Share

Bab 27

Author: MXXN
last update Last Updated: 2025-08-26 08:59:43

"Bapak lagi cari apa?" seorang pramuniaga wanita bertanya ramah.

Irwan tersentak dari lamunannya. "Oh, nggak. Cuma liat-liat."

"Istri Bapak lagi hamil?" tanya pramuniaga itu lagi.

"Belum," Irwan menjawab pelan. "Tapi... mudah-mudahan sebentar lagi."

"Amin," pramuniaga itu tersenyum. "Kalau Bapak butuh apa-apa, bisa panggil saya ya."

Irwan mengangguk, tersenyum tipis. Begitu pramuniaga pergi, senyumnya memudar. Belum, katanya tadi. Belum hamil. Tapi malam ini, mereka akan melakukan segala cara untuk membuat kata "belum" itu berubah menjadi "ya".

Irwan keluar dari mal dengan perasaan lebih mantap. Dia akan melalui ini. Demi impian yang lebih besar. Demi bayi yang akan memanggilnya "Ayah".

Tapi sebelum semua itu terjadi, ada satu hal yang perlu dia lakukan.

Pukul satu siang, Irwan sudah kembali di rumah. Maya sedang di kantor, dan Pak Karyo sedang mencuci mobil di hal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 60

    Maya merasakan kejantanan Pak Karyo berdenyut semakin kuat di tenggorokannya, tanda bahwa pria itu mendekati klimaksnya. Setiap urat yang menonjol bergetar di lidahnya, kepala penisnya membengkak semakin besar. Tangarinya mencengkeram paha Pak Karyo, bersiap menerima semburan cairannya.Pak Karyo merasakan dorongan untuk melepaskan seluruh benihnya di tenggorokan hangat Maya. Tapi kilasan. program kehamilan melintas di pikirannya. Ora kena percuma. Pejuhku kudu mlebu neng wadhah, ora neng gorokan. Iki kanggo program. (Tidak bisa disia-siakan. Spermaku harus masuk ke rahimnya, bukan tenggorokannya. Ini untuk program.)Dengan gerakan kasar dan tiba-tiba, Pak Karyo menarik diri dari mulut Maya, meninggalkan benang saliva tebal yang masih menghubungkan ujung penisnya dengan bibir bengkak wanita itu. Tanpa memberikan Maya kesempatan untuk mengambil napas, dia mendorong tubuh wanita itu telentang dan dalam sekejap memposisikan dirinya di antara kedua kaki Maya yang terbu

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 59

    "Bu Maya pinter," puji Pak Karyo, lalu kembali menenggelamkan wajahnya di antara paha Maya. Kali ini lidahnya turun lebih rendah, menjilat lubang vagina Maya yang basah dan berkedut. "Mmm... bener-bener basah..."Maya menggeliat, merasakan lidah Pak Karyo yang panas dan kasar menerobos masuk ke dalam vaginanya, menjilat dindingnya yang sensitif. Sensasi ini membuatnya sulit berkonsentrasi pada tugas di mulutnya. Kakinya gemetar hebat, perutnya terasa panas, gelombang orgasme mulai membangun di dasar perutnya.Mereka berada dalam ritme yang semakin intens, saling memberi kenikmatan. Lidah Pak Karyo bergerak masuk keluar dari vagina Maya, sesekali naik untuk menjilat dan menghisap klitorisnya, membuat wanita itu menggelinjang. Sementara itu, Maya berusaha keras mengambil kejantanan Pak Karyo lebih dalam, lendir dari tenggorokannya membuat batang besar itu semakin licin dan mudah masuk."Mmph! MMMPHI NGGGHHH! Maya mengerang dengan mulut penuh, tubuhnya mengej

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 58

    Maya sudah tidak ingat berapa lama mulutnya dipakai Pak Karyo. Waktu melebur dalam sensasi yang menguasai seluruh indranya.Kejantanan Pak Karyo yang keras dan besar mengisi tenggorokannya sampai batas yang dia sendiri tak percaya bisa dia terima. Tangan-tangan kasar pria itu mencengkeram rambutnya, mengendalikan setiap gerakan, memaksanya menerima dalam ritme yang diinginkan pembantu itu. Dia, Maya Andini, eksekutif senior yang biasa memberi perintah, kini hanya menjadi alat pelampiasan nafsu."Mmphh!" Maya mengerang tertahan saat Pak Karyo mendorong lebih dalam dari sebelumnya. Matanya berair, pandangannya kabur. Pinggul Pak Karyo bergerak semakin cepat."Bu Maya emang hebat," Pak Karyo terengah, suaranya serak oleh nafsu. "Cuma dua hari udah bisa nerima segede ini sampe tenggorokan."Maya tidak bisa menjawab. Tak ada kata yang bisa keluar dari mulut yang terisi penuh itu. Hanya suara-suara basah dan tersedak yang menggema di kamar. Dadanya naik

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 57

    Maya membuka mulutnya, membiarkan Pak Karyo mendorong kejantanannya masuk perlahan. Ukurannya membuat Maya kesulitanmulutnya terasa penuh hanya dengan kepala kejantanan Pak Karyo. "Lebih lebar, Pak Karyo mendesak, tangannya mengarahkan kepala Maya.Maya mencoba membuka mulutnya lebih lebar, lidahnya bermain di bagian bawah kejantanan Pak Karyo. Sensasi aneh menguasainyarasa malu bercampur dengan kebanggaan aneh bahwa dia, seorang eksekutif sukses, kini berlutut melayani pembantu rumahnya. Ada sesuatu yang sangat membebaskan dalam. ketidakberdayaan ini, dalam melepaskan kendali dan hanya mengikuti perintah.Apakah ini masih untuk program? Maya bertanya dalam hati, sambil terus menggerakkan kepalanya maju-mundur.Maya menatap kejantanan Pak Karyo yang berdenyut di depan wajahnya. Dengan ragu, dia membuka mulutnya lebih lebar, membiarkan Pak Karyo mendorong masuk perlahan. Ukurannya membuat rahangnya terasa nyeri, pipinya mengembung penuh saat kepal

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 56

    Keheningan mengisi kamar tamu setelah kata-kata tegas Maya. Meski tubuhnya masih bergetar dari sisa orgasme, Maya tetap mempertahankan prinsipnyadi luar "program' kehamilan mereka, sentuhan Pak Karyo adalah pelecehan. Tatapan Pak Karyo berubah, campuran kekagetan dan, anehnya, sedikit rasa hormat.Maya masih terduduk di tepi tempat tidur, napasnya terengah, pakaiannya berantakan. Keringat mengalir di pelipisnya, rambutnya yang biasa rapi kini kusut. Di hadapannya, Pak Karyo berdiri dengan ekspresi yang sulit dibacakemarahan, rasa kagum, dan nafsu bercampur jadi satu. Dia tidak pernah menghadapi penolakan seperti ini, terutama setelah memberi wanita kenikmatan begitu hebat."Ya sudah," Pak Karyo akhirnya berkata, tangannya beralih mengelus rambut Maya dengan gerakan yang hampir lembut. "Saya maafın Bu Maya soal tamparan tadi pagi. Tapi... Dia membimbing kepala Maya turun, mengarahkannya ke selangkangannya. "Bu Maya harus buktiin kalo bener-bener minta maaf."

  • Keperkasaan Tukang Kebon   Bab 55

    Wajah Maya semakin memerah, bayangan dirinya klimaks di dapur sementara Irwan berada di ruang kerja membuatnya malu sekaligus... anehnya, sedikit terangsang. "Tapi itu beda!" protesnya, suaranya lebih tegas meski tubuhnya masih lemas. 'Tadi pagi kan di dapur... Irwan masih di rumah!""Tapi Bu Maya nikmatin, kan?" tanya Pak Karyo, matanya menatap tajam ke mata Maya. Jari-jarinya yang basah oleh cairan Maya dia angkat ke wajahnya sendiri, menghirup aroma intim Maya dengan nikmat sebelum menjilat jarinya sendiri dengan gerakan lambat yang vulgar.Maya terkesiap melihat gerakan intim itu, pipinya terbakar malu. Jantungnya berdegup liar melihat Pak Karyo begitu menikmati rasanya di jari. Perutnya terasa mulas campuran gairah dan rasa bersalah yang tidak bisa dia jelaskan."I-iya, tapi... Maya tergagap, tangannya mencengkeram tepi meja lebih erat hingga buku-buku jarinya memutih. "Itu beda banget! Di dapur tadi... tanpa jadwal... tanpa kesepakatan... itu bukan p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status