Share

Bab 4. Anak itu, Anakku yang Hilang

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-14 17:46:42

Chloe melepas maskernya dan berjalan mendekati anaknya yang tengah duduk di kursi tunggu.

"Ya ampun, Sayang, kenapa menyusul Mommy ke rumah sakit? Siapa yang mengantarkan Diego ke sini?" tanya Chloe khawatir.

Namun, anak laki-laki itu menatapnya dengan sorot mata bingung. "Namaku bukan Diego, Bu Dokter. Namaku Alvino," ucap anak itu dengan suara lemah.

Chloe menyergah napasnya. "Jangan bercanda, Diego. Kita kembali ke penitipan—"

"Bu dokter, namaku Alvino. Alvino Leopold!" ujar anak itu dengan bibirnya yang cemberut, tampak mulai kesal.

Chloe tercengang. "A-apa? L-Leopold?!"

Detak jantung Chloe seketika berpacu saat anak itu mengangguk. Ia merasakan napasnya tercekat. Tangannya gemetar saat menyentuh pipi Alvino.

Rasanya … sama seperti menyentuh pipi Dylan dan Diego.

Chloe susah payah menelan ludah. Sesuatu seolah baru saja menghantam kepalanya.

Anak ini … jangan-jangan ….

Tiba-tiba terdengar suara pintu kaca depan terbuka.

Chloe menoleh. Kedua pupilnya bergetar saat melihat dua anak kecil berlari ke arahnya.

Mereka …!

Satu anak perempuan bertubuh mungil, memiliki wajah yang sangat cantik dan lucu, rambutnya cokelat gelap seperti milik Chloe. Dan satu lagi, anak laki-laki yang benar-benar mirip dengan Diego dan Dylan, juga Alvino.

Chloe hampir saja berlari untuk merengkuh mereka ke dalam pelukan. Namun, tubuhnya seolah membeku saat melihat sosok lelaki berbalut jas hitam yang memakai kaca mata bening yang datang bersama mereka.

Pria tampan berwajah dingin itu memiliki aura yang sangat dominan.

"Mami mana?" tanya Alvino pada kedua kembarannya.

"Mami masih di depan mengangkat telepon," jawab Alvano.

"Alvino, nanti disuntik tidak boleh menangis lho!" seru anak perempuan dengan balutan dress merah muda itu sambil memeluk Alvino.

"Huh, Adele tidak boleh menakuti Alvino. Dia nanti bisa mengompol!" sahut Alvano menarik lengan Adele.

Anak perempuan itu menggembungkan kedua pipinya saat diomeli oleh kembarannya. Hal itu membuat dada Chloe menghangat.

Adele tiba-tiba berjinjit dan tersenyum melambaikan tangan padanya.

"Halo, Bu dokter," sapanya dengan sangat manis. "Nanti jangan lupa suntik Alvino dengan jarum yang besaaar sekali, ya!"

Chloe masih mematung menatap tiga miniatur kecilnya yang muncul secara mendadak di hadapannya. Apakah ia sedang bermimpi?

Chloe menggelengkan kepala. Ia tidak boleh gegabah. Bagi ketiga anak kembarnya, ia adalah orang asing.

Jadi, Chloe harus berpura-pura tidak mengenal mereka untuk sementara waktu.

Chloe terkekeh menatap anak itu dengan gemas. "Iya, Anak Cantik," katanya dengan suara parau. Tapi ia langsung berdeham untuk menetralkan perasaannya yang membuncah oleh haru sekaligus lega.

Tiba-tiba seseorang menarik lengan Adele dan menggendongnya.

Chloe mengangkat pandangannya dan bertatapan dengan Caesar yang menatapnya dingin.

Wanita itu menelan ludah gugup saat tatapan Caesar tidak lepas barang sedetik pun darinya.

Apakah … pria itu mengenalinya?

"Anda Dokter Spesialis Anak yang menggantikan Dokter Dave?" tanya Caesar tanpa basa-basi.

"Benar, Tuan. Saya Chloe Valencia, Dokter Spesialis Anak dan Reumatologi di rumah sakit ini," ujar Chloe memperkenalkan diri. Ia berusaha tampak tenang dan mengingatkan diri bahwa mustahil Caesar mengenalinya.

Chloe buru-buru menatap Alvino dan mengulurkan tangannya. "Ayo, Alvino, kita masuk ke dalam."

"Adele mau ikut, ingin lihat Alvino menangis disuntik Bu Dokter!" Adele berseru girang.

"Tidak usah. Kita tunggu Mami saja di sini," sahut Alvano.

"Ihh, Kakak tidak seru! Adele tidak mau main sama Kakak!" Adele menekuk bibirnya hingga manyun.

"Princess." Suara pelan Caesar menegurnya penuh peringatan.

Adele mendorong dada ayahnya itu, meminta untuk diturunkan dari gendongan.

"Iya, Daddy, iyaaa! Princess tidak sayang Daddy lagi!" kata anak itu, langsung menghentakkan kakinya begitu Caesar menurunkannya.

Chloe terpana menatap anak perempuan itu. Dia sangat lucu saat marah, mirip sekali dengan Diego.

Chloe lantas membawa Alvino ke ruang pemeriksaan, diikuti oleh Caesar. Sementara Alvano dan Adele menunggu di luar.

Wanita cantik berbalut jas putih itu meminta Alvino untuk berbaring. Chloe memeriksa berkas-berkas pemeriksaan milik Alvino selama ditangani oleh Dokter Dave.

Chloe terkejut saat melihat apa yang tercatat di sana. Jantungnya seolah baru saja diremas, membuat tubuhnya terasa lemas.

Alvino sakit autoimun ….

Informasi itu benar-benar membuat Chloe panik!

Ia segera mendekati Alvino dan mulai melakukan pemeriksaan. "Sebentar ya, Sayang,” katanya lembut, meski hatinya dilanda resah.

"Alvino tidak mau disuntik, Bu Dokter!" pekik anak itu menjerit dan siap menangis.

Caesar segera memeluk tubuh kecil Alvino yang menangis ketakutan.

"Jangan takut, Sayang. Daddy ada di sini," bisik Caesar, sembari mengecup puncak kepala putranya. Meskipun wajahnya menunjukkan rasa cemas yang hebat.

Chloe lantas membuka sweater yang Alvino pakai. Ia menelan ludah saat melihat ruam merah kebiruan di punggung anak itu.

Chloe benar-benar terguncang. Setelah terpisah dengan anak-anaknya selama beberapa tahun, kini ia harus bertemu anaknya dalam kondisi seperti ini.

Wanita itu sudah biasa menangani anak dengan sakit seperti ini saat di Nantes, tapi ia merasa tak berdaya saat harus menangani anaknya sendiri.

"Kondisi Alvino sudah sangat serius, Tuan. Ia membutuhkan penanganan dan pemantauan khusus," jelas Chloe pada Caesar yang memeluk putranya.

Caesar mengembuskan napasnya pelan. "Tapi anak saya pasti bisa sembuh kan, dok?"

Chloe mengangguk. "Saya akan berjuang agar Alvino bisa sembuh."

Alvino menatapnya berkaca-kaca. Chloe pun mengusap pipi anak itu. "Alvino jangan takut ya, Sayang."

Anak itu menekuk bibirnya dan menangis. Selama ini, ia tidak pernah dipanggil sayang oleh maminya.

Tapi saat melihat dokter ini, Alvino merasakan sesuatu yang aneh, yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Tiba-tiba, Alvino melepas pelukan Caesar dan beralih memeluk Chloe dengan erat.

"Daddy, Alvino mau Bu dokter saja yang mengobati Alvino. Tidak mau dokter yang lain!" serunya sambil menatap papanya memohon.

Caesar terkejut melihat anaknya yang biasanya menolak dekat dengan orang asing, justru memeluk Chloe seerat itu.

Bahkan, baru kali ini Alvino meminta sesuatu padanya. Biasanya, Caesar lah yang lebih dulu menawarkannya sesuatu.

Pandangan Caesar kembali teralih pada Chloe yang tengah memeluk dan menenangkan Alvino.

Meskipun tidak yakin, tapi Caesar tidak bisa mengabaikan permintaan putranya.

"Maaf Dokter Chloe, kalau saya boleh meminta, apakah Anda bersedia bila menjadi dokter pribadi Alvino untuk selalu memantau kondisinya?" tanya Caesar.

Chloe tergemap, tidak sanggup mengatakan apapun.

Melihat ekspresi dokter cantik di depannya, Caesar seolah bisa memahaminya.

"Anda bisa mempertimbangkannya," imbuh pria itu.

"Saya bersedia, Tuan,” ujar Chloe segera. Ia tidak boleh melewatkan kesempatan ini!

“Saya akan datang setiap hari untuk memantau kondisi Alvino," lanjutnya. "Saya tidak keberatan untuk menjadi dokter pribadi Alvino, mulai hari ini."

Caesar mengangguk. "Terima kasih, Dokter Chloe."

Wanita cantik itu tersenyum lembut.

Bagus! Dengan menjadi dokter pribadi Alvino, Chloe bisa lebih mudah merebut si kembar tiga dari Caesar Leopold!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 6. Pertemuan Adele yang Dua Kembarannya yang Terpisah

    "Tu-Tuan Caesar, apa yang Anda lakukan malam-malam begini menemui saya?"Dengan ragu-ragu, Chloe menatap wajah tampan Caesar Leopold yang dihiasi guratan ekspresi panik. Caesar maju satu langkah dan menatapnya lekat. "Maaf mengganggu malam-malam, Dokter Chloe. Saya ke sini menjemput Anda. Alvino sekarang demam tinggi dan tidak kunjung turun sejak beberapa jam yang lalu." "Apa?!" Chloe ikut terkejut mendengarnya. "Saya sudah mengirimkan pesan pada Anda tapi belum ada balasan. Karena itu saya langsung ke sini." Mendengar penjelasan Caesar dan wajahnya yang panik, Chloe pun ikut merasakan hal yang sama. Pasalnya ia sudah berjanji untuk menjadi dokter pribadi Alvino—putranya sendiri. Chloe menatap laki-laki itu lekat. "Kalau begitu saya akan ikut dengan Tuan, tolong tunggu sebentar, Tuan. Saya akan mengambil peralatan saya dulu." Caesar mengangguk. Laki-laki itu tetap berdiri di luar menunggu Chloe yang berlari masuk ke dalam rumah. Chloe berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 5. Mencari Daddy Baru untuk Mommy!

    Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam saat Chloe tiba di tempat penitipan anak yang tampak sepi.Chloe melihat satu putra kecilnya berdiri menunggu dengan wajah tertekuk sedih. Sementara satu lagi duduk di teras tempat penitipan. "Mommy...!" Diego berlari saat melihat Chloe, lalu memeluknya erat. "Mommy kenapa lama sekali? Katanya tidak terlalu malam pulangnya!" protesnya sambil mengeratkan rengkuhannya. "Maafkan Mommy ya, Nak. Tadi banyak pasien," kata Chloe.Dylan beranjak dari duduknya, lalu bersedekap dan bersandar pada pilar. "Si cengeng itu tadi menangis, Mom. Benar-benar tidak gentle man!" adu Dylan, melirik kembarannya yang masih memeluk erat sang Mama. Chloe menatap Diego yang cemberut. "Diego kalau tidak suka bermain dengan teman-teman yang lain, main sama Kakak saja, Sayang." "Tapi Kakak tidak mau diajak main gelembung, Mommy! Tidak seru!" ujarnya cemberut kesal. "Aku sudah besar. Tidak suka bermain gelembung air!" seru Dylan membela diri.Chloe terkekeh mendenga

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 4. Anak itu, Anakku yang Hilang

    Chloe melepas maskernya dan berjalan mendekati anaknya yang tengah duduk di kursi tunggu."Ya ampun, Sayang, kenapa menyusul Mommy ke rumah sakit? Siapa yang mengantarkan Diego ke sini?" tanya Chloe khawatir.Namun, anak laki-laki itu menatapnya dengan sorot mata bingung. "Namaku bukan Diego, Bu Dokter. Namaku Alvino," ucap anak itu dengan suara lemah. Chloe menyergah napasnya. "Jangan bercanda, Diego. Kita kembali ke penitipan—""Bu dokter, namaku Alvino. Alvino Leopold!" ujar anak itu dengan bibirnya yang cemberut, tampak mulai kesal. Chloe tercengang. "A-apa? L-Leopold?!"Detak jantung Chloe seketika berpacu saat anak itu mengangguk. Ia merasakan napasnya tercekat. Tangannya gemetar saat menyentuh pipi Alvino. Rasanya … sama seperti menyentuh pipi Dylan dan Diego. Chloe susah payah menelan ludah. Sesuatu seolah baru saja menghantam kepalanya. Anak ini … jangan-jangan ….Tiba-tiba terdengar suara pintu kaca depan terbuka. Chloe menoleh. Kedua pupilnya bergetar saat melihat dua

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 3. Caesar Leopold dan Triplets Menggemaskan

    Sementara itu, di kediaman Leopold …."Daddy jangan pergi! Kita bertiga tidak mau ditinggal Daddy!"Suara tangis anak perempuan bertubuh mungil terdengar menggelegar. Ia memeluk erat pria berbalut jas hitam yang membalut tubuh atletisnya dengan erat.Pria tampan itu adalah Caesar Leopold—Papa si kembar tiga. "Daddy tidak akan lama, Princess. Nanti malam Daddy akan pulang,” kata Caesar sambil menenangkan anak perempuannya yang manja.“Alvino tidak mau berobat kalau tidak ada Daddy,” timpal Alvino dengan suara lemah dan bergetar, hampir menangis.Caesar mengusap kepala anak lelakinya. “Daddy akan menemani Alvino berobat nanti, oke?" “Daddy bohong! Daddy pasti akan pulang sangat malam saat kami bertiga sudah tidur!” Adele kembali meraung.Caesar berusaha sabar. "Di rumah masih ada Mami, Sayang. Nanti Mami akan—" "Kapan Daddy peka?! Kami mau Daddy, bukan Mami!" Kali ini, giliran Alvano—si sulung yang melayangkan protes.Di antara mereka bertiga, memang Alvano lah yang paling menonjol.

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 2. Kembali Merebut Anakku

    Lima Tahun Kemudian."Diego ... ayo, Sayang! Jangan marah dong, anak tampannya Mommy. Itu Dylan sudah menunggu." Chloe menatap salah satu anak laki-lakinya yang tampak merajuk. Anak kecil itu bersedekap dengan bibir mengerucut di tengah kerumunan orang di bandara internasional Paris. Dengan sabar, Chloe mendekatinya dan membungkukkan badan untuk mensejajarkan tatapannya dengan si kecil."Tadi sebelum berangkat, Diego sudah janji pada Mommy untuk tidak nakal, kan?" Chloe mengusap pucuk kepala anak tersebut."Diego ‘kan sudah bilang tidak mau ke sini! Ayo kembali ke Nantes, Mom!" seru anak itu menggembungkan pipinya yang memerah. Berbeda dengan kembarannya yang merajuk, Dylan—si sulung yang merasa sudah dewasa, bersedekap dengan alis mengerut tajam, menatap jengah pada kembarannya. Tangannya memegangi koper kecil miliknya dan kembarannya. "Cih! Anak kecil memang selalu saja merepotkan!" ketus Dylan, seolah mereka tidak seumuran.Wajah Diego semakin keruh. "Kakak, kita hanya beda beb

  • Kembar Lima: Om Presdir, Berhenti Mengejar Mommy!   Bab 1. Jangan Membawa Pergi Ketiga Bayiku!

    "Vidia? Kau mau membawa anakku ke mana?" Chloe Valencia yang baru saja terbangun dari tidurnya, menatap bingung pada sahabatnya yang tengah memindahkan bayinya ke dalam boks dorong dengan tergesa. Dua hari yang lalu, setelah melalui persalinan yang panjang, Chloe melahirkan lima anak kembar sekaligus. Kebingungannya berubah menjadi panik saat Chloe menyadari bahwa tiga dari lima ranjang bayinya kini sudah kosong, hanya menyisakan dua bayi di ranjang masing-masing. Sementara tiga bayi lainnya sudah dipindahkan ke dalam boks dorong yang dibawa oleh Vidia. "Tunggu, Vidia!" seru Chloe saat melihat Vidia bergegas ke arah pintu sambil mendorong boks bayi tersebut. Chloe berpegangan pada tepian ranjang dan terbungkuk memegangi perutnya yang perih bekas jahitan operasi. "Kau mau membawa mereka ke mana?!" serunya panik. "Aku akan membawa mereka pergi bersamaku,” kata Vidia ringan. Seolah itu adalah hal yang sangat lumrah untuk dikatakan. “Apa maksudmu?” tanya Chloe cemas. “Ini sudah t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status