Share

4. Awal Yang Baik

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-07 21:24:12

"PERNIKAHAN INI TIDAK BOLEH TERJADI." Suara teriakan kembali terdengar.

"Wah, sepertinya ini akan jadi headline news, mengingat ayahmu itu tokoh politik terkenal." Bastian masih sempat tertawa, sambil melihat lelaki yang sedang mengamuk dan berusaha ditangani pengawal.

"Jangan ketawa," hardik Ariana dengan mata melotot. "Ini bukan hal yang lucu."

"Sayangnya, aku masih ingin tertawa lebih keras lagi," balas Bastian dengan senyum penuh arti. "Jadi bagaimana kalau kita lakukan sesuatu?"

"Apa maksud ...."

Ariana tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena tiba-tiba saja Bastian menarik tengkuknya. Hal yang tentu saja membuat perempuan itu melotot, apalagi ketika sang suami menyibak kerudung pengantinnya dengan cepat, memajukan kepala dan menempelkan bibir mereka.

Jangankan Ariana, Alaric sang ayah yang kebetulan melihat itu pun tercengang. Saat situasi sedang ribut seperti ini, siapa yang akan ingat ciuman pernikahan? Mana Bastian melakukannya dengan cukup intens, walau agak maksa (yang untungnya tidak kentara karena kerudung pengantin yang pada akhirnya menutupi mereka).

"APA YANG KAU LAKUKAN?" Si mantan yang kebetulan melihat ciuman itu, langsung berteriak lagi dan memberontak lebih kuat lagi. "BERHENTI!"

"Sialan!" Ariana bahkan sampai mengumpat karena kaget dan kehabisan napas, setelah ciumannya selesai.

"Aku cukup lumayan kan?"

Baru saja Bastian selesai bertanya, sebuah kepalan tangan mendarat tepat di hidung bangirnya. Hal yang tentu saja membuat semua orang terkejut dan berteriak.

Itu adalah kelakuan mantan Ariana. Entah bagaimana, dia bisa lepas dari kepungan para pengawal profesional dan menerjang ke arah pelaminan.

"APA YANG KAU LAKUKAN?" Giliran Ariana yang berteriak, sambil berusaha menarik mantannya menjauh.

"Harusnya itu pertanyaanku, Ari. Kenapa kau malah kawin dan mencium cowok banci ini." Sang mantan balas memekik.

"Romeo, aku kau sudah keterlaluan," hardik Ariana dengan mata melotot. Dia marah, tapi tidak menolong sang suami.

"Apanya yang keterlaluan?" Lelaki yang dipanggil Romeo barusan malah menantang. "Aku hanya melindungi milikku."

"Aku bukan milikmu dan kau selingkuh, Brengsek." Ariana melempar buket bunga pernikahannya. "Kau yang keterlaluan dan Baz bukan banci. Dia jelas cowok normal."

"Aku salah, tapi aku kan sudah minta maaf. Kurang apa lagi."

"Kurang setia," jawab Ariana dengan tegas dan tanpa ragu. "Aku tidak butuh cowok yang tidak setia, jadi lebih baik aku nikah sama teman bertengkarku sejak kecil dari pada denganmu."

"Bawa dia pergi." Alaric memberi perintah pada para pengawal, setelah melihat Romeo membatu di tempat, ketika mendengar ucapan Ariana-putrinya.

Hal itu membuat Ariana bergegas untuk menghampiri lelaki yang baru saja sah menjadi suaminya itu. Untung saja, Bastian tidak terluka parah.

"Hidungmu patah atau tidak?" tanya Ariana to the point, ketika suaminya sudah berdiri tegak tanpa bantuan sama sekali.

"Gak tau juga sih, tapi yang jelas ini sakit." Bastian menjawabnya dengan tenang, disertai dengan cengiran yang cukup lebar.

"Kalau sakit, berhenti ketawa seperti orang gila." Ariana hanya bisa menggeleng. "Bisa bangun kan?"

Bastian tidak menjawab dan langsung bangkit berdiri. Tadi dia memang jatuh, tapi tidak ada masalah apa pun. Yah, kecuali tuxedo putihnya yang kotor kena tanah.

"Pergi ganti bajumu dulu." Ibu Ariana memberi nasihat, setelah memeriksa keadaan menantunya. "Habis itu, baru kita lanjutkan acaranya."

"Tentu saja Aunt Anna." Bastian dengan cepat mengangguk.

"Kau sudah harus memanggilku, Mom," balas Anna menepuk pelan pundak sang menantu, sebelum membiarkannya pergi.

"Asal kalian tahu, aku masih merasa pernikahan ini tidak masuk akal." Alaric mendekati istri dan putri sulungnya."

"Berhenti mengatakan itu, Al." Anna sang istri, langsung memutar bola mata dengan gemas. "Kita semua tahu, kalau Bastian itu anak yang baik. Coba kau lihat dia masih menghampiri bapaknya dulu, sebelum ganti baju."

Semua orang menatap lelaki yang masih tergolong muda itu, berbicara dengan seorang pria tua yang duduk di kursi roda. Mereka berbicara sebentar, sebelum Bastian pamit pergi dengan senyuman.

"Dia baik." Ariana mengangguk setuju. "Tapi dari dulu, aku merasa ada yang aneh dengannya."

"Apa karena itu kau sering menjahilinya?" Sang ayah membalas dengan kalimat tanya.

"Mungkin." Ariana lagi-lagi mengangguk. "Atau aku memang jahil."

"Atau mungkin karena Baz terlalu penurut," lanjut sang ibu kini menatap putrinya, karena sang menantu sudah tak terlihat. "Tapi apa kau tidak mau pergi mengejar suamimu?"

"Untuk apa? Dia sudah besar dan bisa pakai baju sendiri." Ariana nyaris saja melotot.

"Sudahlah, biarkan saja dia." Alaric merangkul putrinya. "Bastian bisa sendiri, dan kita punya tamu untuk disapa."

Sementara yang lain menyapa tamu dan membereskan kekacauan, Bastian sudah mulai menanggalkan celana dan jas yang terkena tanah. Dia melempar potongan kain itu ke dalam keranjang yang sudah disediakan, kemudian mengambil yang baru dari dalam lemari.

"Untung mereka sudah menyiapkan semuanya," gumam Bastian kembali memakai apa yang perlu dipakai. "Ada untungnya juga punya mertua kaya dan terpandang."

Setelah mengatakan itu, Bastian meraba hidungnya. Masih sakit dan mungkin saja berubah warna menjadi biru, tapi itu tidak membuatnya kesal. Sebaliknya, Bastian malah tersenyum lebar.

"Sakit," gumam Bastian masih menyentuh hidungnya. "Tapi ini cukup baik untuk permulaan. Berikutnya akan lebih baik lagi."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kenikmatan dalam Luka   136. Kado Ulang Tahun (TAMAT)

    "Kenapa mukamu terlihat tegang sekali?" Ariana bertanya diiringi tawa pelan. "Memangnya kau tidak tegang?" tanya Bastian yang melotot menatap istrinya. "Kita akan dilihat ratusan atau mungkin ribuan orang loh." "Jangan berlebihan, Bas. Undangan yang disebar bahkan tidak sampai lima ratus orang, jadi tidak mungkin ada ribuan orang. Dan aku sama sekali tidak merasa tegang." "Aku rasa kau sudah terbiasa diperhatikan banyak orang." Bastian mengangguk pelan. "Kau pernah ikut ayahmu melakukan kunjungan kerja kan?" "Beberapa kali waktu masih kecil." Ariana juga mengangguk. "Tapi aku sudah tidak terlalu ingat lagi." "Kau mungkin tidak ingat, tapi alam bawah sadarmu ingat." "Tapi bukankah dulu kau juga pernah ikut Mom kunjungan kerja?" Ariana bertanya dengan kening berkerut. "Kalau tidak salah waktu itu kita bersama-sama pergi ke panti asuhan dan kau ikut untuk membantu menjaga adikku." "Sepertinya aku ingat itu." Bastian mengangguk pelan. "Anais kalau tidak salah masih dua tahun

  • Kenikmatan dalam Luka   135. Diskusi

    "Ini gila." Ariana melotot pada tumpukan brosur di depannya. Belum ditambah dengan apa yang harus dia lihat di komputer dan ponsel."Apanya yang gila?" Elian bertanya dengan sebelah alis terangkat. "Mempersiapkan pernikahan benar-benar sangat susah," ucap Ariana menyugar rambutnya. "Yah, memang seperti itu kan?" Elian mengedikkan bahunya. "Apalagi kali ini pestanya akan dirayakan dengan sangat meriah. Biar bagaimana, kau itu masih anak Alaric Crawford.""Berhenti bawa-bawa nama Crawford." Ariana mengeluh. "Rasanya bikin kesal saja.""Hei, kau tidak boleh begitu." Elian tanpa canggung menegur atasannya. "Kau harusnya bersyukur, karena masih punya keluarga. Apalagi kau punya keluarga yang kaya.""Di luar sana, masih banyak loh orang yang butuh kasih sayang keluarga dan butuh uang. Jadi, selama kau masih punya semuanya dan berlebih, sebaiknya kau bersyukur saja."Ariana mengedipkan kedua mata, menatap sang asisten. Jujur saja, dia tidak menyangka kalau Elian yang biasanya seriu

  • Kenikmatan dalam Luka   134. Maaf yang Tak Perlu

    "Maaf, tapi apa Dad bisa ulangi sekali lagi?" tanya Ariana dengan kedua alis yang terangkat."Sebenarnya, kalian tidak benar-benar menikah." Alaric tidak keberatan menjelaskan ulang. "Yang kemarin itu hanya pesta, tapi pendaftaran pernikahannya tidak benar-benar dilakukan.""Datanya semua ada dan lengkap, tapi aku meminta pihak catatan sipil untuk menangguhkan pendaftaran pernikahannya," lanjut Alaric pelan. "Maaf untuk semua itu dan aku sama sekali tidak akan membela diri atas apa pun tuduhan kalian."Bukan hanya Ariana dan Bastian saja yang melongo, tapi Anna dan Landon juga melakukan hal yang sama. Mereka tidak pernah menyangka kalau selama ini sudah dibohongi dan jujur saja, itu rasanya menyakitkan."Apa yang membuatmu setega itu pada anak sendiri?" Anna bertanya dengan mata berkaca-kaca. "Bukan hanya pada Ariana, tapi juga Bastian dan aku.""Maaf." Hanya itu yang bisa Alaric ucapkan dengan kepala tertunduk, tanpa pembelaan apa pun. Sesuai dengan apa yang tadi dia ucapkan.

  • Kenikmatan dalam Luka   133. Pernikahan yang Benar

    "Aku menolak menjadi saksi si sialan itu," desis Ariana dengan mata melotot."Tapi Mrs. Jackson ....""Kau pikir aku ini orang gila ya?" hardik Ariana dengan mata melotot, pada lelaki berpakaian rapi yang duduk di depannya. "Tidak orang yang mau jadi saksi dari mantan yang cari gara-gara, apalagi dengan tujuan membelanya.""Mrs. Jackson." Lelaki yang berpakaian rapi itu masih mencoba membujuk. "Sesuai yang kau katakan, kalian adalah mantan. Pasti ada kenangan indah dan salah paham yang terjadi, termasuk tentang kasus ini.""Salah paham kepalamu?" hardik Ariana sudah bangkit dari kursi kerja yang dia tempati sejak tadi. "Mana ada salah paham, setelah semua bukti yang ada." "Kau ini beneran pengacara bukan sih? Bukti sejelas itu saja masih mau menyangkal lagi.""Baiklah." Lelaki yang adalah pengacara Romeo itu pada akhirnya mengangkat tangan. "Aku tidak akan membahas masa lalu, tapi setidaknya bermurah hatilah. Demi kemanusiaan ....""Demi kemanusiaan?" tanya Ariana makin melot

  • Kenikmatan dalam Luka   132. Masalah Mantan

    Ariana melangkah dengan ceria. Hal yang sangat jarang terjadi, tapi tidak ada yang memperhatikan dia, karena sekarang Ariana sedang baru sampai di kantor Bastian. Setelah lama tidak masuk kantor, hari ini pada akhirnya Bastian mengunjungi tempatnya bekerja beberapa tahun ini. Bukan untuk kembali bekerja, tapi untuk mengundurkan diri secara resmi dan mengambil barang-barangnya. "Hai, aku kau ketemu Bastian dari kantor ....""Madam Ariana kan?" tanya si resepsionis dengan senyum lebar. "Sir Bastian sudah memberi tahu sebelumnya, jadi kau tidak perlu menitipkan identitas.""Okay." Ariana hanya mengangguk, sambil mengambil tanda pengenal untuk tamu. "Apa mau diantar juga?" Si resepsionis kembali bertanya. "Tidak perlu. Aku tahu jalannya."Ariana kembali melangkah dengan sangat senang. Terlihat jelas dari senyum yang merekah di wajahnya. Ariana bahkan mengangguk pelan pada setiap orang yang tersenyum padanya, bahkan dengan sopan bertanya pada pegawai kantor sang suami. "Sir B

  • Kenikmatan dalam Luka   131. Hadiah untuk Anak Baik

    Ariana, Bastian dan Anna melirik ke atas dengan takut-takut. Lebih tepatnya, hanya Bastian dan Anna yang seperti itu, karena sekarang mereka sedang berhadapan dengan Alaric Crawford. Hanya Ariana saja yang bisa menunjukkan keberaniannya, walau hanya dalam lirikan mata."Apa Dad punya sesuatu yang mau dikatakan, atau punya masalah?" tanya Ariana dengan tenang. "Kau masih bisa bicara seperti itu?" Alaric malah balas bertanya dengan mata melotot. "Tentu saja bisa. Aku kan masih punya mulut dan tidak bisu," balas Ariana malah terlihat menantang. Alaric menggeram kesal. Dia marah, tapi mau berteriak pun rasanya tidak tega. Apalagi sang istri sudah terlihat memelas. "Kenapa kalian tidak bilang mau pergi ke klub entah apa itu, bahkan membawa ibu kalian dan tanpa pengawalan." Pada akhirnya, hanya itu yang bisa dikatakan oleh Alaric. "Kami bawa pengawal," jawab Ariana tanpa keraguan. "Memang tidak masuk sampai ke dalam klub, tapi kami bawa. Lalu soal Mom, dia sendiri yang mau ikut.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status