Share

Bab 3

Author: Hana Pangestu
Detak jantung dan ekspresi Nikki yang tadi sudah mulai tenang, kini kembali kacau tak beraturan. Apa yang terjadi semalam membuatnya benar-benar tidak tahu bagaimana harus menghadapi pria itu sekarang.

Seorang pembantu melihatnya dan segera menyambut dengan senyuman ramah. "Nyonya, sarapan sudah dihangatkan kembali. Ayo makan."

"Eee ... terima kasih." Dia menelan ludah, terpaksa memberanikan diri melangkah ke ruang makan.

Dengan setelan jas rapi, Ralph duduk di bawah sinar matahari pagi. Wajahnya tampan dengan garis tegas, bahkan garis rambutnya pun terlihat tegas. Benar-benar mendekati sempurna. Penampilan yang sekarang jauh berbeda dengan pria bengis yang memperlakukannya dengan kasar semalam.

Dulu, alasan Nikki menerima pernikahan ini tanpa banyak pertimbangan pun tak terlepas dari wajah memikat Ralph.

Awalnya dia mengira perasaan akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Mereka akan saling bekerja sama dalam menjalani hidup. Siapa sangka, dua tahun berlalu, Ralph tetap mengabaikannya.

Dia duduk tanpa suara, mengambil sendok, dan perlahan menyuap bubur. Gerak-geriknya lembut seperti kucing. Namun, di dalam hati, dia masih memikirkan tentang perceraian. Dia benar-benar serius.

Meskipun Nikki sadar ini tidak adil bagi kedua anak mereka, pernikahan yang tanpa cinta dan status yang setara hanya akan membawa luka bagi keduanya. Anak-anak yang tumbuh dalam rumah tangga seperti ini pasti akan terpengaruh dalam kepribadian dan nasib mereka.

Setelah bubur hampir habis, Nikki menggertakkan giginya pelan, mengangkat kepala, menatap pria itu. "Tentang apa yang kubilang semalam, tolong pertimbangkan baik-baik. Tenang saja, aku nggak akan menuntut harta apa pun. Anak-anak pun nggak akan kubawa pergi."

Dia mengira pernyataan ini sudah cukup membuktikan bahwa dia tak memiliki motif tersembunyi.

Ralph yang semula membaca majalah ekonomi sambil menyesap teh pereda mabuk, pelan-pelan meletakkan cangkir saat mendengar ucapannya. Tatapannya yang semula jernih berubah gelap dan tajam. Dia menatap Nikki tanpa ekspresi apa pun.

Kulit kepalanya sontak menegang dan hatinya bergetar, tetapi dia tetap berusaha tenang.

"Pagi ini Kakek pingsan dan masuk rumah sakit. Keadaannya nggak baik. Kamu masih mau ribut soal cerai? Mau Kakek meninggal lebih cepat?"

"Apa?" Wajah Nikki langsung pucat. Sendok di tangannya jatuh ke meja. Dia menatap Ralph dengan cemas. "Kakek masuk rumah sakit? Apa penyakitnya tiba-tiba kambuh?"

Wajah Ralph semakin suram. "Belum jelas. Kita tunggu keterangan dokter."

Nikki langsung kehilangan nafsu makan. Jika bukan karena harus menyusui, dia pasti sudah berdiri sejak tadi dan tidak makan lagi.

Dia segera menghabiskan sisa bubur, mengambil dua roti, lalu berkata, "Cepat, kita ke rumah sakit."

Ralph menatapnya dengan tatapan penuh selidik. Bibirnya sempat bergerak, seakan-akan hendak berbicara. Dia tidak percaya bahwa cucu yang tak ada hubungan darah ini benar-benar peduli pada kakeknya.

Dia berpikir Nikki hanya khawatir karena Iskak adalah orang yang menjodohkan mereka. Jika sampai kakeknya meninggal, tak ada lagi yang akan melindunginya.

Nikki bilang ingin bercerai, tetapi siapa tahu isi hatinya yang sebenarnya? Bisa jadi ini hanya siasat mundur selangkah untuk maju dua langkah.

Pikiran itu membuat tatapan Ralph semakin diliputi kebencian, bahkan menyesal karena semalam tidak bisa menahan diri dan menidurinya.

Mengingat kejadian semalam, ekspresi Ralph menjadi rumit. Dia bahkan memalingkan wajahnya agar tidak terus melihat wanita itu.

Karena semakin lama dipandang, adegan semalam akan semakin bermunculan di benaknya. 'Gila! Sebenarnya wanita ini punya sihir apa?'

Keduanya pun pergi bersama. Sopir sudah menunggu di depan, jadi Nikki tak punya pilihan selain duduk di belakang, bersebelahan dengan Ralph.

Di perjalanan, Ralph menerima dua panggilan dari kantor. Nada suaranya datar dan dingin, jelas suasana hatinya sedang buruk.

Nikki tahu dia sedang mencemaskan kakeknya. Dia beberapa kali melirik wajah pria itu secara diam-diam. Setelah menimbang cukup lama, akhirnya dia memberanikan diri untuk berbicara.

"Operasi Kakek waktu itu sangat berhasil. Dokter bilang kalau dirawat baik, bisa bertahan empat sampai lima tahun. Ini baru dua tahun. Kakek pasti akan baik-baik saja."

Ralph mengerutkan alisnya, menarik napas pelan. Baru saja hendak menjawab, telepon kembali berbunyi.

Ketika melihat nama yang muncul, ekspresinya seketika melunak. Kemudian, dia menyapa dengan suara lembut, "Halo, Shireen ...."

Dari seberang sana terdengar suara wanita yang lembut dan khawatir. "Kak Ralph, dengar-dengar kondisi Kakek tiba-tiba memburuk dan dirawat di rumah sakit?"

"Ya."

"Keadaannya gimana?"

"Aku masih di jalan menuju rumah sakit, belum tahu pasti."

"Kalau begitu, aku juga ke sana sekarang. Irfan baru berangkat dinas tadi pagi. Kalaupun balik, pasti sudah malam."

Irfan Tanadi adalah suami Shireen sekaligus teman masa kecil Ralph. Mereka bertiga tumbuh bersama. Makanya, Iskak sudah seperti kakek bagi mereka semua.

"Nggak usah repot-repot. Biar Irfan urus urusannya sendiri," balas Ralph dengan suara rendah.

"Pokoknya aku sudah kasih tahu dia. Mau balik atau nggak, terserah dia. Kamu juga jangan terlalu khawatir. Kakek pasti bisa melewati ini semua," hibur Shireen dengan penuh perhatian.

Wajah Ralph sedikit melunak. "Aku tahu. Hati-hati di jalan. Hujan, suruh sopir pelan-pelan."

Nikki yang duduk diam di sebelahnya merasakan hatinya perih seperti digigit semut. Lihat, 'kan? Ralph bisa bersikap hangat dan lembut, hanya saja bukan ke dirinya, tetapi ke istri orang.

Setelah telepon ditutup, suasana di dalam mobil kembali sunyi. Ralph menggenggam ponsel, lalu diam dua detik. Dia tiba-tiba menyadari sesuatu, jadi menoleh menatap wanita di sebelah.

Namun, begitu melihat Nikki sedang menatap ke luar jendela dengan wajah tenang, sama sekali tak peduli dengan panggilan tadi, dia pun mengurungkan niatnya.

Wanita ini menikah dengannya hanya demi status dan harta. Dia tak peduli siapa yang ada di hati Ralph. Jadi, untuk apa dijelaskan?

....

Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju ruang rawat. Indah, ibu Ralph, langsung mengalihkan pandangannya ke putranya, lalu bertanya dengan kesal, "Sudah dikabari sejak pagi, kenapa baru datang sekarang?"

Keluarga Nafiz adalah keluarga besar. Dua meja makan besar pun tak muat saat seluruh anggota keluarga berkumpul pada tahun baru.

Momen seperti ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan rasa hormat. Terlambat bisa menjadi bahan omongan.

Ralph melihat ke dalam ruang rawat lewat kaca. Ayahnya, pamannya, kakak sepupunya, sedang berbicara dengan dokter.

"Tadi pagi ada urusan sedikit." Setelah menjawab, Ralph langsung mendorong pintu dan masuk.

Nikki yang berada di belakangnya merasa agak heran. Bukankah pagi tadi Ralph tidak pergi ke kantor? Apa urusannya?

Dia tiba-tiba teringat sesuatu. Jangan-jangan Ralph menunggunya bangun? Namun, dengan sikap Ralph selama ini, mustahil pria ini peduli padanya.

Saat Ralph masuk ke ruangan, Indah langsung mengalihkan pandangan ke Nikki. Nikki menyadari dan segera menyapa dengan sopan, "Ibu."

Namun, ekspresi Indah tetap tak ramah. "Mengurus anak itu tugas ibu. Di rumah ada pengasuh dan pembantu. Jangan sampai hal sepele bikin Ralph terlambat datang."

Jelas, sang mertua menyalahkan Nikki atas keterlambatan anaknya. Nikki sempat ingin membela diri, tetapi melihat banyak keluarga besar berkumpul, dia menahan diri.

Dengan suara rendah, dia berkata, "Aku mau lihat Kakek dulu."

"Lihat apa? Ayah baru tidur. Kamu bisa lihat semua juga nunggu di luar, 'kan?" bentak Indah langsung.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 100

    "Kalau begitu, kamu saja yang bawa dia pulang. Besok setelah dia sadar, dia bisa pilih sendiri mau ke mana."Ralph belum sempat menjawab, tiba-tiba dari kursi belakang terdengar suara mual. Kulit kepalanya langsung merinding. Dia buru-buru menepi sambil berseru, "Irfan, jangan muntah di mobilku!"Sayangnya, sudah terlambat.Begitu Ralph turun dan membuka pintu belakang, Irfan sudah muntah berantakan. Jas mahalnya yang buatan tangan pun ikut ternoda. Ralph berdiri di sisi mobil, satu tangan menekan keningnya sendiri. Wajahnya penuh kemarahan dan rasa tak berdaya.Awalnya dia memang sempat terpikir untuk membawa Irfan pulang ke rumahnya di Moonland. Namun sekarang, dengan seluruh emosi dan bau menyengat ini, mana mungkin dia mau cari masalah sendiri?Akhirnya, Ralph membawa Irfan ke hotel paling mewah milik Keluarga Tanadi dan menyewa satu kamar presidential suite, lalu menelepon asisten pribadi Irfan agar segera datang dan mengurusnya.Setelah itu, dia langsung pulang.Sementara itu, Ni

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 99

    Di saat itu juga, Shireen yang sudah tertidur lelap di rumah, tiba-tiba terbangun karena dering telepon. Melihat nama Ralph muncul di layar, matanya langsung terbuka penuh.Namun belum sempat dia membuka mulut, suara rintihan yang amat dikenalnya sudah terdengar dari seberang. Dalam sekejap, Shireen langsung paham. Pasti Irfan sedang mabuk lagi dan mulai mengamuk seperti biasa.Setiap kalimat yang meluncur dari mulut pria itu, terdengar di telinganya dengan jelas. Hatinya yang semula tenang mendadak bergolak, dadanya seperti dihantam beban seberat ribuan kilo.Meski selama ini mereka terus berselisih dan dia sendiri yang mengajukan gugatan cerai, rasa sakit di hatinya ternyata jauh lebih besar daripada yang dialami Irfan.Sejak kecil sampai dewasa, dialah yang selalu mengejar Irfan, mencintainya lebih dalam, dan mengorbankan lebih banyak. Shireen tahu betul, Irfan takkan pernah memperlakukannya sebaik Ralph memperlakukan dirinya.Namun, mau bagaimana lagi? Manusia memang bodoh. Semakin

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 98

    Setelah menutup telepon, Ralph langsung bangkit dan mulai mengenakan pakaiannya.Nikki awalnya juga ingin bangun dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun saat melihat Ralph bersiap keluar, dia malah sengaja menunda-nunda dan tetap duduk membelakangi pria itu sambil pelan-pelan merapikan pakaian tidurnya.Ralph menatap punggungnya dengan tatapan dalam dan muram. Saat kancing kemejanya hampir selesai dipasang, dia baru menjelaskan dengan suara rendah, "Aku ada urusan, harus keluar sebentar. Kamu tidur duluan saja, nggak usah tunggu."Hati Nikki terasa mati rasa. Dia bahkan tidak menanggapi sama sekali dan hanya tetap diam.Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan kembali tertutup. Pria itu sudah menghilang dari kamar.Nikki baru bangkit dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Wajahnya tanpa ekspresi, tetapi dalam sorot matanya, terselip perasaan kecewa dan terluka yang dalam.Tadi dia jelas mendengar sebutan "Nyonya Tanadi" di telepon, sudah pasti maksudnya Shi

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 97

    Nikki menatap mata Ralph yang gelap, cahayanya berubah-ubah dalam sekejap. Saat tubuh pria itu membungkuk ke arahnya dengan aura membunuh, alarm dalam kepalanya langsung meraung keras!Benar saja, sedetik kemudian, rasa sakit menusuk menghantam lehernya. Bukan ciuman yang dia dapat, melainkan gigitan kasar dari Ralph yang langsung mencengkeram kulitnya."Ahh ... Ralph, kamu gila ya?! Sakit tahu!" serunya spontan sambil berusaha meronta. Kedua kakinya menendang liar dan tangannya terus memukul-mukul.Namun, tubuh Ralph tinggi dan kuat. Tubuhnya yang berat menindih Nikki dengan kuat. Tenaga Nikki yang lemah itu tidak bisa dibandingkan dengannya."Di rumah ada yang tersedia, kenapa aku harus cari yang jauh? Bukannya dulu kamu semangat sekali waktu aku mau menyentuhmu? Kenapa? Sekarang sudah berpindah hati, jadi mau menjaga dirimu untuk selingkuhanmu itu?"Sambil bermesraan, Ralph berbisik pelan di samping telinga Nikki. Bayangan Nikki yang berkencan dengan pria lain terus berputar di kepa

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 96

    Ibu tiri?Nikki langsung mengernyit tajam, menatap Ralph dengan ekspresi aneh. "Kamu ngomong apa sih?" Dia lagi waras nggak, ya?Melihat Nikki menyangkal, Ralph pun enggan menjelaskan lebih jauh.Harga dirinya yang tinggi membuatnya malas membahas hal itu lebih jauh. Jika tidak, malah terkesan seperti dia benar-benar peduli atau cemburu.Ibu jarinya kembali mengusap lembut sisi wajah Nikki. Dia tersenyum, tapi senyumnya tampak menyeramkan. Lalu, dia merobek setengah lembar surat cerai yang tadi direbutnya menjadi serpihan kecil.Nikki hanya bisa memandangnya tanpa bersuara dan tidak berdaya.Malam harinya, Nikki bersiap untuk kembali tidur di kamar tamu. Namun siapa sangka, saat dia masuk ke kamar utama untuk mengambil baju, Ralph malah diam-diam mengunci pintu dari dalam. Dia memutar gagang pintu dua kali, tetapi tidak bisa dibuka.Dengan kesal, dia berbalik dan menatap tajam ke arah pria di ranjang. "Ralph, buka pintunya!""Ini malam hari, tentu saja pintu kamar ditutup," jawab Ralph

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 95

    Ralph menangkap jelas reaksi panik dan gugup Nikki. Tatapannya yang tajam juga tidak melewatkan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan di belakang punggung wanita itu.Tanpa menjawab pertanyaannya, Ralph terus melangkah maju dan memaksa Nikki mundur hingga terdesak ke pagar balkon. Kepala Nikki terasa berdengung dan napasnya memburu. Wajah Ralph semakin dekat dan dia hanya bisa meregangkan leher sejauh mungkin untuk mencoba menjauh.Ralph sengaja terus menekannya.Jarak mereka kini sangat dekat hingga bisa merasakan napas satu sama lain. Melihat Nikki yang semakin panik, bahkan sampai menahan napasnya karena ketakutan, pria itu tersenyum samar. Tangannya perlahan menyelinap ke belakang punggungnya, lalu bertanya dengan lembut, "Istriku sedang sembunyikan apa di belakang? Boleh aku lihat?"Sebelum ucapannya selesai dilontarkan, tangannya sudah menyentuh lembaran kertas.Jantung Nikki berdegup kencang, dia pun tergagap, "Ng ... nggak ada apa-apa, cuma coret-coretan nggak jelas.""Oh ya?"K

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status