Share

Bab 1339

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2025-08-15 13:19:01

Nathan mengerutkan kening. Tanpa zirah emasnya, dia menyambut serangan itu dengan tangan kanannya yang terkepal, cahaya keemasan yang suci berkilauan di atasnya.

"Pukulan Naga Penghancur!"

BAAM!

Sebuah ledakan dahsyat terjadi.

Tubuh Sancho terdorong mundur beberapa langkah, tetapi Nathan terlempar mundur hingga belasan langkah sebelum akhirnya berhasil menyeimbangkan diri. Melihat pemandangan ini, kepercayaan diri Sancho kembali sepenuhnya.

Dia menatap Nathan dengan tatapan merendahkan. "Kau ingin membuatku merasakan penderitaan?" ejeknya. "Sayang sekali, kau tidak punya kemampuan untuk itu."

"Baiklah," kata Nathan, menarik napas dalam-dalam. Suaranya tenang, tetapi menandakan bahwa permainan telah berakhir. "Aku sudah tidak ingin bermain denganmu lagi." Dia membuka tangan kanannya.

Pedang Aruna seketika muncul di genggamannya. Saat bilah kelabu yang tenang itu muncul, langit dan bumi di sekitarnya seakan berubah warna. Udara menjadi berat, dan pedang itu sendiri mengeluarkan suara de
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1493

    Raja Goblin mengerutkan kening, lalu tertawa kecil, suara serak yang bergema seperti pisau diseret di batu. “Jadi kau tahu,” katanya. “Mereka semua mendapat kekuatan dariku. Aku mengajarkan mereka jalan menuju keabadian, menyembuhkan penyakit, memperpanjang hidup mereka. Jadi apa salahnya jika aku mengambil sedikit kekuatan mereka sebagai imbalan?”Matanya memerah. “Aku penguasa di sini. Dewa di tempat ini. Segalanya yang mereka miliki adalah milikku.”Cahaya kehijauan mulai berdenyut dari tubuhnya. Arvana dan Draven langsung bersujud, tubuh mereka gemetar.Nathan hanya mendengus pelan. “Seekor makhluk gagal berevolusi sepertimu menyebut dirinya dewa? Lucu sekali. Jadi siapa yang kau sembah di balik semua kebohongan ini, hm?”Raja Goblin mendesis. “Berani sekali…”“Cukup, Nathan!” seru Arvana putus asa. “Semua yang ada di sini milik Raja Goblin! Ia dewa Benua Monarch! Siapa pun yang melawannya pasti mati!”Nathan menatapnya datar. “Hanya seekor manusia berkepala goblin, disembah oleh

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1492

    Satu kata—monster siluman—yang keluar dari mulut Bonang langsung membuat Raja Goblin menegang.Seketika, gelombang energi hijau pekat meledak dari tubuhnya, menghantam Bonang keras hingga tubuhnya terpental ke lantai.Bonang mendengus tertahan, wajahnya meringis kesakitan. Abel yang melihatnya sampai pucat; napasnya tercekat. Ia belum pernah melihat makhluk seperti ini, bukan manusia, bukan siluman, tapi sesuatu di antara keduanya.Sementara Nathan hanya diam. Wajahnya menegang, matanya menelusuri tiap inci dari makhluk itu.“Raja Goblin,” suara Arvana terdengar gemetar, “Orang itu Nathan.”Makhluk itu menuruni tangga batu perlahan. Setiap langkahnya membuat udara menekan lebih kuat.Aura di tubuhnya bukan aura manusia. Bukan pula aura murni spiritual. Energi mentah, kasar, dan kelam seperti kumpulan jiwa yang dipaksa hidup dalam satu wadah.Nathan bisa merasakannya. Makhluk ini bukan hasil evolusi alami, tapi sesuatu yang dipaksa berubah.Wajah Raja Goblin makin jelas terlihat di baw

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1491

    Nathan menatap pil terakhir di piringnya, mengangkatnya ke cahaya. Wajahnya berubah pelan, seperti baru menyadari sesuatu. Di dalam pil itu samar tapi jelas, ada pola formasi kecil yang berputar di tengahnya.Ia menatap Arvana, matanya tenang tapi dingin. “Raja Arvana,” katanya pelan, “Pil obat seperti ini, biasanya untuk meningkatkan kekuatan. Tapi yang ini, justru menyegelnya, bukan?”Arvana membeku. Senyum di wajahnya hancur pelan-pelan. Iaduduk tegak. Senyumnya tampak ramah, tapi urat di lehernya menegang. Setiap detik Nathan diam, degup jantung Arvana makin kencang.‘Kalau bocah ini tahu…’ ia pikir, ‘Habislah aku malam ini.’Tapi Nathan akhirnya menelan pil itu. Perlahan. Tanpa reaksi.Arvana menarik napas lega, sementara Bonang dan Abel di sebelahnya sudah menghabiskan pil mereka sambil mengusap perut puas.“Memang barang bagus,” ujar Bonang, tersenyum santai. “Hangat sekali di dada—”Kata-katanya terputus. Tubuhnya limbung.“Bonang?” Nathan menoleh pura-pura kaget.Bonang berus

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1490

    Sementara itu, di ruang bawah tanah, dua penjaga yang mereka lumpuhkan mulai sadar. Mereka mendapati pintu rahasia terbuka dan berlari melapor.Tak lama kemudian, Arvana tiba di lokasi. Melihat dua penjaga tergeletak, wajahnya menegang. Ia tahu siapa pelakunya, dan di dadanya antara marah dan takut, rasa bersalah aneh muncul.“Aku bodoh,” bisiknya pelan. “Membiarkan mereka masuk ke dalam istana…”Tapi sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, udara di dalam ruang batu itu bergetar pelan. Cahaya dari rumah batu itu mulai menyala, seolah merespons sesuatu yang baru saja disentuh.Arvana menatapnya lama, wajahnya memucat. “Tidak… jangan sampai terbangun…”“Mohon ampun… mohon ampun…” Suara Arvana terdengar lirih di antara lantai batu yang dingin.Ia merangkak, tubuhnya gemetar, keringat dingin menetes dari pelipis. Aura suci yang memenuhi ruangan itu seperti pisau yang menekan lehernya.Begitu sampai di dalam ruang besar itu, ia berhenti. Di depan altar, bayangan Raja Goblin berdiri, bukan s

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1489

    Bonang menatap Nathan. “Kenapa kau tidak mengarang nama saja tadi?”Nathan tersenyum samar. “Karena aku ingin tahu reaksi mereka.”“Dan?”“Arvana, dia menyimpan sesuatu. Wajahnya tidak pernah lepas dari kendali, tapi matanya… mata orang yang berbohong karena harus.” Nathan menatap keluar jendela, ke arah langit malam. “Dia tahu sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Tapi dia tidak bisa mengatakannya.”Bonang melipat tangan. “Kau sempat memeriksa istana dengan kesadaranmu tadi. Ada sesuatu?”“Ada.” Nathan menatap jauh ke arah timur istana. “Di ujung sana, kesadaranku terputus. Seperti dinding tak terlihat yang memutus ruang dan waktu. Biasanya hanya formasi tingkat tinggi yang bisa melakukannya.”Bonang mengerutkan kening. “Dan patung-patung batu itu?”Nathan menarik napas panjang. “Ada formasi penyerap spiritual di dalamnya. Halus, nyaris tak terasa. Tapi jutaan orang menyembah setiap hari, energi mereka terkumpul perlahan, disalurkan ke satu titik.”Bonang terdiam beberapa detik. “Ke

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1488

    Arvana akhirnya membuka percakapan. “Tuan-tuan sekalian,” katanya sopan, “Aku masih belum tahu apa tujuan kalian datang ke Benua Monarch. Hanya ingin berkelana, atau ada urusan lain?”Nathan menatapnya, matanya tenang. “Kami hanya penasaran.”“Penasaran?” Arvana mencondongkan tubuh sedikit. “Tentang apa?”“Tempat ini.” Nathan menatap sekeliling. “Benua Monarch dipenuhi energi spiritual yang luar biasa. Seharusnya para kultivator di sini bisa menembus langit. Tapi entah kenapa, kebanyakan kekuatan tertinggi yang kami temui hanya berhenti di puncak Jiwa Langit. Itu tak masuk akal. Aku ingin tahu kenapa.”Ruangan mendadak sunyi. Abel berhenti mengunyah. Draven menunduk, gelisah.Arvana tersenyum samar, tapi di balik senyum itu ada rasa lelah yang menua. “Masalah itu sudah lama kami sadari,” katanya akhirnya. “Namun kami sudah menerima keadaan ini. Tidak semua orang lahir untuk mengejar kekuatan.”Ia menatap lilin yang berkedip di depan meja, seolah bicara pada dirinya sendiri. “Banyak pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status