperti biasa. Namun, sejak ia datang, ia sudah menyadari tatapan orang-orang yang tengah menghakiminya. Gavin tak peduli karena dia adalah bos di sana dan pegawai kecil tentunya tidak akan berani mengusiknya.Kerumunan karyawan segera membubarkan diri begitu melihat kedatangan Gavin. Ketika sudah sampai di ruangannya, sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Gavin. Dua pesan sekaligus dari Allan. Gavin duduk di balik mejanya dan membuka pesan tersebut."Pak Gavin harus melihat ini."Allan melampirkan sebuah link dan Gavin langsung membukanya. Jemari Gavin sontak berhenti bergerak

  • Kembalinya Sang Pewaris : Obsesi Tuan Muda Yang Berbahaya   Bab 38 : Pengabdian Dan Harapan Palsu

    "Karena aku udah tidur dengan anak kamu."Sebuah pengakuan terucap tapi sayangnya tak akan pernah sampai pada Ailyn karena hanya sebuah hati yang berucap dalam keterdiamanan mulut yang terkatup rapat. Dan senyum remeh itu datang sebagai ganti atas jawaban yang ditunggu."Kenapa aku harus kasih alasan yang udah jelas?"Ailyn sedikit terkejut. Entah kenapa hatinya sangat kecewa."Aku memang nggak tahu diri," ujar Ailyn, tersenyum pahit dan mengambil beberapa langkah mundur."Om Gavin..."Sebuah teriakan dari bawah mengalihkan perhatian mereka. Xienna melambaikan tangannya ke arah mereka. Lebih tepatnya ia memanggil Gavin.Gavin kemudian kembali berbicara pada Ailyn. "Kamu mungkin sedang bingung. Kamu butuh healing agar pikiran kamu kembali jernih."Dengan seulas senyum tipisnya Gavin meninggalkan Ailyn dan menghampiri Xienna. Keduanya lantas pergi ke pantai, mencuri waktu untuk mengukir kenangan romantis berdua ketika Ailyn tak melihat keberadaan mereka. Saat langit sudah gelap, Xienna

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status