Share

Bab 2

Author: Hana Pangestu
Begitu kalimat itu terucap, suasana dalam ruangan gelap langsung sunyi senyap dan menyesakkan.

Ralph menoleh menatapnya, nadanya semakin dingin. "Kenapa menggila tengah malam begini?"

"Aku serius," jawab Nikki dengan sangat tenang. Pikirannya terus terbayang pemandangan Ralph yang berkencan dengan Shireen hingga larut malam dan bagaimana Shireen menghina dirinya. Untuk apa pernikahan seperti ini dipertahankan?

"Tenang saja. Soal Kakek, aku akan kasih tahu sendiri. Bilang saja aku yang minta cerai, nggak ada hubungannya denganmu," ucap Nikki dengan nada datar. Kemudian, dia langsung menyibakkan selimut tipis. "Malam ini aku tidur di tempat lain. Aku nggak bakal ganggu kamu."

Belum sempat melangkah, tubuhnya tiba-tiba ditarik dengan kasar dalam kegelapan dan ditekan di tempat tidur.

"Aahhh!" Nikki tercengang. Saat melihat ke atas, sosok Ralph yang murka menggelayuti tubuhnya.

Jantungnya berdetak kencang, wajahnya panik. "Ralph! Kamu gila? Anak kita di sebelah!" Dia takut pria mabuk ini bertindak nekat dan menyakiti anak mereka.

"Cerai? Kamu sudah lahirin anakku, bukankah itu supaya kamu bisa naik status jadi nyonya besar? Sayang dong kalau cerai," ujar Ralph dengan dingin.

"Aku nggak ada maksud seperti itu! Kehamilan ini kecelakaan! Seharusnya kamu yang disalahkan, kenapa salahin aku?" balas Nikki dengan suara marah yang tertahan.

"Kecelakaan? Kalau memang nggak mau hamil, ada banyak cara untuk cegah!"

"Sudah kubilang, aku sudah minum obat!"

"Heh!" Ralph mencibir, jelas tidak percaya.

Dulu, dia terlalu meremehkan wanita ini sehingga lengah. Sekarang, dia terjerat dengan keberadaan anak.

Nikki tahu pria ini tak akan pernah percaya. Ralph pasti merasa semua ini bagian dari rencananya agar dia bisa menjadi nyonya besar keluarga kaya. Dia pun tak mau repot-repot membela diri lagi.

Dalam keheningan, Ralph masih menindihnya. Matanya yang mulai terbiasa dengan gelap samar-samar bisa melihat jelas.

Wanita yang terperangkap di bawah tubuhnya menatap penuh amarah, napasnya naik turun, penuh emosi.

Jarak mereka begitu dekat. Aroma wangi tubuh Nikki membuat pikiran Ralph kembali melayang ke adegan menyusu tadi ....

Seketika, suasana menjadi canggung. Kalau tidak salah ingat, hari ini adalah ulang tahun pernikahan mereka yang kedua. Sebagai suami, bukankah dia berhak menjalankan kewajiban?

Nikki merasa ada yang tak beres. Dia menoleh untuk berbicara, tetapi Ralph sontak menunduk dan memeluknya. Napas pria itu langsung menerpanya.

Nikki terbelalak panik dan tak percaya. Tadi pria ini marah-marah, kenapa sekarang menciumnya?

Ralph sebenarnya ingin menciumnya, tetapi Nikki sama sekali tak merespons. Perempuan yang tadi masih berbicara dengan lantang kini malah membeku.

Karena tidak sabar, Ralph mulai berpindah ke bawah, mengecup leher, tulang selangka .... Semakin dekat ke dada, aroma tubuhnya semakin memabukkan. Rasa mabuk yang diredam dengan mandi air dingin pun kembali menyerang otaknya, kali ini dikuasai oleh hasrat.

Nikki baru sadar bahwa kulitnya bersentuhan langsung dengan udara. Jantungnya sontak berdetak kencang. Dia terbata-bata. "Ralph ... lihat baik-baik .... Aku Nikki ... bukan Shireen ...."

Saat berikutnya, rasa sakit yang luar biasa langsung menyergap. Dia berteriak pelan dan mencoba menolak, tetapi Ralph menahan tangannya dan sekali lagi mencium paksa. "Ini bukan pertama kali, ngapain pura-pura?"

Dalam kegelapan, air mata mengalir dari sudut mata Nikki. Dia tidak berpura-pura, memang sakit. Memang ini bukan pertama kalinya, tapi ini pertama kalinya setelah melahirkan. Rasanya seperti tubuh dibelah dua.

Ralph mencibir, tetapi saat bibirnya menyentuh air mata Nikki, alisnya berkerut. Jakunnya bergerak naik turun, tubuhnya menegang. Dia mendadak terdiam.

Beberapa saat kemudian, saat Ralph bergerak lagi, gerakannya menjadi jauh lebih lembut.

....

Keesokan paginya, Nikki terbangun karena rasa nyeri menekan di dadanya. Dia sudah lebih dari tiga bulan menjadi ibu sehingga sudah terbiasa dengan rasa sakit ini. Refleks, dia membuka mata dan mencari bayinya.

Biasanya cukup menyusui dan sakit akan mereda. Namun, dia tidak menemukan bayinya di ranjang.

Dia tertegun sesaat, lalu panik. Dua hari lalu, bayi laki-lakinya mulai bisa tengkurap. Jangan-jangan jatuh ke lantai?

Dia melompat bangun, menunduk melihat lantai. Syukurlah, kosong. Namun, rasa nyeri di pinggang langsung menyerangnya. Ekspresinya berubah sakit.

Sambil memegang pinggang dan menopang tubuh, kenangan semalam membanjiri kepalanya. Semalam karena dipicu oleh pesan dari Shireen, dia lelah dan putus asa. Dia mengusulkan untuk bercerai, tetapi malah membuat Ralph marah. Pria itu pun menggila, menyiksanya sampai subuh.

Secara logika, Nikki sebenarnya tak menolak hubungan intim. Ralph tampan, atletis, dan staminanya bagus. Tidur dengannya tidak akan rugi.

Namun, dengan pengalaman minim, tubuh pasca melahirkan, dan perlakuan kasar, semua itu malah menjadi trauma.

Setelah selesai, tubuhnya begitu lelah hingga tak sadarkan diri. Dia, bahkan tak sadar saat Ralph bangun dan saat Bulan masuk untuk mengambil bayinya.

Nikki melamun, mengenang semua yang terjadi. Setelah marah dan sakit hati, kini muncul rasa malu dan gugup.

Jika dia tak salah ingat, setelah menangis semalam, sikap Ralph memang menjadi lembut. Seperti memberinya waktu untuk menyesuaikan diri.

Namun, pria sedingin Ralph yang bahkan belum pernah berbicara baik-baik padanya sejak menikah, apa mungkin akan tiba-tiba menjadi penuh kasih?

Tidak mungkin. Itu pasti hanya halusinasinya.

Dia tahu Ralph bisa bersikap lembut, tetapi bukan ke dirinya, melainkan ke Shireen, cinta masa kecil yang tak bisa dia miliki.

Bahkan "malam pertama" mereka juga karena Ralph mabuk usai Shireen menikah dan mengira Nikki adalah Shireen.

Semalam saat Nikki mengingatkan, hal itu justru semakin memancing amarah Ralph. Mungkin karena dia memang tak pantas menyebut nama Shireen di depannya.

Saat Nikki masih tenggelam dalam pikirannya, pintu kamar berbunyi. Dia kaget, buru-buru berbaring dan pura-pura tidur, mengira Ralph masuk. Setelah kejadian semalam, dia tak tahu harus bagaimana menghadapi pria itu.

Saat berikutnya, terdengar suara Bulan. "Nyonya, Nyonya? Sudah bangun?"

Nikki segera membuka mata. "Bi Bulan ...."

Dia merasa agak canggung, lalu duduk dan bertanya, "Shavin dan Shani sudah bangun?"

"Ya, jam 5 pagi tadi sudah minum susu. Tapi sekarang lapar lagi," jawab Bulan.

Nikki mengangguk. "Aku cuci muka dulu."

Bulan pergi mengambil bayi, sementara Nikki bangkit ke kamar mandi.

Begitu kakinya menginjak lantai, rasa ngilu kembali datang. Dia meringis dan mukanya langsung memerah. Ralph memang dingin, tetapi kalau urusan ranjang, dia terlalu gila.

Nikki buru-buru masuk ke kamar mandi sambil memegang wajahnya yang panas. Dia merasa dirinya kotor dan butuh waktu untuk menenangkan diri.

Setelah menyusui dua bayi, lebih dari setengah jam berlalu. Perut Nikki mulai lapar. Dia turun ke lantai bawah untuk mencari makanan.

Begitu pintu lift terbuka dan dia melangkah ke ruang makan, matanya langsung membelalak. Ralph sedang duduk di meja makan.

Jantung Nikki berdetak cepat. Otaknya seperti meledak. Sudah pukul 9 pagi, kenapa Ralph belum pergi ke kantor?
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 202

    Setelah seharian sibuk bekerja, menjelang pulang, Nikki menerima panggilan telepon dari Kennedy."Gimana kabarmu beberapa hari ini?" Suara Kennedy terdengar lembut seperti biasa dan penuh senyum saat berbicara.Nikki teringat kejadian memalukan waktu dia pulang ke kampung. Perlakuan berlebihan Ralph membuatnya merasa malu dan canggung. Bahkan saat ini dia masih agak sulit membicarakannya. "Ya ... lumayan. Setiap hari kerja, cukup padat.""Baguslah. Aku sempat khawatir Ralph akan mempersulitmu.""Nggak ... dia juga sibuk."Sebenarnya Kennedy menelepon untuk menanyakan apakah Nikki sudah serius mempertimbangkan soal perceraian. Namun kalau langsung menanyakan begitu saja terasa tidak sopan, jadi dia hanya mengutarakan hal-hal seputarnya.Namun, Nikki bisa merasakan ada maksud lain di balik kata-katanya. Dia pun memilih untuk jujur, "Kak Kennedy, kalau ada yang mau disampaikan langsung saja."Kennedy terkekeh kecil dan memujinya, "Pintar sekali. Bahkan lewat telepon pun kamu bisa merasaka

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 201

    Dari sudut pandang seorang ayah, Gaston tentu ikut sakit hati melihat kondisi putrinya. Namun, pikirannya tetap lebih tenang dan rasional.Di antara tiga keluarga ini ada hubungan kerja sama dan kepentingan bisnis. Masalah rumah tangga sekalipun, tidak bisa sampai membuat hubungan antar keluarga hancur. Kalau sampai pecah, kelak bagaimana mereka bisa tetap bekerja sama di dunia bisnis?Apalagi, Gaston juga tahu tabiat putrinya sendiri. Shireen selalu bimbang antara dua pria, sehingga membuat hubungannya berantakan. Kalau bukan karena itu, tidak mungkin muncul masalah besar seperti hari ini.Maka baginya, yang terpenting sekarang adalah meredakan keadaan. Jangan memperbesar masalah. Semakin ramai, semakin merugikan semua pihak.Namun, istrinya jelas tidak bisa menerima sikap tenang itu. Begitu mendengar kata-kata Gaston, dia langsung menoleh dengan amarah."Ngomong memang mudah! Rasa sakitnya bukan kamu yang tanggung. Kamu tahu nggak, keguguran bisa menghancurkan tubuh seorang wanita se

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 200

    Irfan masih cukup tenang. Dengan suara rendah dia berkata, "Sudahlah, semua ini sudah ditentukan takdir. Apa pun yang kita bicarakan sekarang tetap nggak ada gunanya."Sebenarnya, Irfan barusan juga mendengar percakapan ibu mertuanya dengan Indah, jadi dia kira-kira sudah tahu apa yang terjadi semalam.Shireen sedang hamil, seharusnya dia yang paling berhati-hati menjaga dirinya sendiri. Namun, dia malah bertengkar dengan Ralph di dalam mobil hingga terjadi insiden. Ralph mungkin memang punya tanggung jawab, tapi kesalahan Shireen sendiri jauh lebih besar.Sudah bertahun-tahun saling mengenal, juga lebih dari setahun berumah tangga, Irfan tahu persis tabiat Shireen. Saat Shireen sedang keras kepala, dia bisa membuat masalah sebesar apa pun.Kali ini, anggap saja sebagai pelajaran. Jika memang anak ini tidak bisa bertahan, baik mereka bercerai ataupun tetap bersama, keadaan justru akan lebih sederhana.Setelah menutup telepon, Ralph masih merasa gelisah. Setelah dipikir-pikir lagi, dia

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 199

    Indah sama sekali tidak tahu detail apa pun. Tadi dia hanya mengucapkan beberapa kata penghiburan kepada Keluarga Maulana. Namun begitu menutup telepon, dia langsung menanyai Ralph dengan penasaran.Ralph sendiri masih tenggelam dalam suasana muram setelah pertengkarannya dengan Nikki pagi itu. Mendengar serangkaian pertanyaan ibunya, perasaannya semakin suntuk. Dia hanya menjawab dengan nada datar, "Tadi malam ada sedikit insiden. Sudah terlalu malam, jadi aku nggak kasih tahu kalian. Aku segera bawa dia ke rumah sakit. Setelah itu, Pak Gaston dan Irfan juga datang, jadi aku pulang duluan."Indah makin bingung. "Insiden apa? Kalian kecelakaan mobil?""Bukan ...."Indah makin penasaran dan nadanya bertambah tegang, "Lalu apa sebenarnya? Aku dengar katanya kalian berdua sempat bertengkar di dalam mobil, kemudian Shireen tiba-tiba sakit perut ...."Wajar saja Indah banyak bertanya. Pasalnya, dari cara bicara Keluarga Maulana, jelas-jelas penuh dengan nada menyalahkan Ralph. Dia khawatir

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 198

    Wajah Ralph yang sedari tadi sudah muram, langsung menjadi semakin masam setelah mendengar ucapan Nikki. Suaranya dingin dan penuh kemarahan yang ditahan."Kamu ingin bercerai supaya bisa hidup mesra dengan pria lain, kenapa harus menaruh tuduhan di kepalaku? Memang benar tadi malam aku bertemu Shireen, tapi nggak ada apa-apa yang terjadi.""Dia cuma tiba-tiba sakit, harus dibawa ke rumah sakit darurat dan tas itu tertinggal di mobilku dalam keadaan panik. Aku sendiri bahkan nggak tahu. Kalau cuma karena itu kamu langsung menuduhku, bukankah kamu terlalu gegabah?"Nikki menoleh dan matanya menatap tajam. "Ralph, sebenarnya siapa yang terus melempar tuduhan? Bisa nggak kamu pakai sedikit logika? Kamu dan Shireen sudah punya perasaan bertahun-tahun lamanya, apa sekarang semua mau kamu pungkiri?"Awalnya Nikki tidak ingin memperpanjang lagi. Semua ini sudah seperti kaset rusak, berulang-ulang membicarakan hal yang sama. Membosankan dan melelahkan. Namun melihat Ralph masih saja bisa memut

  • Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan   Bab 197

    Begitu masuk ke rumah, seluruh bangunan sudah sunyi senyap. Saat Ralph mendorong pintu kamar utama, seperti yang dia duga, ranjang besar yang rapi dan nyaman itu kosong. Nikki tidak tidur di sana.Ralph berdiri di ambang pintu beberapa detik, entah apa yang dipikirkannya. Lalu dengan langkah berat, dia melangkah masuk dan menutup pintu pelan dari belakang.Di kamar tamu, Nikki yang baru saja berbaring mendengar suara dari luar. Suara itu berisik sejenak, lalu kembali hening. Saat itu, barulah kegugupannya sedikit demi sedikit mereda. Sudah lama sekali mereka tidak mengalami perang dingin seperti ini. Sepertinya, semuanya benar-benar hampir berakhir.....Keesokan paginya ketika Nikki bangun, Ralph belum berangkat kerja. Setelah selesai menyusui bayi kembarnya, dia turun untuk sarapan. Saat tiba di ruang makan, Hadi baru saja masuk dari luar dengan membawa sebuah tas tangan wanita edisi terbatas."Nyony ... eh, Bu, tas Anda tertinggal di mobil Tuan."Hadi memang setiap pagi akan members

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status