Share

Bab 187

Author: Imgnmln
last update Huling Na-update: 2024-05-20 23:32:23

Kevin yang mendengar perkataan Frans seketika menjadi senang dan tertawa. “Frans, paman Kevin benar-benar berterima kasih kepadamu, kalau wilayah barat milik Keluarga Wibowo sudah bisa memulai pengembangan, paman juga tidak akan lupa pada jasamu ini!”

“Paman Kevin, jangan sungkan, kita ini sudah seperti keluarga, untuk apa sungkan begitu?!” Frans sengaja menekan nada bicaranya saat mengatakan keluarga, lalu menatap Nathan dengan tatapan menghina.

Hanya saja Nathan sama sekali tidak mempedulikannya, wajahnya tetap tenang, bahkan Nathan tidak merasa heran dan takut pada status Frans. Melihat Nathan yang tetap tenang, Frans merasa heran, dia heran karena Nathan masih belum bisa menebak statusnya.

Nathan mengeluarkan pil obat dan hendak buka mulut. Namun, baru mau berbicara, Sarah yang ada di sampingnya mencubitnya dan memelototinya.

Nathan tersadar dan segera mengerti. “Tuan, ini adalah pil obat yang aku buatkan untukmu, sudah jadi, setelah diminum, maka tubuhmu akan kembali sehat!”

Kevi
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Syarif
Lanjut baca ceritanya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1274

    "Kepala Keluarga Zellon," bisiknya, suaranya rendah namun penuh dengan racun. "Jaga dirimu baik-baik. Cepat atau lambat, aku pasti akan berkunjung."Jazer yang merasakan hawa dingin dari tatapan Nathan, justru tersenyum tipis. "Kalau begitu, aku akan menunggumu dengan senang hati," balasnya dengan nada misterius. "Mungkin saja, ada seseorang dari Keluarga Zellon yang sudah sangat, sangat ingin bertemu denganmu."Mendengar balasan itu, mata Nathan menyipit. Ia tahu pamannya sedang mempermainkannya."Nathan!" Suara Sancho memecah ketegangan di antara mereka. Ia menggunakan kesempatan ini untuk kembali mengambil alih panggung. "Beraninya kau membunuh orang di sini! Kau pikir karena Tuan Ryujin melindungimu, kau bisa seenaknya?!"Auranya berkobar, tinjunya terkepal erat, siap menyerang.Nathan bersandar kembali ke kursinya, menatap Sancho dengan tatapan geli. "Tidak puas?" ejeknya. "Sini, maju kalau berani."Ia berhenti sejenak, lalu tersenyum sinis. "Lagi pula, apa bedanya aku membunuhny

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1273

    Pemandangan ini membuat wajah Sancho semakin gelap. Rencana Formasi Sutranya untuk Nathan jadi sedikit lebih rumit dengan adanya Keluarga Arteta.Suasana di aula kembali hening, tapi kali ini jauh lebih berat. Nathan menatap lurus ke arah Sancho, matanya memancarkan niat membunuh yang tak terselubung. Sementara itu, Sancho justru memejamkan matanya, berpura-pura santai seolah tidak ada apa-apa.Sepuluh menit berlalu. Dua puluh menit. Setengah jam.Ryujin belum juga muncul.Suasana yang tadinya tegang mulai berubah menjadi gelisah. Bisik-bisik mulai terdengar, lalu perlahan menjadi gumaman yang lebih keras."Apa yang ada dalam pikiran Tuan Ryujin? Dia masih belum datang?""Benar sekali! Aku masih banyak urusan."Beberapa orang mulai merasa tidak puas, tapi tentu saja mereka hanya berani menggerutu.Di tengah kegelisahan itu, Nathan yang sejak tadi hanya diam justru tersenyum tipis. Ia sepertinya mengerti permainan apa yang sedang dimainkan Ryujin."Sudahlah," kata Nathan tiba-tiba, sua

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1272

    Tak lama kemudian, sesosok tubuh yang berjalan sendirian muncul di ujung jalan.Kehadirannya langsung menyedot perhatian. Bisik-bisik yang tadinya pelan kini menjadi lebih keras, semua mata tertuju pada pemuda yang menjadi pusat gosip terpanas di Moniyan.Di kerumunan anggota Martial Shrine, seorang bawahan menyikut Sancho. "Ketua Aliansi, dia datang."Sancho yang dari tadi hanya diam, menunjukkan seulas senyum tipis yang dingin. "Sudah siap?" bisiknya."Sudah, Ketua," jawab si bawahan. "Begitu dia keluar dari sini nanti, jalan pulangnya cuma satu, ke neraka."Nathan berjalan santai melewati kerumunan, Scholar dan Bachira langsung menyambutnya. Ia bisa merasakan puluhan pasang mata menusuk punggungnya—tatapan penasaran, tatapan benci, dan tatapan takut.Tiba-tiba, seorang pria paruh baya dari salah satu Martial Shrine melangkah maju, sengaja menghalangi jalan Nathan."Tunggu dulu!" teriaknya, suaranya dibuat sekeras mungkin agar semua orang mendengar. "Ini pertemuan para pemimpin klan

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1271

    Martial Shrine, malam terasa panjang bagi Sancho.Hingga larut, tidak ada kabar sama sekali dari duo Noxsi. "Sialan!" umpatnya, menghantam meja kerjanya hingga cangkir tehnya terguling. "Sampah tidak berguna!"Saat ia hendak bangkit untuk beristirahat dengan hati yang dongkol, seorang anak buahnya masuk tergesa-gesa sambil membawa sebuah undangan."Tengah malam begini ada yang kirim undangan?" tanya Sancho heran."Dari pihak kepolisian."Jantung Sancho berdebar. Ia merebut undangan itu. Benar saja, stempel Ryujin. Isinya adalah panggilan untuk pertemuan darurat besok pagi bagi semua anggota Martial Shrine.Kecurigaan langsung menyelimutinya. ‘Kenapa begitu mendadak? Ini pasti gara-gara Nathan.’Malam itu, seluruh dunia bela diri Moniyan gempar. Semua klan dan keluarga besar menerima undangan yang sama. Spekulasi liar menyebar lebih cepat dari api.Sancho tidak bisa tidur. Ia mengumpulkan para petinggi dan sekutu terdekatnya untuk rapat tengah malam.Saat mereka membaca isi undangan it

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1270

    Wanita itu baru saja hendak membalas dengan sombong, ketika matanya tiba-tiba membelalak ngeri. Ia merasakan kepalanya seperti diremas oleh tangan raksasa. Sebelum ia sempat menjerit—Jepret!Kegelapan.Pria di sampingnya mengalami nasib yang sama. Keduanya ambruk ke tanah tanpa suara, dengan darah mengalir tipis dari hidung dan telinga mereka. Kepala mereka tidak meledak, tapi isinya telah dihancurkan dari dalam."Tidak tahu diri," dengus Nathan, menatap kedua mayat itu dengan dingin.Saat ia hendak berbalik pergi, beberapa sosok muncul dengan cepat dari ujung gang dan berhenti di hadapannya. Nathan sedikit waspada, sebelum akhirnya mengenali pemimpin mereka.Paul Cartney.Tim Paul bergerak dengan efisien, mulai membereskan dua mayat itu seolah sudah terbiasa. Paul sendiri berjalan santai ke arah Nathan, mengeluarkan sebungkus rokok, dan melemparkan sebatang padanya."Sudah selesai main-mainnya?" kata Paul sambil menyalakan rokok untuk Nathan, lalu untuk dirinya sendiri. Ia mengembus

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1269

    Wajah wanita itu memerah karena malu dan marah. Tanpa peringatan, ia melancarkan serangan mental habis-habisan. Kali ini bukan untuk mencari, tapi untuk menghancurkan.Saat gelombang kekuatan mentalnya yang gelap itu menghantam pikiran Nathan, ia seperti menabrak sebuah matahari. Pikiran Nathan berkobar dengan cahaya keemasan yang menyilaukan, langsung membakar habis serangan mentalnya."ARGH!"Si wanita menjerit kesakitan, terhuyung mundur sambil memegangi kepalanya seolah baru saja disetrum. Rekannya bergegas memapahnya."Kamu..." desis si wanita, menatap Nathan dengan tatapan ngeri. "Bagaimana mungkin kekuatan mentalmu sekuat itu?"Nathan tertawa kecil. "Bukan mentalku yang kuat," katanya dengan nada mengejek. "Mungkin, mentalmu saja yang tidak cukup kuat?""Kurang ajar!" teriak si wanita, tersinggung berat. Di dunia persilatan, Sekte Noxsi adalah rajanya kekuatan mental. Ucapan Nathan bagaikan penghinaan terbesar. "Kakak seperguruan, hajar dia bersama!"Pria itu mengangguk. Keduan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status